"Janji mu itu sangatlah manis saat terdengar oleh telingaku. Tetapi agar janji itu terasa lebih bermakna kamu harus bisa menepati janji itu."
Maudy Sheilla Putri
***
Hari sudah mulai sore, semua teman Maudy pamit untuk pulang.
"Makasih untuk hari ini. Sorry gue nggak bisa antar kalian sampai ke depan." Ucap Maudy dengan nada sedih.
"Nggak papa kali dy, kan kaki lo juga lagi sakit." Balas Kiara.
"Kita pamit pulang dulu ya dy, besok kita ketemu di Sekolah." Pamit Keana.
"Bang lo nggak ikut pulang?" Bisik Al.
"Nggak, gue pulang nanti aja." Balas Juna.
"Biarin kali Al, Juna kan masih kangen sama Maudy." Goda Roy.
"Apaan sih?" Sahut Juna.
Maudy hanya terdiam dan berusaha menutupi pipinya yang mulai memerah. Apakah benar Juna merindukannya saat ia koma? Tetapi jika benar apakah Juna memiliki rasa spesial untuk dirinya? Maudy masih tidak kuat untuk terlalu berfikir.
Widya dan Herman hanya terkekeh kecil melihat pipi putrinya merah merona. Dan semuanya ikut terkekeh kecil, sementara Agris terlihat senyum terpaksa. Setelah itu semua teman dekat Maudy pulang serta Widya dan Herma mengantarkan mereka sampai depan.
"Dy, gue ajak ke taman mau nggak?" Tanya Juna.
"Ma.... Ma.... Mau." Jawab Maudy gugup.
"Gemes banget sih." Ucap Juna sambil mencubit pipinya Maudy.
Seketika pipinya Maudy langsung berwarna merah padam.
"Apaan sih? Jahil banget." Sahut Maudy.
Kemudian Juna mendorong kursi roda Maudy ke dekat tangga, kemudian menggendong Maudy untuk turun ke lantai bawah. Lalu menaruh Maudy ke sofa ruang tamu.
"Ya Allah Juna kamu kok repot-repot gendong Maudy lagi. Nggak papa kalian ngobrol nya di atas." Ucap mamanya Maudy
"Hehehe, iya tan. Juna juga mau minta izin ajak Maudy jalan-jalan." Izin Juna.
"Iya boleh. Nanti tante sama om juga ada undangan." Balas mamanya Maudy
"Yah, nanti Maudy di rumah sendiri dong?" Ucap Maudy sedih.
"Nantikan ada Juna, mama udah 99% percaya sama Juna." Balas mamanya Maudy sambil mengelus rambut Maudy.
"Nanti kalau Juna mau ngajakin Maudy, kan ada cctv. Papa bisa memantau dari handphone. Nanti papa langsung telpon papanya Juna biar Juna dimarahin." Tambah papanya Maudy
"Oke pa." Sahut Maudy.
"Nanti Maudy tidur di kamar bawah aja ya? Soalnya kasihan Juna gendong Maudy terus." Ucap mamanya Maudy
"Oke ma." Balas Maudy.
"Bentar dy, gue ambil kursi roda Lo."
"Jun tolong ambilin handphone gue juga ya?" Pinta Maudy.
Dan Juna hanya menggangguk kemudian berlari ke atas. Saat sampai dibawah Juna tidak melihat Maudy. Ia pun segera keluar rumah dan melihat Maudy telah didalam mobil. Ia pun langsung mendekat kepada Maudy.
"Lo udah bisa jalan?" Tanya Juna heran.
"Belum lah." Jawab Maudy sambil cengar-cengir.
"Kok bisa disini?" Tanya Juna lagi.
"Tadi digendong papa, katanya nggak mau banyak ngerepotin lo." Jawab Maudy.
"Oh gitu, sekarang om Herman kemana?" Tanya Juna.
"Papa dan Mama lagi siap-siap buat ke acara itu." Jawab Maudy.
Juna hanya mengangguk paham. Setelah memasukkan kursi roda ke dalam bagasi mobil, ia segera menuju kursi kemudi. Setelah menyalakan mesin mobil ia langsung menancap gas untuk menuju taman komplekrumah Maudy.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Juna dan Maudy telah sampai. Setelah memakirkan mobil, Juna turun duluan untuk membantu Maudy turun. Lalu Juna mendorong Maudy menuju bangku taman sementara Juna pergi menuju sebuah toko es kri yang tidak jauh dari lokasi mereka berdua.
"Tunggu sini bentar." Ucap Juna dan Maudy hanya mengangguk paham.
Tidak lama kemudian Juna kembali dengan membawa dua es krim. Kemudian memberikan salah satu es krim itu kepada Maudy. Maudy pun segera menerima es krim tersebut.
"Makasih ya Jun." Ucap Maudy sambil menunjukkan senyum manis dan memperlihatkan lesung pipi yang begitu indah. Juna hanya membalas dengan anggukan dan senyum kecil. Maudy merasa bahagia sekali karena untuk pertama kalinya ia makan es krim setelah ia bangun dari tidur panjangnya.
"Jun, gue tidur berapa lama sih?" Ucap Maudy sambil menatap kaki nya.
"Lo koma selama empat bulan, Dy." Balas Juna.
"Koma?"
Juna menggaguk dan mengiyakan pertanyaan Maudy.
"Lama juga ya." Ujar Maudy sambil menatap kakinya.
"Udah jangan sedih, yang penting sekarang Lo udah bisa makan es krim kan?" Sahut Juna. "Kalau Lo nangis, nanti cantiknya hilang."
Kemudian Juna mencubit pipinya Maudy. Maudy langsung cemberut dan pipinya berwarna merah.
"Btw, sekarang Lo jadi jahil banget." Ketus Maudy.
"Orang itu kalau sedikit berubah kan nggak ada salahnya?" Timpal Juna.
"Oh iya, sekarang Lo nggak sedingin dulu. Lo lebih ke ce-re-wet. Lo ini sehat kan?" Sahut Maudy.
Kemudian Maudy memegang dahi Juna. Juna pun langsung terdiam, tak lama kemudian senyum indah berkembang di bibirnya.
"Heh, malah ngelamun. Jawab dong!" Seru Maudy.
"Gue nggak lagi sakit. Ini janji yang harus gue tepatin." Jawab Juna.
"Janji? Emang Lo janji ke siapa?" Tanya Maudy lagi.
"Maudy Sheilla Putri binti Hermawan." Jawab Juna sambil tersenyum jahil.
Maudy langsung terdiam dan sedikit membuka mulutnya. Hingga ternganga.
"Nanti Jakarta banjir lho." Celetuk Juna sambil menutup mulutnya Maudy.
"Emang janji nya apa? Terus kapan?" Tanya Maudy heran sambil menatap ke atas.
Kemudian Juna menarik wajah Maudy dan membuat wajah Maudy persis di depannya, sehingga membuat mereka berdua bertatapan.
"Saat lo koma, gue janji nggak bakal ngomong irit lagi dan akan selalu jaga lo kapan pun dan dimana pun." Ujar Juna.
Maudy tidak menjawab apapun karena dia seperti di hipnotis oleh mata Juna. Mereka berdua bertatapan.
Cantik lo nggak pernah luntur, walaupun selama ini lo tidur dan nggak pernah dandan. Batin juna
Mereka berdua terus bertatapan, sampai akhirnya ada beberapa anak perempuan SMP yang terlihat sedang berjalan-jalan setelah pulang sekolah menegur mereka.
"Cie.....cie.......cie. Kakaknya romantis banget sih." Seru mereka sambil berjalan didepan Maudy dan Juna.
Juna pun langsung melepaskan tangannya, lalu memalingkan wajahnya karena merasa malu. Hal yang sama terjadi juga dengan Maudy. Setelah itu mereka bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap.
***
Halo guys, author balik lagi.
Maaf beribu maaf author sampaikan karena jarang update. Kalian pasti pada kesal, tapi tolong kalian memaklumi kondisi author yang masih pelajar.
Semoga chapter kali ini bisa membuat rasa kesal kepada author berkurang. Jangan lupa untuk Votment.
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT RAIN (Selesai)
Fiksi RemajaHighest Rank #279 In teen fiction (25-04-2018) Kehidupan seorang gadis biasa yang penuh dengan cobaan yang bertubi-tubi. Suatu hari Ada satu kejadian yang membuat ia membenci Hujan. Suatu saat ia bertemu dengan pria tampan nan rupawan Tetapi sikap...