2015
I v o r y.
Gelap udah turun. Waktu menunjukkan pukul delapan ketika gue menginjakkan kaki di halaman rumah. Gue yang baru sadar kalau lupa akan sesuatu yang biasanya nggak lupa -mengucapkan terima kasih, otomatis balik badan dan mencari motor Scoopy abu-abu milik Mario.
Sayangnya, nihil. Motor sekaligus pengendaranya udah lenyap. Mungkin dia lagi buru-buru.
Menghela napas, gue melanjutkan langkah gue yang sempat terhenti untuk masuk rumah. Pemandangan yang udah biasa gue dapati pun tersuguh, lagi. Bunda kelihatan annoyed dan Ayah gue masih duduk manis di salah satu kursi ruang tamu, memandangi laptop dengan kedua alis yang nyaris bertemu.
"Ivo, sudah pulang kamu."
"Iya, Ayah. Ivo pulang sama Mario lagi kok."
"Good. Masuk, makan malam terus istirahat."Kalau udah begini, gue cuma bisa mengangguk dan melenggang masuk dengan ekspresi datar gue seperti biasa. Iya, karena hal gini ini yang bikin gue punya pikiran buat sewa apartemen dan tinggal sendiri di sana. Bukan karena apa-apa, kadang suka capek juga heran. Apa mereka nggak tau kalau anaknya yang baru pulang kuliah dengan pikiran sedemikian rupa capeknya terus disambut dengan hal begini tuh bakal jadi semakin capek?
Well, it seems like they don't have such thoughts. Or it is just me who is being too much. Nevermind.
Ketika gue udah di ruang makan, gue mengambil gelas dan mengisinya penuh dengan air putih. Gue sempat melirik Bunda yang menunggu gue untuk menghabiskannya dengan memberi gue tatapan yang sedikit menyelidik.
"Pulang sama Mario?"
"Iya, Bun."
"Besok Bunda bawain bekal buat dia juga ya."
"Terserah Bunda aja. Ivo langsung naik, ya?"
"Makan dulu, sayang."
"Tadi udah sekalian sama Mario kok, Bun."
"Oh ya sudah gih istirahat."
"Good night, Bunda."
"Iya. Istirahat, ya."
"Mmhm."Karena menurut gue kesan pertama itu penting, gue minta maaf karena kalian harus menyaksikan sebuah momen antara gue dan kedua orang tua gue yang agak, well, yeah. Mudah-mudahan kalian bisa maklum, ya. Sekali lagi, I am sorry.
Ah, ya. Sebelum menyelam lebih dalam dan mengingat kita belum sempat ada perkenalan yang pantas, gue mau memperkenalkan diri secara langsung.
Seperti yang kalian udah tau, gue Ivory Malaeev Jovani. Some of you might be thinking that my name sounds weird. It really is, I know. I can relate it pretty well karena menurut hemat gue pribadi, nama gue cukup ribet.
Seringkali orang salah tulis -bahkan mulai dari patahan pertama, jadi nggak jarang gue harus mengeja per huruf. Dan memang salah tulis nama kadang semenyebalkan itu, iya kan? Atau memang gue aja yang berlebihan, ya.
Ada juga yang mengatakan kalau gue -nama gue lebih tepatnya, sok bule atau semacamnya. Gue nggak keberatan sih, udah biasa juga. Toh itu hak mereka buat berpendapat demikian. Satu yang gue percaya, gimanapun bentuk nama yang disematkan oleh orang tua, itu adalah sebuah doa atau harapan. Pastinya mereka mendoakan dan mengharapkan sesuatu yang baik buat kita. Jadi, bersyukur aja atas nama yang dipunya despite tanggapan kurang mengenakkan yang orang lontarkan.
Ngomong-ngomong, gue udah sampai di kamar gue yang berada di lantai dua. Sesudahnya menaruh tas dan ponsel di meja belajar, gue menuju almari dan mengambil satu pasang baju tidur. Gue yang semula hendak ke kamar mandi jadi terhenti karena mendengar ponsel gue yang masih dalam mode vibrate bergetar.
Mario is calling...
"Vo?"
"Ha?"
"Buku yang tadi gue titip masih di lo, kan?"
"Masih. Tadi lo buru-buru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
all in
Ficción Generalmay i steal that heart of yours? may i protect that heart of yours? if i fall several times and get hurt, will you accept my surrender? all of me, i'm all in only to you, i'm all in from now on, i'm all in for you. ㅡmonsta x 's all in, 2...