BAB XXVII

715 76 7
                                    

He's know,

--------
======

Synchoréste| 27

"Jadi ..., semua itu bener?"

Eunbi mematung ditempatnya, ponsel yang sedari tadi digenggamnya sudah jatuh kebawah, bersamaan dengan senyum yang menghilang. "G-Guan?" panggil Eunbi tak percaya.

Eunbi sudah menduga, jika rahasia yang tengah dikuburnya dengan baik, pasti akan ketauan. Cepat atau lambat, sama seperti yang dibilang Jangjun saat itu. Tapi Dia tidak menyangka akan secepat ini.

Guanlin berjalan mendekat dan berdiri didekat Eunbi, "Jadi Kakak bohong sama aku? Tentang Jungkook yang pernah Kakak bilang sebagai sepupu, iya?" tanya Guanlin mendesis. "Jawab aku, Kak!"

Eunbi menutup kedua matanya, sedikit tidak percaya akan apa yang dilakukan Guanlin padanya. Ia memejamkan matanya untuk sesaat, sebelum benar-benar menatap Guanlin seraya melangkah mundur selangkah. "Denger Lai Guanlin, saya ini guru kamu." Ungkap Eunbi. "Kamu nggak seharusnya ngomong kasar sama guru kamu sendiri."

"Jangan ngelak dari pertanyaan aku, Kak," pinta Guanlin.

"Saya punya HAM, saya bebas untuk jawab pertanyaan kamu atau nggak. Jadi berhenti membentak saya." Jawab Eunbi. "Permisi, saya mau lewat." Sambung Eunbi lalu meraih ponselnya dan berjalan melewati Guanlin tanpa menatapnya kembali.

"Kak,"

Eunbi masih saja berjalan saat Guanlin memanggil namanya, Ia bahkan tidak menolehkan kepalanya kebelakang untuk melihat keadaan Guanlin yang sedang menatapnya dengan sendu.

"Kak Eunbi," panggil Guanlin lagi. Sedikit berteriak, tapi teriakannya seperti menyiratkan sebuah kesakitan.

Eunbi masih tetap dalam pendiriannya, berjalan tanpa melihat kebelakang kembali. Eunbi memiliki alasan untuk hal ini; pertama, Minjae telah menunggunya di depan sekolah. Dua, Dia harus datang ke acara perilisan butik Bunda dan Mamahnya. And the last, Dia harus menghindari Guanlin.

__________











Eunbi tersenyum saat mobil Minjae telah terparkir dengan rapih, memang cukup jauh dari rumah Jungkook karena itu Ia perlu untuk berjalan beberapa meter agar bisa sampai disana.

"Kak, bawain tas gue ya," pinta Eunbi lalu melangkah mendahului Minjae yang tengah membuka bagasi mobilnya dan meraih tas milik Eunbi dan memakainya. Ia lalu menutup pintu mobilnya kembali, menguncinya sebelum berjalan mengikuti Eunbi.

Sesekali kepalanya menoleh kekanan dan kiri, untuk mencari rumah yang tertera pada pesan yang dikirimkan oleh Nyonya Jeon. Inilah resiko jika kau pergi ke rumah seseorang, yang belum pernah kau kunjungi. "Ketemu belom? Awas aja ya, sampe kelewat!" desis Minjae.

Eunbi menghiraukan ucapan Minjae, pandangannya terfokus pada setiap nomor yang tertera didepan rumah. Hingga senyum itu terukir ketika melihat rumah diujung jalan, Ia mempercepat langkahnya dan meninggalkan Minjae (lagi) yang hanya bisa menghela nafasnya.

Eunbi menekan bel rumah yang ada didepan pagar tersebut tanpa menghilangkan senyumannya. Melihat letak rumah milik keluarga Jungkook, membuat Eunbi senang. Apalagi rumahnya berdekatan dengan gunung, dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di pantai.

"Enak banget lo ya, ninggalin gue! Nggak tau tas lo ini berat." Cibir Minjae

Eunbi menoleh dan mendengus menatap Minjae, "Ish lebay banget sih Kak!" protesnya. "Lagian tas gue juga nggak berat, cuma bawa beberapa pasang baju, sama laptop. Beda sama tas tentara lo yang beratnya kaya karung beras!"

[7] Synchoréste | J.J.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang