Semangatku

12 2 2
                                    



Aku bangun seperti biasanya jam 03:00 pagi, jauh sebelum suara adzan terdengar dari pucuk-pucuk menara mesjid daerah tempat tinggalku. Aku menggeliat membaca do'a bangun tidur, merapikan tempat tidur dan segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Aku tak pernah ingin melewatkan adzan subuh sejak aku mulai baligh. Aku selalu merasa jika adzan subuh adalah awal umat manusia untuk menjalankan aktivitasnya menjemput impian dan cita-citanya setelah ia bagun dari mimpi yang melenakannya.

Hari ini memang sama dengan hari-hari yang lainnya, tak ada yang berbeda, matahari masih terbit dari ufuk timur dan itu yang selalu kusukuri yang berarti masih ada harapan untukku memperbaiki hari-hariku yang tersisa. Aku benar-benar bersemangat hari ini, rasanya duniaku lebih cerah dari langit biru hari ini. Mungkin karena hari ini adalah jadwal interviewku disalah satu perusahaan multinasional di negeri ini. Sungguh ini adalah kesempatan yang luar biasa yang pernah kumiliki setelah aku bisa lolos seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) di Indonesia. Ok, mungkin ini terkesan lebay atau berlebihan tapi memang ini adanya. Aku benar-benar bahagia. Sebagai orang yang pencitraan agar bisa lulus interview aku memang telah mempersiapakan penampilan terbaikku menurutku sih, tapi lumayan dibandingan aku yang di rumah memakai daster. Aku berdandan cukup rapi. Konsep monokrom selalu menjadi andalan terbaikku dalam kesempatan langkaku. Aku memakai rok panjang hitam, kemeja putih yang dibalut kardigan hitam, jilbab hitam, sepatu berhakku yang berwarna hitam serta tas gendongku yang senada juga pasti berwarna hitam.

Aku keluar dari rumahku jam lima pagi, antisipasi kalau-kalau di jalan nanti macet. Aku selalu menghitung estimasi waktu perjalanan dan jarak tempuh dan tentunya aku pun selalu menghitung estimasi macetnya perjalanan, Prinsipku masih sama, lebih baik kepagian daripada harus kesiangan. Tak ada kata better late than never dalam kamus hidupku, aku benci terlambat dan keterlambatan. Untukku keterlambatan adalah alasan yang melahirkan pembenaran. You knowlah pembenaran sedikit sekali kebenarannya, karena isi dari pembenaran hanyalah keegoisan dari pembelaan terhadap persepsi diri sendiri. Aku memang bukanlah orang yang sangat disiplin tapi sebisa mungkin aku akan belajar untuk berdisiplin minimal aku bisa mendisiplinkan diriku sendiri.


Aku masuk ke gedung ini dengan langkah terpedeku mudah-mudahan aku tidak over confident kalau aku over kepedean yang ada itu masalah. Bismillah, aku melangkah masuk setelah pintu otomatis itu terbuka lebar untukku. Aku berjalan dengan penuh semangat langsung menuju meja resepsionis.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sapa Mbak-Mbak penjaga meja resepsionis dengan ramah.

"Saya mau interview Mbak." Jawabku

"Sebelumnya, Mbak sudah buat janji."

"Sudah Mbak, tiga hari lalu saya dapat telpon dari perusahaan ini untuk melakukan interview."

"Nama Mbak siapa?" lanjutnya

"Raina Azzahra Husain."

"Ok, Mbak bisa duduk dulu. Nanti saya panggil lagi."

"Terimakasih." Ucapku dengan senyum mengembang

Mbak resepsionis itu membalas senyumanku. Aku melihat Mbak itu menelpon seseorang, entah siapa, mungkin bagian HRD. Aku tak ingin terlihat kepo juga, padahal iya. Haha

Selama aku menunggu untuk dipanggil, aku membuka mushafku untuk menenangkan diriku yang benar-benar tegang. Bagaimanapun interview ini menentukan karierku ke depannya. Aku tak ingin menjadi pengangguran, setidaknya dengan aku bekerja aku mengurangi angka pengangguran di negeri ini yang kita sendiri tahu banyaknya seperti apa. Aku membaca Surat Al-Fath Surat ke 48 dalam urutan mushaf Al-Quran. Al-Fath sendiri artinya kemenangan dan aku berharap hari ini adalah kemenangan untukku, minimal sebagai kemenanganku melawan rasa gugup, tegang juga ego keserakahan dan kesombonganku dengan sangat lirih.

Setelah sekitar lima belas menit akhirnya namaku dipanggil juga. Ku segera menutup mushafku dan berdiri dan melangkah ke meja resepsionis itu.

"Mari Mbak saya antar ke lantai tiga ke ruang HRD." Katanya sambil tersenyum.

Aku mengikuti Mbak Nida memasuki lift untuk ke lantai tiga. Ya,Mbak Nida ini adalah resepsionis cantik yang baru saja berkenalan denganku, walau sebenarnya aku sudah tahu nama Mbak Nida ini dari nametag yang dikalungkannya tapi tetap kami berkenalan selayaknya orang yang baru pertama kali bertemu.

Setelah pintu lift terbuka aku mengintil Mbak Nida ini di belakang. Mengikuti setiap langkah Mbak Nida yang mengantarkanku ke ruang HRD untuk interview.

Mbak Nida mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Dari dalam terdengar suara orang menjawab salam sambil mengatakan masuk. Saya dan Mbak Nida masuk ke dalam ruangan.

Aku melihat seseorang duduk di kursi yang membelakangiku. Aku bisa mnenebak kalau yang duduk di kursi itu laki-laki. Aku melihat dia memutar kursinya dan menutup mushafnya.

Aku benar-benar terkejut melihat orang yang duduk di kursi itu sungguh aku benar-benar terkejut dan tak percaya. Orang ini adalah orang yang aku kenal bisa dibilang dulu dekat dengannya.

"Silahkan duduk Nona." Dia menatapku dengan ketenangan seperti airnya.

Aku langsung duduk di kursi yang sudah tersedia di ruangan itu. Mbak Nida keluar setelah orang itu mempersilahkannya untuk kembali ketugasnya.

Dia menatapku seperti menatap orang asing. Mungkin setelah tidak bertemu sekitar dua tahun dia menganggap aku orang asing dalam hidupnya.

"Pak Zain, orang yang mau interviewnya sudah datang nih."

"Siap Pak Raihan." orang yang di panggil Pak Zain itu keluar dari ruangan yang masih ada dalam ruangan itu. Aku merasa ruangan itu adalah pulau Samosir dan ruangan yang aku duduki adalah pulau Sumatera serasa pulau dalam pulau.

Aku terkejut untuk kedua kalinya ternyata Pak Zain itu adalah kakak tingkatku di organisasi kampusku dulu. Aku benar-benar merasa duniaku sangat sempit, di sana di sini aku selalu bertemu dengan orang yang pernah aku kenal atau minimal saudara atau teman dari orang yang pernah aku kenal.

"Assalamu'alaikum selamat pagi." ucap Pak Zain sambil berjalan menghampiriku dan akhirnya orang yang duduk di kursi yang tadi berdiri dan membiarkan Pak Zain duduk di kursi yang tadi di dudukinya.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, selamat pagi Pak." Jawabku sopan

"Oh ya, sebelumnya perkenalkan nama saya Zain Rahman Abdullah. Anda bisa memangil saya Zain." Sambil menangkupkan kedua tangannya didada tanpa dia bersalaman denganku, aku melakukan hal yang sama.

"Saya Manager HRD disini." lanjutnya

Aku benar-benar tertegun, serasa kembali ke masa aku masih mahasiswa ketika aku diwawancara olehnya dalam rekruitmen pengurus baru organisasi. Aku masih diam saja memperhatikan apa yang selanjutnya akan disampaikan olehnya.

"Kalau boleh tahu nama anda siapa Nona?" tanyanya kemudian

Aku yakin dia pasti sudah tahu namaku bahkan aku yakin orang ini sudah mengenalku bahkan dia  tahu alamat rumah dan jurusanku waktu kuliah dulu. Tapi lagaknya seperti benar-benar melihat orang baru.

Aku menarik nafas lalu mulai memperkenalkan diriku.

"Nama saya Raina Azzahra Husain."jawabku mantap

"Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik."

"Tak usah tegang Nona, santai saja. Anggap saja interview ini sebagai perbincangan biasa." lanjutnya

Aku masih tersenyum kaku ketika ia berkata demikian. Walau aku pernah mengenal Pak Zan sebelumnya, demi profesionalisme kerja aku akan tetap seperti orang yang belum pernah kenal sebelumnya.

"Apakah benar anda telah mengirim surat lamaran kerja ke perushaan ini? lanjutnya

"Benar Pak." jawabku singkat

"Silahkan ceritakan diri anda." Perintahnya

Aku mulai menceritakan diriku, riwayat pendidikanku, pengalaman organisasiku bahkan aku harus menceritakan kepribadian serta visi misiku ke depan jika aku diterima di perusahaan ini. Sebenarnya, meskipun saya tidak menceritakan diri saya kedua makhluk ini pasti sudah tahu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jemput Himmahmu BersamakuWhere stories live. Discover now