25 Januari
"Kenapa sih Ga, anggota kelompok kita kan banyak, kenapa yang harus ngerjain revisi ini kita berdua'' untuk kesekian kalinya Gilsha mengomel, daritadi Gavin lelaki di sebelahnya hanya fokus ke buku dan laptop, sesekali terdengar suara ketikan laptop.
"Kita? Daritadi lo cuman makan, main hp, terus selfie. Jadi yang ngerjain gue doang"
Emang udah dari sananya Gavin itu sekali ngomong suka bikin ngilu, ya ga salah juga sih dari tadi emang itu yang Gilsha lakukan selama hampir 2 jam.
Sepulang sekolah mereka berdua langsung mengerjakan makalah Fisika hasil revisi - an.
Gilsha memilih kedai kopi dekat sekolah untuk mengerjakannya, untung kali ini tidak ada bantahan sama sekali dari Gavin.Setelah ucapan Gavin beberapa menit lalu Gilsha hanya diam memandangi Gavin yang sedang serius, lelaki yang sudah satu tahun lebih sekelas dengannya itu.
Meskipun masih awal tahun karena memasuki semester baru tetap ada saja tugas, Gilsha sempat ngedumel soal ini.
Jam sudah menunjukan pukul 5, bahkan kopi yang mereka pesan sudah habis.
"Mau balik jam berapa Ga? Mamah gue pasti nyariin"
"Yaudah lo balik sama siapa?" Ucap lelaki itu dengan santainya.
"Yang bawa gue kesini kan lo!" Jawab Gilsha kesal.
"Emang sebelum kesini gue ada janji mau nganterin lo balik?"
Selain merepotkan Gilsha selama ini Gavin juga sangat menyebalkan, ingat itu.
"Jam segini mana ada angkot sih, lagian rumah kita searah ko!!"
Gilsha melirik laptop yang berada di depan Gavin sudah mati.
"Naik ojek online kan bisa" Balas Gavin.
Yaampun setelah laptop mati, Gilsha mengira lelaki itu akan mengantarkannya pulang, apa Gavin lupa hp Gilsha mati setengah jam yang lalu karena di pakai hotspot yang lebih sialnya di kedai ini tidak di sediakan Wi-Fi.
Kalau boleh sekarang juga Gilsha ingin mengunyah kepala Gavin.
"Gue balik ya"
"Serius lo mau ninggalin gue? Hp gue mati Ga, mana bisa gue hubungin orang rumah atau pesen ojek online"
Lirih Gilsha.Tiba - tiba Gavin menyodorkan jaket dongker miliknya pada Gilsha, kemudian hening beberapa detik.
"Cepet pake diluar hujan, seragam lo bisa tembus"
Gilsha sudah habis kata kata, tidak mengerti jalan pikiran Gavin, bahkan dari tadi Gavin belum menawarkan pulang bareng.
Sebelum lelaki itu berubah pikiran, Gilsha cepat mengambil jaketnya lalu mengekori Gavin dari belakang.
Beruntung hujannya tidak terlalu lebat, seengganya lebih baik daripada pulang kemalaman."Jangan pegangan ke tas" Perintah Gavin saat mereka sudah berada di atas motor.
Gilsha dengar apa yang Gavin bilang barusan, refleks Gilsha melepaskan pegangannya pada tas ransel Gavin, ia bingung harus pegangan kemana.Jelas dengan kesadaran Gilsha langsung berpegangan pada seragam sekolah Gavin, tanpa ada protesan lagi dari lelaki itu.
Di tengah hujan, motor matic Gavin membelah jalan yang cukup ramai, dan sejujurnya Gilsha suka dengan suasana ini.
Bau khas tanah basah serta parfum Gavin yang tercampur air hujan masih bisa tercium oleh Gilsha.Gilsha tau, ia menyukai Gavin sejak lelaki itu selalu merepotkannya, tepatnya saat mereka menginjak kelas 11, 6 bulan yang lalu
See at Chapter One
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In You
Teen Fiction"Lo ibarat sebuah game yang berada di level difficult, level tersulit buat di menangkan" - Gilsha