Kututup buku yang selalu ku baca selama 5 tahun ini. Buku yang bagaikan obat penenang bagiku disaat masa terberatku. Disana hidup sebuah perasaan tulus dari seorang bidadari yang aku sia siakan.menyesal? Bukan hanya menyesal. Aku marah karna kebodohanku.
Taukah kalian?
Dia malaikatku, penjagaku.
Bodohnya aku, tak menyadari kehadiran dirinya disampingku. Selalu disampingku.
Kau tau?
Ternyata aku satu sekolah dengannya sejak SMP dan 4 kali kita selalu satu kelas. Aku hanya tau dia si gadis pendiam dan pemalu yang duduk di depan.
Dia gadisku, cinta abadiku.
Walau sebentar, aku sungguh tak bisa melupakannya. Dia datang saat aku terpuruk dengan senyumnya yang terlihat kaku tapi selalu tulus. Bahkan saat aku melahap habis coklat pemberiannya, itu terasa hambar karna manis coklat tak sebanding dengan manisnya senyum yang dia berikan padaku.
Aku jatuh pada pesonanya saat itu, tapi aku terlalu takut untuk menyukainya. Aku takut dia hanya kasian padaku. Aku mengulur waktu untuk medekatinya, mencari saat yang tepat, menurutku.
Menjadikannya pacarku?
Aku sudah berusaha, namun dia menolak dan menjauh. Dan aku tak berusaha lebih. Aku terlalu sakit hati dengan penolakannya, tanpa ingin mengetahui alasannya. Ego ku tak bisa ku kendalikan dan itu menjadikan aku orang paling bodoh.
Dia tau saat aku terpuruk, tapi aku tak tau saat dia terjatuh. Bahkan aku meninggalkannya saat dia membutuhkanku. Hanya karna dia menolakku.
Dia hanya sekali menolakku, dan aku pergi. Sedangkan aku tak menganggap dia ada selama 6 tahun dan dia selalu disampingku.
Maaf, bee.
Terima kasih, bee.
Aku akan selalu mencintaimu.••••
"Chanyeol-aa, sini nak makan dulu."
"Iya bu, sebentar." Aku berlari kecil dari kamar menuju ruang makan. Dan wangi masakan rumah yang menyapaku membuatku lapar seketika.
Aku mengambil tempat di salah satu bagian meja makan. Dan Ibu disampingku.
"Makanlah, dan malam ini tak usah menginap. Ingat! Kau punya Bunda dan adikmu yang menunggu di rumah."
"Tapi bu---"
"Sudahlah nak, lepaskan dirimu dari belenggu rasa bersalahmu. Dia tak ingin melihatmu begini. Ibu tak apa. Ibu bahagia mengetahui ada yang mencintainya melebihi cinta ibu padanya." Ujar ibu sambil menepuk bahuku dengan rasa kasih sayang.
"Ibu.... Kita sudah bahas ini. Rumah ini rumahku, dan ibu akan selalu menjadi ibuku."
"Ya, tentu nak. Ibu senang punya anak tampan sepertimu. Tapi, lanjutkan hidupmu. Jangan kau siksa dirimu dan orang sekitarmu lagi. Ini sudah 5 tahun, dan kau besok akan wisuda. Lanjutkan mimpimu dan berbahagialah."
"Ibuuu--"
"Ibu tak akan kemana, Chan. Karna disini tempat ibu. Pulanglah, ibu sudah mengabari bundamu." Sela ibu dan bangkit menuju arah dapur untuk mengambil minum.
"Besok ibu akan datang?"
"Tentu. Anak ibu akan menjadi sarjana, pasti ibu kan datang." Ibu tersenyum.Senyum itu yang selalu aku rindukan. Sama persis dengan senyum bidadariku. Senyum yang selalu mengundang senyum dan ketenangan bagi siapa saja yang melihatnya. Senyum itu.
"Baiklah. Besok aku akan mengunjunginya dan menjemputnya."
"Yasudah. Makan dulu dan mandi. Setelah itu ibu akan mengantarmu."
"Tidak bu, aku pasti akan pulang. Tak perlu mengantarku."
"Ibu harus mengantarmu, ya walau hanya sampai pintu depan. Hahaha!"
"Ibuu~~~"
_______________________
Keesokan harinya………
Aku memarkirkan motorku di depan gerbang. Hanya butuh 45 menit yang aku tempuh untuk sampai disini. Hamparan rumput hijau menyambutku. Tak banyak orang disana, hanya ada beberapa keluarga yang datang untuk menyapa kebahagiaan mereka.
Ku eratkan peganganku pada seikat bunga mawar yang aku bawa dari rumah. Salah satu hobby baru ku, menanam bunga mawar di pekarangan belakang rumahku. Dan hanya mawar.
Tak jauh dari gerbang, aku sampai pada tujuanku. Pada kekasihku. Kuserahkan bunga mawar hasil karyaku padanya. Aku tau, dia pasti akan senang menerimanya. Aku bahagia, dia menerimanya.
Setelah beberapa menit, kegugupanku masih melanda. Aku gugup, lidahku kelu, aku ingin memeluknya tapi aku tak bisa. Aku hanya terdiam, menunduk, menatap mawar indah itu disisinya. Aku sudah latihan selama 5 tahun ini, tapi tetap saja ini sulit. Karna selama ini aku hanya menatapnya dari jauh tanpa punya keberanian untuk mendekat padanya.
"Maaf bee, aku baru berani menatapmu. Aku tak punya keberanian untuk datang padamu. Mawar ini adalah mawar terbaik yang aku punya, dan kuharap kau suka."
"...."
"Aku hari ini telah di wisuda. Bunda dan adikku datang, dan kau tau? Ibu juga datang dan membawakan bunga yang cantik untukku. Tapi, kenapa kau tak datang?"
"...."
"Tak masalah bee, aku tak marah. Apa hakku memarahimu, harusnya kau lah yang marah padaku. Kau boleh menghajarku, karna aku membuatmu menunggu selama 5 tahun."
"...."
"Bee, ayo pulang bersamaku. Ibu menunggumu."
"...."
"Oke. Oke. Aku mengerti bee. Aku akan pulang. Aku sangat senang bisa sedekat ini denganmu. Ibu juga menyukaiku, dan pasti bunda akan sangat menyukaimu. Aku pulang dulu bee. Kalau kau berkenan, aku tunggu kau malam ini. See you next time, my angel."
Akupun dengan berat hati pergi meninggalkan kekasih ku karna ini sudah larut. Aku bahkan tak menyangka akan melupakan waktu bila bersamanya. "Aku akan menunggumu bee, aku sangat merindukanmu. Datanglah malam ini, mari bertemu......
.....di mimpiku malam ini."
Aku pun melangkah menjauh meninggalkan nisan indah itu. Nisan yang menorehkan nama indah kekasihku, cinta abadi. Byun Baekhyun.
Aku sangat mencintaimu.
-Park Chanyeol
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] I am Sorry, I Love You [Chanbaek vers.] ✅
Fanfic[COMPLETED] "I am Sorry, I Love You." "I Love you even You're her." "Sorry, but I can't stop to loving you." ---------------------- • GS version • ChanBaek • Random