" Lu ditikung? Bales geblek!
Putar balik, tabrak dari depan!"- Selviana Putri -
Aku menghentak-hentakkan kakiku ke kasur dengan menggigit ujung jariku gemes. Sudah 1-3 menit berlalu dan pesanku belum juga dibaca. Padahal status wa-nya online. Kuotaku banyak dan aku sudah memastikan jaringan internetku tidak lemot dengan mengirim pesan pada teman yang lain. Walau isi pesannya hanya 'tes' dan membuatku dimarahin oleh mereka.
Aku geregetan dan hendak melakukan panggilan tetapi tertahan saat pesan wa-ku bercetak biru, dibaca!
Aku memandangi layar ponselku dengan bersemangat saat ada pemberitahuan bahwasanya kamu tengah mengetikkan pesan balasan untukku. Kutunggu, masih mengetik, kutunggu lebih lama sedikit, mungkin saja pesanmu itu panjang sehingga membutuhkan banyak waktu.
"Kampret," dengusku kesal saat kulihat pesan balasanmu.
You
Iya, beby.Dua menit! Dan pesan yang terbaca oleh kornea mataku yang belum rusak ini cuma dua kata itu. Itu cuma 7 huruf!!! Jangan bercanda. Dua menit itu sama dengan 120 detik dan hanya 7 huruf? Apa kamu setelmi itu? Ayolah, anak SD saja bisa mengetik 7 huruf dalam 7 detik!
Aku menghela napas panjang, mencoba meredakan kekesalan yang sudah memuncak. Bagaimanapun aku harus bisa menjadi wanita pengertian agar dia bisa merasakan kalau aku adalah wanita yang tepat untuk dia jadikan wanita pilihan. Walaupun pada kenyataannya, dia hanya menganggapku mangsa empuk untuk menyenangkan orangtuanya saja. Namun, tidak apa-apa, akan kujadikan itu keuntungan untukku.
Iseng, karena aku sudah kehilangan akal untuk menyambungkan percakapan di antara kita, kutekan tombol calling dan mendadak tertawa terbahak saat yang terpampang di wajahku adalah pepy saat ini sedang dalam panggilan lain.
"Haha, sialan!" umpatku geram.
Lalu beberapa detik setelah itu kamu mengirimiku pesan yang membuatku ingin sekali berubah menjadi hantu yang bisa berpindah ke tempatmu lalu mencekikmu hingga tewas.
You
Temanku lagi tanya tugas, jangan ganggu dulu!What?!! Teman apa yang nanya tugas malam-malam jam sebelas? Temannya bego atau memang jelmaan gunderuwo?
Jangan ganggu? Heh? Sejak kapan ada hukum teman lebih utama dari tunangan? Dia sudah kehilangan akal atau emang udah nggak punya otak? Apa perlu aku pinjamkan otak manusia homo sapiens padanya?
Wait! It's impossible right? Volume dan ukuran otak manusia purba tercerdas itu berbeda dengan manusia modern. Oke lupakan, ini bukan pelajaran sejarah.
Aku lempar ponselku asal, bodo amatlah meski rusak. Hatiku sudah kesal kuadrat. Kurebahkan tubuhku di kasur dan mulai memejamkan mataku. Aku tidak tidur, hanya mengistirahatkan tubuhku sejenak untuk bisa berpikir tindakan apa selanjutnya yang akan kulakukan.
Aku diselingkuhi, itulah faktanya. Jadi yang harus kulakukan adalah mencari tahu dulu, seperti apakah selingkuhan tunanganku. I know, ini hanya akan melukai diriku lebih lagi tetapi aku tidak ingin menjadi wanita yang hanya pasrah dan membuang-buang waktu dengan menangisi sebuah kenyataan yang sudah pasti. Aku bukan wanita yang seperti itu.
Kenalilah lawanmu dengan baik melebihi dirimu sendiri maka kamu akan menemukan cara untuk mengalahkannya! Begitulah nasehat terakhir almarhum ayahku setiap kali aku merasa kesal karena kalah dalam beberapa hal. Aku rasa nasehat itupun bisa kuterapkan saat ini. Ya! Aku sudah memutuskannya, aku akan mengalahkannya!
Aku bangun dari tidurku dan beranjak ke meja belajarku. Aku ambil flashdisk dari tasku lalu mulai menyalakan laptop milikku. Setelah nyala, kucolokkan flashdisk itu dan membuka data yang kuambil diam-diam dari laptop tunanganku.
Aku klik satu persatu dan mengamati wajah para pesaingku. Sebenarnya biasa saja, sama semua. Mereka cewek, wajah ngepas, badan ngepas dan yang pasti mereka normal. Kalau lesbi, tidak mungkin mereka mau dengan tunanganku yang nyatanya biasa saja. Sangat biasa dan mendekati jelek kalau tidak perawatan selama setahun. Namun hal yang paling mempesona darinya adalah keloyalannya dan perhatiannya yang memang tidak biasa.
Jangan bersama pengkhianat, begitulah pesan yang selalu kusampaikan pada teman-temanku saat mereka bercerita kalau pasangannya selingkuh. Aku bahkan membantu mengumpat pasangan mereka dan memberikan saran untuk segera putus.
Walau mereka-kebanyakan menangis daripada mengumpat. Lebih cenderung bertahan daripada harus putus, bahkan ada yang rela mengemis agar tetap bersama. Walau aku bukan tipe wanita yang menjunjung atau membuang harga diri, aku memiliki kategoriku sendiri.
Aku mengambil modemku lalu mulai menjelajah di dunia mayat eh maya sesaat setelah connected. Aku mulai membuat akun sosmed baru dan mencari nama-nama selingkuhan darimu tunanganku.
Aku kirimkan permintaan pertemanan untuk semua jenis nama yang mirip atau mukanya rada-rada sama. Aku akan mencari mereka sampai dapat meski harus ke ujung dunia sekalipun.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku mulai menghentikan aktivitasku dan mencari ponselku yang entah kubuang kemana. Setelah kurang-lebih 10 menit mencari seperti orang kehilangan arah, akhirnya kutemukan ponselku yang berada di kolong kasur.
Aku bersihkan sedikit lalu mulai melihat siapakah yang menghubungiku. Rupanya si pengkhianat, yups! Dirimu!
Aku membuka pesan wa yang kamu kirimkan karena aku tidak kunjung menerima telpon darimu.
You
Beby, besok nggak bisa jemput. Ada acara sama teman.Aku terdiam, mencoba berpositif thingking tetapi tidak bisa. Aku rasa dia akan menemui salah satu selingkuhannya. Begitu tebakanku.
"Ah!"
Lampu ide cemerlang di otakku mendadak menyala. Ada sebuah ide gila yang menyenangkan terbesit di otakku. Aku rasa inilah saatnya bagiku untuk bangkit dan mulai bergerak.
Balas dendam, baru saja dimulai.
Sudah kukatakan bukan? Aku bukan wanita yang membuang atau menjunjung harga diri di hadapan lelaki. Aku ini hanyalah seorang P3K alias Pejuang Pembasmi Pelakor Kekinian. Hehe.
***
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAKOR ZAMAN NOW ( Terbit )
Literatura FemininaHanya 5 Bab pertama. DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. Kata siapa cinta cuma tentang aku dan kamu? Justru terkadang, orang ketiga di antara kita merasa dirinya lebih tinggi derajatnya dari tikus tanah. Ini bukan soal siapa yang pertama, siapa ya...