Prolog

18 3 5
                                    

Hello.. Disini aku make nama panggung Suho ya... Happy reading^^

Siswa siswa sekolah tingkat atas yang juga berada di kelas atas berkumpul menjadi satu di aula yang mewah. Mereka terlihat menawan dengan balutan jas hitam. Terdengar beberapa kali suara gemuruh yang berasal dari mikrofon. Ditengah kerumunan itu, seorang siswa laki-laki bertubuh tinggi tegap, berambut coklat yang disisir ke samping dengan rapi, berkulit putih, dan berwajah tampan, tengah melipat kedua tangan didada sambil bersender di tembok.
Temannya datang dan memanggil dirinya dari dalam kerumunan, "Hyung!"

"Suho hyung!" Suho hanya diam dan mempertahankan ekspresi datarnya.

"Ah! Hyung! Kenapa diam saja?" siswa yang bername tag 'Baekhyun' itu datang dan menepuk bahu kanan Suho dengan keras.

"Kenapa? Aku memang seperti ini."

"Eoh, lihat dirimu!" Baekhyun mendecih sebal. Sementara itu, Suho hanya memusatkan pandangannya pada mimbar didepan yang sudah diisi seorang lelaki paruh baya—sambil berdehem beberapa kali, meminta perhatian siswa-siswanya.
Bakhyun memperlihatkan raut muka yang terkejut sekaligus gugup. Ia bahkan berteriak-teriak dengan gagap karena kegugupannya membuat ia sulit bernafas.
Keduanya segera menempatkan posisi di tengah barisan ketika seluruh siswa telah berbaris rapi dan diam untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh kepala sekolah.

Suho yang berdiri tepat disamping Baekhyun merasa tertekan karena ocehan yang terus keluar dari mulut Baekhyun tanpa henti.

"Hyung, bagaimana jika pulang sekolah kita bermain basket? Datanglah kerumahku. Baiklah jika kau tidak mau aku saja yang datang ke rumahmu. Bagaimana dengan bermain PS?"

"Hyung, bukankah jaketku masih ada dirumahmu? " semua pertanyaan dilontarkan dan Suho tetap diam.
Ia menoleh kearah Baekhyun, bermaksud ingin membungkam mulutnya dan menyuruh untuk diam. Namun ketika itu, ia menyadari sesuatu.

Sebuah sinar laser berwarna merah menyorot Baekhyun tepat di dadanya. Suho menatap kosong titik merah terang itu—tampak sangat kontras dengan warna jas hitam yang dipakai. Ia tersentak dan teringat sesuatu.
Ia belum sempat berbuat apa-apa ketika tiba-tiba suara letupan senjata api datang dan menimbulkan suara yang cukup keras sampai memecahkan kaca di aula. Semua orang berlalu lalang, bingung. Kepala sekolah berusaha menyembunyikan ketakutannya dan menyuruh siswa untuk tetap tenang. Sedangkan Suho hanya menatap kosong pemandangan dihadapannya.

Baekhyun tersungkur.
Noda darah ada dimana-mana.

Suho ingin sekali memutar balik waktu, menanggapi seluruh ocehan Baekhyun satu per satu, mengajaknya main basket, main PS, memori keduanya teringat kembali di kepala Suho, terasa sangat sesak seakan akan semua kenangan itu akan hilang.

Ia marah, sangat marah. Tidak pernah dirinya merasakan perasaan seperti saat ini.

Suho menoleh ke arah kaca yang pecah dengan mata merah dan berair. Bibirnya bergetar. Ia merasa takut, namun disisi lain ia sangat ingin membunuh orang yang menembak Baekhyun tanpa belas kasih.

Samar samar Suho melihat seseorang bertopi dan berpakaian serba hitam dari atas atap gedung sebelah. Pria itu berdiri dan merapikan semua peralatan yang dibawa dan menyandang tas hitam besar di pundak.

Pria itu melihat Suho mengawasinya dari bawah dengan raut wajah penuh amarah. Bagaikan orang yang tak takut mati, pria itu bukannya langsung kabur dan berlari. Ia malah dengan santainya menyunggingkan sebuah senyum sinis, membenarkan letak topi hitamnya, dan berlalu pergi.

Suho menggertakkan gigi, napasnya terengah engah.

Ia menoleh ke belakang, Baekhyun, yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri sudah tiada. Beberapa saat kamudian, pandangannya kabur. Kepalanya pusing berkunang kunang. Tanpa disadari, Suho ikut jatuh dan semuanya berubah menjadi gelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang