"Gimana gengs dapet?" tanya Amar ketika mereka telah berkumpul kembali.
"Nih udah. Coba satuin." ucap Axel lalu menyerahkan lembaran tanda tangan pada Aul diikuti yang lainnya.
"Ada 28, berarti tinggal ketos sama waketos." ucap Aul begitu selesai menghitung dan menyusun lembaran itu.
"Kita mencar lagi aja gimana?" usul Amar.
"Ngga deh, gue cape. Gila tuh kordinator kelompok lain maunya macem-macem, suruh ini itu lah. Gue juga udah cukup malu." Angel berucap dengan nafas yang masih ngos-ngosan, wajahnya pun telah memerah antara lelah dan kesal.
"Yaudah kita cari bareng-bareng. Tapi kita tunggu kak Hafidz dulu katanya dia mau nyamperin kita. Kalau mau ke lapangan kelas 12 katanya harus sama kordinator takutnya kita di kerjain sama anak kelas 12 pas lewat koridor"
Tak lama setelah itu Hafidz datang dengan satu tangannya menenteng kantong kresek.
"Nih. Kalian pasti haus" ucap Hafidz menyerahkan kresek yang dibawanya.
Mereka menyambutnya dengan senang hati, berebut mengambil karena takut tak kebagian.
"Loh Aul ngga dapet?" tanya Amar, Aul menggeleng juga tersenyum.
"Nih buat kamu aja." Amar menyodorkan segelas air mineral itu padanya.
"Ngga papa buat kamu aja,"
"Udah ambil aja."
"Ngga usah, makasih."
"Aku kan cowok, masa aku minum kamu ngga. Nih ambil!"
"Ngga—"
"Udah jangan ribut. Kamu minum aja Mar," Hafidz berucap menengahi, "Aul nih minum punya abang aja."
Aul tersenyum lebar, menyambut dengan suka cita minuman favorit nya. Sepertinya Hafidz sengaja membuat jumlah minuman yang dibawanya itu kurang lalu membelikan khusus untuk Aul. Ingatkan Aul untuk membalas setelah ini.
"Makasih abang..." ucap Aul riang, tangannya terulur untuk mengambil minuman yang masih di tangan Hafidz. Hafidz terkekeh lalu menjitak kepala Aul pelan.
"Abang ih." Aul mendelik sementara Hafidz tertawa puas.
"Afwan." ucap Hafidz di sela tawanya, "Udah selesai tanda tangannya?"
"Belum bang." Aul memperlihatkan kertas mereka, "Nih tanda tangan." pintanya pada Hafidz.
Dengan senang hati Hafidz menyambutnya dan membubuhkan tanda tangan di sana, juga menuliskan namanya dan jabatannya.
"Makasih bang." ucap Aul masih dengan senyum.
"Hmm..."
"Aul dia siapanya kamu?" tanya Angel yang tak bisa lagi menahan rasa penasarannya, sementara yang lain hanya menatap interaksi Aul dan Hafidz dalam diam.
"Abang aku."
"Abang?"
"Iya, bang Hafidz. Kakak aku, kakak kandung seayah seibu. Mahram aku" jelas Aul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benarkah Caraku Mencintaimu?
Tâm linhFollow sebelum baca...😉 Benarkah Caraku Mencintaimu? Cinta. Kata yang sederhana, namun dengan makna yang kadang sulit dipahami, sulit di definisikan. Ini tentang Cinta, tentang mereka yang sama-sama memendam Cinta. Apakah yang akan terjadi diant...