Prolog

26 1 0
                                    

HAPPY READING!




“Ugghh.” Kaelyn melenguh sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku sehabis bangun dari tidur.

Matahari pagi sudah tampak menyelinap di selah-selah tirai hotel yang menjadi tempat tidurnya semalam. Karena pesta ulang tahun teman kampusnya yang diadakan di hotel yang sama dengan tempatnya menginap sekarang baru berakhir pukul satu malam tadi, Kaelyn memutuskan untuk menginap di hotel ini bersama...

Wait ... hotel!?

Menginap!?

Kaelyn langsung terperajat bangun dengan mata melotot karena terkejut. Tanpa disadarinya saat ia bangun tadi, kakinya menendang bagian bawah tubuh seorang lelaki yang memeluknya saat ia tidur semalam hingga membuat si lelaki berteriak kaget.

“Gilaak! Lo kalo mau bangun bilang-bilang dulu dong. Sakit nih anu gue lo tendang,” dengus si lelaki. “Mana masih tegang lagi pagi-pagi.”

Tanpa aba-aba, Kaelyn langsung membalikkan tubuhnya begitu mendengar suara itu. Matanya sukses bertambah lebar mengetahui siapa yang berbagi kasur dengannya semalam. Itu adalah ... Praba. Iya, Prabana Aldebaran, most wanted kampus yang ketenarannya sudah merajalela tidak hanya di kampusnya, tetapi juga merambat ke kampus-kampus lain.

Tapi, Praba adalah playboy.

Salah satu sifat minusnya yang sudah menjadi rahasia umum adalah Praba suka memainkan hati wanita. Tak tanggung-tanggung, bahkan dalam satu minggu ia bisa memiliki lima orang wanita. Untung saja ganteng.

Tapi, pacaran-pacarannya Praba tidak pernah sampai separah ini. Tidur seranjang dengan wanita lain? Hell no. Praba masih waras. Ia masih tau batasan. Jadi tidak mungkin ia membawa wanita untuk tidur seranjang dengannya, apalagi wanita itu bukan pacarnya, kenal juga enggak. Tapi kenapa....

“Lo ngapain disini, ha!? Lo pasti ngapa-ngapain gue kan semalem? Ngaku lo! Kalo sampe gue kenapa-napa, lo harus tanggung jawab!” tuding Kaelyn pada Praba yang masih mengelus-elus pusat tubuhnya.

Kaelyn sungguh tidak mengingat bagaimana bisa ia berada dalam satu kamar bersama seorang lelaki. Yang dia ingat adalah semalam ia tidak berani pulang sendirian karena selain malam sudah terlalu larut, kepalanya juga pusing sebab terlalu banyak mengkonsumsi minuman yang memiliki pontensi memabukkan.

Ia memesan kamar hotel dengan kondisi seperempat sadar, hingga ia merasa ada seorang lelaki memeluknya sambil memapah menuju kamar yang ditujukan oleh receptionist tadi. Karena kondisi Kaelyn yang sudah hampir kobam, ia hanya membiarkan saja. Bahkan ketika lelaki itu mencium pipinya juga memanggilnya yang dia tidak pedulikan. Yang ada di pikirannya adalah tidur. Hingga tiba di kamar hotel, ia tidur, dan benar-benar tidak ingat dengan apa-apa lagi.

Praba mendongkakkan kepalanya, menatap Kaelyn dengan alis terangkat. “Gue? Ngapa-ngapain lo? Mana sudi gue! Badan lo aja tepos kayak gitu, gak bikin napsu.”

Kaelyn memicingkan matanya. Ia lantas menatap penampilan mereka berdua yang masih berpakaian lengkap sesuai dengan pakaian menghadiri pesta semalam. Tapi kenapa mereka bisa sekamar?

“Trus kenapa gue bisa sama lo disini?” tanya Kaelyn.

“Mana gue tau.” Praba mengedik. “Orang kemarin gue sama pacar gue, kenapa jadi lo? Lo kali yang nyusup ke kamar gue malem-malem. Gue tau gue ganteng.”

Kaelyn mengernyit jijik. “Idih, pede amat lo! Gue masih terlalu waras buat nyari cowok playboy sokgan macem lo.”

“Lo siapa? Gue juga ogah kali sama cewek banyak omong plus tepos kek lo. Liat aja mantan sama pacar gue yang bohay-bohay semua, mana ada kayak lo.”

“Gue?” Kaelyn menyambar tangan Praba sambil tersenyum menantang. “Gue Kaelyn Putri Clorastanza, anak fakultas ekonomi yang cantiknya mengalahkan wanita-wanita yang menurut lo cantik. Bisa dibilang, gue adalah wanita tercantik dari yang cantik-cantik.”

Praba mengernyit menatap tangannya yang di pegang oleh Kaelyn lalu beralih menatap wajah yang masih tersenyum menyebalkan itu.

“Gak kenal,” sahut Praba cuek lalu menarik tangannya kemudian melangkah menuju kamar mandi.

“Songong bener jadi cowok, ganteng aja kagak!”

“Gue denger,” ucap Praba dari dalam kamar mandi. “Liat aja nanti, lo yang gak bakalan bisa berpaling dari gue, bahkan kalo disuruh milih gantengan gue atau Shawn Mendes, lo pasti bakalan milih gue.”

“Cih, pede banget,” gumam Kaelyn sambil memutar bola mata malas.

“Tunggu aja.” Praba melongokan kepalanya di pintu kamar mandi untuk mengucapkan kata itu kepada Kaelyn lalu kembali menutupnya.

... lo bakalan tau kejutan apa yang nanti bakalan gue kasi.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bedroom FloorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang