Naura dan Lisa baru saja memasuki kelas yang terbilang sepi, karna kebanyakan dari mereka sedang tidur mengingat waktu yang sudah menandakan siang bolong. Sama halnya dengan Alda yang sepertinya sudah mimpi sampai berepisode-episode.
"Alda tidur dari tadi?" tanya Naura ketika dirinya telah sampai di mejanya kemudian duduk tepat di samping Alda yang sedang tertidur dengan posisi satu tangan menopang kepalanya yang menghadap ke arah tembok.
"Iya, dia dateng-dateng matanya udah lima watt," jawab Lisa.
Pantesan tiba-tiba ngilang. Batin Naura.
Kemudian ia membulatkan bibirnya, setelah itu tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang aneh pada tangan Lisa.
"Eh ini tangan Lisa kenapa!?" spontan Naura langsung memegang tangan Lisa.
"Tadi abis jatoh, hehe," kata Lisa dengan cengirannya.
"Ya ampun Lisa! Kebiasaan deh ceroboh," suara Naura yang terkenal nyaring mampu membuat Alda tersadar dan langsung menegakkan tubuhnya.
"Lho, kok Alda udah bangun sih?" tanya Naura, seperti biasa, dengan wajah polosnya.
Alda lantas memutar kedua bola matanya malas, tidurnya memang tak pernah bisa tenang bila ada Naura di dekatnya.
"Suara Nau ganggu ya, yah maafin ya Alda sayang," rayu Naura seraya merangkul lengan Alda, juga dengan menampilkan cengiran khasnya.
Sementara di lain tempat, Gina bersama dengan sang guru sedang berjalan menaiki tangga. Tinggal beberapa langkah lagi, keduanya akan sampai pada kelas Naura yang juga kelas Gina.
Gina sempat mengumpat dalam hati mengingat sang guru yang sudah mengagalkan niatnya untuk mencuci mata, dan sekarang ia harus rela melawan rasa malasnya demi mengantarkannya menuju kelasnya.
Tak hanya itu, banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Gina. Karena pasalnya, baru kali ini Hardi secara terang-terangan ingin menemui Naura, bahkan ketika Naura tidak melakukan salah apa-apa.
Boro-boro bikin salah, keluar kelas aja kalo laper doang, itu juga kalo dibujuk dulu. Batin Gina, ia pun meringis sendiri mengingat sahabatnya itu yang seperti parno untuk keluar kelas.
"Kamu kenapa, Gin?" tanya Hardi yang ternyata sadar dengan raut wajah Gina.
"Eh? Nggak apa-apa kok, pak. Silahkan, pak," jawab Gina setengah ketakutan, untung saja saat ini posisi mereka sudah berada di depan kelas, maka Gina langsung saja mengalihkan pembicaraan dengan mempersilahkannya untuk masuk.
Lantas menurut, kakinya melangkah namun hanya sampai pada ambang pintu.
"Yang bernama Naura, boleh mendekat ke bapak," suara tegas juga berat dari Hardi mampu menyadarkan seisi kelas, bahkan beberapa siswa yang tertidur rela membangungkan dirinya demi melihat apa yang terjadi, tapi tak sedikit juga yang tak perduli dengan keadaan.
Begitupun dengan Naura, Lisa, dan Alda yang langsung saling menukar pandangan.
"Apa suara saya kurang keras? Mana yang bernama Naura?" ulangnya.
Naura pun menggigit bibir bawahnya, dengan gemetar ia mengangkat tangannya kemudian berdiri dengan ragu. Para siswa pun memperhatikan Naura dengan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKER
Teen FictionKehidupan seorang Naura Latisha cukup indah dan tentram, hanya ditemani oleh musik, novel, dan ketiga sahabatnya. Ia bukan tipe siswi yang terkenal dikalangan siswi lainnya, Naura hanya perempuan biasa yang lebih menyukai kesendirian di kelas. Hingg...