Semburat Garis Lengan Musyafir Cinta

7 1 0
                                    

Pagi hari yang cerah ditemani secangkir teh buatan nenek dengan semilir wangi bunga melati yang menyambutku pagi ini, suasan yang kuharap dapat menjadi teman dikala penat, dan sahabat dikala gundah. Ketenangan yang kuharap dan kupinta agar aku dapat hidup bahagia tanpa terluka.

“Apakah ini benar Rumah Ibu Asmunah?”

Aku menganggukan kepala, karena ini memang rumah neneku Bu Asmunah
 
“Nek ada paket, tapi kok ini ditujukan untukku yah? Apa ada yang tahu kalo aku sekarang sedang di rumah nenek. "

 “Coba buka.”

Saat paket itu menampakan isinya. Sebuah lukisan indah yang kurasa aku menyukainya. Permasalahannya siapa yang sengaja mengirim lukisan ini, bahkan dia tahu alamat rumah nenek.

Minggu ini aku sengaja menghabiskan waktu di rumah nenek, entah kenapa perasaanku sedang gundah dan kalut, mungkin karena aku baru saja di bohongi oleh kekasiku yang ternyata menikah dengan wanita lain.

“Neng, ada surat nih. "

Kubuka surat itu dengan rasa penasaran, dan aneh.

 “Aku berharap kamu menyukai lukisan yang sengaja aku kirim untuk wanita kuat, dan baik, yang bisa melewati semua masalah tanpa melukai orang lain”

Musyafir Cinta

Aku merasa sangat tertarik dengan inisial yang ia gunakan, terkesan islami. Dan sepertinya lukisan pertama ini membuatku terkesan. Aku berharap dia orang baik.

Hari Jum’at esok aku genap berusia 21 tahun, aku berharap akan mendapatkan kebahagian hingga akhir hayatku.

"Andri, ngapain kamu disini?"
"Happy Birth day." Tiba-tiba Mamah muncul dari belakang. Ini kejutan yang paling tidak aku sukai. Andri adalah orang yang telah menyembunyikan kebohongan terbesar kekasihku Kang Ikhsan, hingga Kang Ikhsan menikah dengan mojang Bandung dengan statusnya yang masih Kekasihku.

Walaupun hari ini kuanggap tidak seindah hari yang kuharapkan. Tapi, setidaknya aku bahagia karena aku mendapatkan kado lukisan yang dikirim oleh orang misterius yang aku tebak dia adalah seorang lelaki. Lukisannya indah, menggambarkan diriku yang termenung dibawah pohon bungan Bugenvil. Tapi dari dua lukisan yang ia kirimkan pasti membuat aku semakin bertanya siapa dia sebenaranya?, mengirim Lukisan dan surat tanpa menyertakan alamat pengirim. Akupun membaca surat kedua yang ia kirim kepadaku hari ini.

“Barakallah Fi umrik ya, semoga menjadi wanita tangguh dan penyabar. Saya tahu mungkin kamu akan bertanya siapakah saya ini sebenarnya, saya rasa itu tidak penting yang jelas saya adalah pengagum rahasiamu. "

Entah siap Musyafir Cinta itu, yang jelas kini ia mulai mengambil perhatian dan berjalan sedikit demi sedikit menuju relung hatiku, aku akui bahwa aku ada pengagumnya.

Hari Minggu ini nenek mengajaku untuk pergi ke pameran, nenek memperhatikan gerak-geriku yang mulai menyukai karya seni yang satu ini.

Kaki ini mulai melangkah memasuki ruangan yang menjadi tempat pameran, ku perhatikan setiap sudut ruangan, ruangan ini di sulap menjadi gedung dengan penuh nilai seni, dinding-dinding dihiasi lukisan-lukisan yang keren, kuperhatikan setiap lukisan untuk kutemukan sisi istimewanya hingga mataku terhenti saat melihat sebuah lukisan yang menggambarkan dua orang lelaki yang berhadapan dengan seorang perempuan. Saat aku perhatikan lebih detail ternyata, wajah kedua lelaki itu sama namun mereka berpakaian seolah dua sisi yang berbeda, kuperhatikan kembali dan. Tertulis Musyafir Cinta di sudut kanan bawah lukisan itu.

Nenek pulang duluan karena waktu sudah mulai siang, aku memilih melanjutkan petualanganku untuk mencari Musyafir Cinta itu, kini aku sudah mendapatkan cara untuk mengetahui sosoknya.

"Pak, bisa antarkan saya ke pembuat lukisan ini." Pintaku pada salah satu panitian. Kamipun berjalan hingga sampai pada satu ruangan dan dipersilahkannya aku masuk.

"Kamu!, kenapa harus kamu coba."
"Iyah, aku Andri Musyafir cinta yang selama ini kamu cari."

Aku tak pernah percaya bahwa dia dibalik nama itu, bahkan aku tak pernah berharap bahwa Andri-lah yang selalu mengirim lukisan yang membuat aku menyukai setiap lukisan itu. Aku tidak bisa mempungkiri bahwa rasa benciku terhadapnya begitu besar, hanya karena dia mengetahui bahwa Kang Ikhsan punya wanita lain dibelakangku.

"Kamu punya hak untuk membenciku tapi, tolong beri waktu aku untuk memberi penjelasan."
"Cukup Andri, kamu pikir dengan kamu mengirim lukisan itu aku akan lupa kesalahan kamu?" Aku sudah tidak mengontrol emosi, akupun pergi meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba langkahku terhenti karena Andri berada di depan mataku dan memegang erat tangan ini.

"Demi apapun aku gak niat menutupi semua ini." Pandangan kami beradu, dia menatapku dengan tajam. "Aku sudah berusaha ngasih tahu tapi kamu selalu gak mau kalau aku ajak kamu ngobrol serius, sebenarnya aku ingin jelasin semua ke kamu."

Aku akui memang beberapa waktu kebelakang dia selalu minta waktu berdua. Tapi, karena sikapku yang berusaha ngejaga perasaan Kang Ikhsan jadi aku menolaknya. Akupun bergegas pergi meninggalkannya.

"Tunggu!, Jesi aku sayang kamu. Tolong berhenti kalau perasaan yang kamu miliki sama." Aku tak menggubris, pergi dan berlari. Aku tak mengerti kenapa mata ini berair?.

“Aku tak tahu siapa sebenarnya yang salah. Orang yang berselingkuh, atau orang yang berusaha memberitahu tentang hubungan buruk itu tapi seseorang menolak mendengar pembicaraanya. "

Sesampainya di rumah aku langsung mengumpulkan semua lukisan pemberiannya dan aku bakar.

Beberapa hari ini aku tidak keluar rumah bahkan tidak keluar kamar, berusaha menenangkan diri atas situasi ini.

Jum'at, pagi hari aku di bangunkan oleh suara ponsel tanda panggilan masuk. Mamahlah yang menelphon pagi ini.

"Jesi." Suara tangis terdengar di sebrang Telephon, aku mulai panik dan menanyakan apa yang terjadi.
"Pulanglah Jes, Andri meninggal."
Spontan aku menangis dan buru-buru keluar dan bergegas pulang ke jakarta. Sesampainya di rumahku, tak ada orang. Tanpa pikir panjang aku langsung ke rumah Andri, benar saja Mamah sedang disini menemani tante Marin, ibunya Andri.

“Kenapa nak?” Ibu Andri menepuk pundaku

“Mirip aku”

“Iyah, itu kamu, baru ajah dipajang 3 Hari lalu sebelum dia berangkat ke Aceh” Jelas ibunya kepadaku. “Maafkan Andri yah nak. "

Entah untuk siapa air mata ini karena keluar dengan sendirinya, aku bingung harus bilang apa.

“Kak” Sapa adik Andri padaku. Aku menjawabnya dengan senyum.

“Kak Andri sering cerita ke aku tentang kakak, cantik, baik dan penyayang, itulah sifat kakak yang aku tahu dari seluruh cerita kak Andri, kakak perempuan ramah. Bahkan jarang marah, itulah gmbaran yang aku tahu.”

Pembicaraan kami terhenti karena Jasad Andri harus segera dikebumikan, yang aku tahu sekarang dia adalah Musyafir Cinta yang tak pernah menceritakan keburukan orang kepadanya, selalu membuat orang tertawa tanpa bertanya apa yang akan ia dapat setelah melakukan itu. Apa sebuah kebencian, penghinaan atau hal lain.

Aku sangat bangga karena iya pernah membuat sebuah goresan untukku dengan lengannya, dan pernah berjalan dihatiku dengan dirinya sebagai Musyafir Cinta.

End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semburat Garis Lengan Musyafir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang