Kopinya cappucino, setangkai melodi mengasap lewat bibirnya.
Sore itu, ia menaruh siku di atas meja, sendirian saja.
Aku yang malu-malu kuda nil ini mencoba mendekatinya;
Kami bercakap, bercerita, berkata-kata, kata-kata kami sama sekali bukan bahasa, kata-kata kami adalah bintang jatuh yang meminta keinginan ke sendirinya.Lama aku meminjam inginnya untuk membuat cerita, menyentilkan dunia ke pejamannya.
Kemudian aku diam, ia diam, diam-diam seisi angkasa ikut diam, menjadi malam yang diam, menjadi puisi yang melepas diksi, menjadi lampu yang mati, menjadi tinggi yang lupa kendali, menjadi sepucuk misteri yang tidak ingin diketahui.