JATUH DAN CINTA

43 3 3
                                    

    Aku menatap mesra rintik hujan yang membasahi jantung bumi, yang memberikan hawa dingin. Namun dinginnya hujan seolah tak terasa ketika kau berada disisiku.

    Hujan.

Selalu saja ada kisah yang mengalir disetiap tetesannya. Tak terkecuali kali ini, ketika kau dan aku sama-sama berlindung dari ganasnya hujan yang menerjang.
   
    Kita sama-sama terdiam, tak ada yang menyapa. Tidak aku, tidak juga kau. Kita seolah-olah tak saling kenal, meski nyatanya begitu. Tapi setidaknya ada senyuman kehangatan yang kau suguhkan. Tapi tidak! Kau hanya diam menatap rintik hujan yang tak kunjung reda.

    Tampaknya kamu mulai tak sanggup lagi menunggu hujan reda dan kamu memilih menerjang hujan lebat. Kamu ternyata nekat juga.

    Aku hanya bisa menatap punggungmu yang kian menjauh, menyatu bersama butiran hujan. Tubuhmu basah kuyup, tapi kamu seperti tak peduli.

    Dan aku memilih mengikuti langkahmu, berjalan dibelakangmu. Tak ku pedulikan pula hujan yang membasahi tubuhku. Aku hanya ingin mengikutimu. Kamu sama sekali tak menoleh kebelakang. Jalanmu yang terlalu cepat membuatku kewalahan. Ketika kau hilang dibalik tikungan itu, aku menyerah mengikutimu.

    Mungkin ini memang takdirku, yang hanya mengenalmu tanpa balik mengenalku. Mungkin aku ditakdirkan untuk tidak menjadi bagian dalam hidupmu, meski kamu telah menjadi bagian dari hidupku. Mungkin juga ini takdirku bahwasanya aku harus kembali tersakiti oleh cinta ini.
  
    Ah, kau sungguh- sungguh tak mengenalkukah? Dimasa lalu maupun saat ini? Sebegitu tak pentingnya kah aku bagimu? Padahal aku selalu disisimu, memperhatikanmu, menatapmu meski dalam diam. Meski dikejauhan.

    Kapankah kamu akan sadar bahwa disini aku masih menantimu tiada jera. Masih tak ingatkah dirimu pada diriku?
  
    Apakah waktu dan jarak yang telah memisahkan membuatmu lupa akan hadirku? Ataukah sedari dulu aku memang tak pernah terlihat olehmu?

    Sungguh menyakitkan jatuh cinta pada seseorang yang tak menganggap kita ada meski kita selalu hadir dalam hidupnya.

****

     Malam ini aku kembali bertemu denganmu. Tanpa sengaja mata kita beradu pandang. Kamu segera mengalihkannya. Namun mataku masih menatap hadirmu.

    Aku ingin menyapamu, aku ingin kamu mengenalku. Aku ingin memperjuangkan cinta ini. Dulu aku tak pernah bisa memperjuangkanmu, aku tak ingin itu terulang kembali. Aku harus menjadi bagian dari hidupmu. Meskipun perjuanganku ini mungkin tidak akan berpihak pada kemenangan.

     Aku menghampirimu, ketika langkahku mendekatimu kau menatapku. Langkahku semakin dekat denganmu, saat itu pula tanpa kusadari hujan kembali mengguyur bumi. Dalam hitungam detik tubuhku basah kuyup. Ketika aku melihatmu kembali kamu tak ada disana. Aku hanya melihat bayangmu dibalik tikungan itu.
   
    Aku berlari mengejarmu. Namun sosokmu sungguh hilang ditelan kegelapan malam. Aku hanya bisa berdiri mematung bersama hujan. Hingga akhirnya aku lelah dan memilih pergi.

   Aku membalikkan badanku, tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat sosokmu berdiri dihadapanku. Kamu menatapku tajam tanpa senyuman indahmu yang sering ku curi-curi pandang dulunya.

    "Kamu siapa?" tanyamu padaku. Aku tergamam.

   Sungguhkah kau tak mengenalku? Nyaliku ciut, semangatku pudar,rasa kecewa kembali menyapa.

   Itulah hal yang paling kutakutkan, yaitu ketika kamu akan bertanya
"Kamu siapa."

   Ah, aku meyerah. Aku kalah sebelum berjuang. Aku sadar ternyata aku bukanlah seperti yang aku harapkan. Aku tak bisa menjadi diriku yang sebenarnya ketika dihadapanmu. Selalu seperti itu. Dulu dan sekarang tak ada yang berubah oleh keadaan, baik itu kamu ataupun aku.
 
    Aku masih seperti diriku yang dulu yang tak pernah bisa memperjuangkanmu meski ingin. Dan kamu masih dirimu yang dulu yang tak pernah peka akan hadirku.

  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JATUH DAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang