Alfy dan Rio berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Di depan kelas, ada banyak gerombolan siswi yang memperhatikan keduanya. Sedari tadi Rio terus tersenyum dan mengedipkan matanya nakal seperti seorang selebriti.
Entah dimulai sejak kapan, Alfy mulai banyak memiliki fans dan itu berimbas juga pada Rio yang selalu menempel padanya. Berbeda dengan Alfy yang cuek, Rio justru menikmati kepopuleran mereka.
Mulai dari tersenyum nakal dan mengedipkan mata, Rio terus menyebar pesonanya sebagai playboy. Dan benar saja, banyak diantara fans Alfy yang juga menjadi fans Rio. Kebanyakan dari mereka menanggap Rio lucu, cute, dan semua kata yang memiliki arti sama. Mereka hanya tidak tau saja kelakuan sebenarnya seorang Devian Rio Arescha.
" Rio ihh.. lucu banget!" Histeris salah satu kakak kelas mereka. Rio tentu saja semakin tersenyum dan mengedipkan matanya. Membuat beberapa penyuka cowok 'cute' semakin histeris. " Jangan kedip-kedip gitu dong Rio, melting nih.." Ucap salah satu dari segerombolan –yang Alfy duga satu angkatan dengan mereka.
" Udah deh Yo! Nggak usah sok imut gitu. Gue jijik!" Titah Alfy yang diabaikan Rio. Alfy memutuskan untuk meninggalkan Rio yang masih sibuk tebar pesona sana-sini. Alfy lapar, dan menunggu Rio selesai dengan para fansnya membuat perutnya semakin lapar dan sialnya lagi, Alfy tidak bisa menahannya.
Tadi pagi Alfy tidak sempat sarapan karna bangun terlambat. Maka dengan sangat terpaksa, Alfy harus turun ke kantin yang terletak di lantai satu untuk membeli roti atau apapun yang bisa menenangkan cacing-cacing di perutnya.
" Pakde, Rotinya dua ya. Sama Aqua satu." Ucap Alfy menyodorkan uang dua puluh ribu. Pria berumur sekitar 40an itu menerima uang Alfy lalu memberikan kembaliannya. Tak lupa berterima kasih yang dijawab anggukan singkat Alfy. Cowok itu berlalu meninggalkan kantin yang semakin ramai.
Alfy berjalan cepat menuju kelasnya. Ingin segera sampai namun keramaian di sepanjang koridor memperlambat jalan Alfy. " Permisi." Ucap Alfy sopan pada beberapa kakak tingkatnya yang berdiri di tengah koridor.
SMA Adhitama memang tidak membedakan gedung senior dan junior. Terdapat satu gedung yang diisi kelas X-XII jurusan IPA, satu gedung untuk kelas X-XII IPS. Dan tiga gedung untuk kegiatan ekstrakulikuler atau ruangan lainnya.
Sesampainya di kelas, Alfy memakan rotinya sendirian karna tidak bertemu Rio saat di koridor tadi. Biarlah, pikirnya. Mungkin ini bisa mengurangi kebiasaan buruk Rio.
Kedua roti yang Alfy beli sudah habis ia makan. Tidak ada kegiatan berarti yang bisa ia lakukan. Disaat seperti ini, Alfy biasanya mengingat rooftop dan rokok. Tapi sekarang, Alfy justru teringat Dara.
Dan dengan mood yang tiba-tiba meningkat drastis, Alfy berjalan cepat menuju rooftop berharap bisa bertemu Dara disana. Sudah sekitar tiga hari Alfy tidak bertemu dan mengobrol melalui aplikasi chat bersama Dara.
Tiga hari belakangan, Alfy sibuk dengan kegiatan fotografinya. Minggu depan, Alfy akan mengikuti lomba fotografi se-SMA di Jakarta sebagai perwakilan dari sekolahnya. Tentu saja ini adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Alfy.
Oleh karna itu, Alfy sudah jarang ke rooftop dan bertukar pesan dengan Dara karna sibuk mempersiapkan foto yang akan ia ikutsertakan untuk acara tersebut. Tidak bisa Alfy pungkiri, ia merindukan gadis itu. Merindukan semua yang ada pada Dara.
Alfy berharap saat ia membuka pintu rooftop, ia akan melihat sosok gadis yang menjadi alasannya kesini. Namun yang Alfy temukan hanya kursi dan meja yang sudah patah. Tidak ada sapaan hangat Dara yang ia dapatkan, hanya angin yang menerpa wajahnya. Membuat rambut Alfy yang sudah mulai panjang berantakan.
Alfy mengusap wajahnya kasar. Cowok itu lalu duduk di pinggir tempat ia dan Dara biasa mengobrol berdua. Alfy merasa selama tiga hari ia tidak berkomunikasi bersama Dara, hidupnya kembali seperti sebelum mengenal Dara.
Datar dan membosankan.
Tidak bisa Alfy bantah, hidupnya memang sedikit berubah kala ia mengenal Dara. Rasanya jauh lebih menyenangkan. Melihat tawa Dara karna lelucon garingnya. Melihat wajah cemberut Dara saat ia memanggil cewek itu dengan sebutan " Car." Dan masih banyak hal menyenangkan lainnya.
Ah ya, Alfy Nararya Putra merindukan Dara Maharani.
-0o0-
Dara dan kedua sahabatnya tengah mengantri di loket pembelian tiket film Dilan 1990. Sepulang sekolah tadi, Dara dipaksa dua temannya untuk ikut nonton. Dara tentu saja dengan sangat terpaksa ikut walaupun Dara sudah menonton film tersebut. Bersama Alfy tentu saja.
First Date mereka yang membuat pipi Dara terus memanas. Saat Alfy menggenggam tangannya. Saat Alfy mencium keningnya. Dan saat Alfy tidak mau melepas genggaman tangan mereka selama fim di putar. Dara tersenyum kecil lalu secepat kilat senyum itu memudar.
Dara menyadari ada yang berubah dari hidupnya. Dara dapat merasakan efek dari kehadiran Alfy di hidupnya. Ya,Dara menyadari itu semua. Bagaimana perasaannya yang lega luar biasa kala selesai bercerita tentang hidupnya pada Alfy. Bagaimana hari-harinya terasa menyenangkan saat Alfy di dekatnya. Bagaimana dengan cepat Alfy bisa mengubah pemikirannya tentang solusi sebuah masalah.
Dan yang terpenting, Alfy berhasil membuatnya kembali percaya pada cinta.
Satu fakta yang selama ini selalu ia sangkal,
Ia menyukai Alfy Nararya Putra.
-0o0-
" Lo kenapa diem aja sih Ra? Galau? Atau lo baper sama Dilan?" Ujar Dinda kala mereka keluar dari studio 4. Selama film diputar, Dara memang banyak diam atau sesekali mengangguk menanggapi ocehan kedua temannya. " Iyaa Ra. Lo kenapa? Akhir-akhir ini lo sering ngelamun ihh.." Tambah Diva.
Benar juga, Dara banyak melamun akhir-akhir ini. " Gue nggak pa-pa. Yuk makan! Gue laper!" Ucap Dara mengalihkan pembicaraan. Dinda dan Diva kompak saling bertatapan dan menyadari satu hal,
Dara galau karna Alfy.
Lucha,2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Novela JuvenilHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...