CHAPTER 2

65 2 0
                                    

At Stasiun Gajayana

Terlihat seorang gadis manis yang sedang duduk di sebuah bangku stasiun sembari menggerak-gerakkan kakinya pertanda ia sedang bosan, entah apa yang ia tunggu. Dengan wajah lesu ia menopang dagunya dengan kedua tangan.

" Huffft." Terdengar helaan nafas yang keluar dari bibir gadis bermata indah itu.

Dengan wajah kusut gadis itu bangkit dari duduknya, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti sedang menunggu seseorang. Mungkin karena orang yang ditunggu belum juga muncul, dan ia mulai lelah karena sedari tadi berdiri akhirnya dia duduk kembali sambil merogoh tas besar yang dibawanya untuk mengambil ponsel miliknya. Tak berapa lama setelah dia memainkan ponselnya terlihat seorang pria menghampirinya dengan tergesa-gesa. Dengan nafas yang tidak beraturan pria itu duduk disamping sang gadis.

" Apa aku terlalu lama?" Tanya sang pria.

" Tidak, hanya sebentar. Saking sebentarnya sampai membuat pantatku panas karena daritadi aku hanya duduk seperti orang bodoh disini." Ketus sang gadis.

" Rachel, kakak minta maaf. Kau tahu, kakak sudah kebelet sejak kita keluar dari rumah tadi. Kakak bahkan harus menahannya dari rumah." Ujar pria itu membela diri.

" Ya aku tahu, Kak Arlan ku sayang. Tapi 15 menit bukan waktu yang sebentar. Sebenarnya kau itu pergi ke toilet stasiun ini atau stasiun Inggris sana." Sungguh pertanyaan yang retoris.

" Iya-iya, maafin kakak oke. Kakak janji nggak akan ngulangin hal ini lagi." Sesal Arlan " Jangan ngambek lagi, udah jelek entar makin jelek. Kakak janji deh nanti kalau kita sudah sampai di Jakarta kita jalan-jalan gimana?" Tawar Arlan sambil mengacak-acak rambut adik kesayangannya.

"Aihhh. Kakak jangan di berantakin rambutku." Rachel menghempaskan tangan kakaknya. "Janji ya, saat di Jakarta nanti kita jalan-jalan. Awas saja kalau bohong, aku akan memukul kakak nanti." Sambungnya.

"Hei Rachel, kenapa kau ini kasar sekali hah. Begini-begini aku ini kakakmu dan lebih tua darimu. Jadi jika kau memukulku itu tidak sopan untuk dilakukan gadis kecil sepertimu." Ucap Arlan dengan nada kesal yang sengaja dibuat-buat. Ya, dia memang tidak bisa marah kepada Rachel karena Arlan sangat menyayangi adik satu-satunya itu, walaupun adiknya bersikap menjengkelkan sekalipun.

"Apa katamu? Gadis kecil? Kakak kau dengar ya, umurku ini sudah 24 th dan kita hanya beda 2 th. Jika kau memanggilku dengan sebutan gadis kecil, kau akan dianggap gila oleh semua orang." Ledek Rachel. "Lagipula, apa wajah ini pantas disebut gadis kecil hah?" Tanya Rachel sembari menunjuk wajahnya sendiri.

"Aku tidak peduli berapapun usiamu 17,20,30 bahkan 70 tahun sekalipun kau itu tetap gadis kecilku yang harus kakak jaga, mengerti? Dan satu lagi wajahmu itu sangat manis. Seandainya kakak ini bukan kakakmu pasti aku sudah mengira kalau usiamu itu - " Ucapan Arlan sungguh menggantung.

"Berapa? Apa kau akan mengira usiaku 17 th? Kau akan bilang begitu kan?" Tingkat kepercayaan diri Rachel benar-benar tinggi.

Arlan menggelengkan kepalanya.

"Jika aku bukan kakakmu, aku pasti akan mengira kalau kau itu sudah berumur 60 th. Kenapa? Karena kau itu cerewet seperti nenek-nenek." Ledek Arlan sambil menyunggingkan seringaian jahil.

Rachel hanya berdecak sebal. Padahal dia sudah sangat percaya diri tadi, bahkan dia sudah melayang dilangit ke tujuh, tapi ucapan kakaknya benar-benar membuatnya emosi. Ya, walaupun dia tahu itu hanya candaan dari kakaknya yang menyebalkan tapi tetap saja membuatnya kesal setengah mati.

"Terserah kau saja." Ucap Rachel sambil mengerucutkan bibirnya yang semakin membuatnya terlihat menggemaskan di mata Arlan.

Beberapa saat setelah mereka saling meledek, terdengar pengumuman bahwa kereta api dengan tujuan Jakarta akan segera berangkat. Keduanya pun bergegas menaiki kereta. Setelah berada didalam kereta, Arlan segera mencari tempat duduk kosong. Setelah mencarinya beberapa saat ia menemukan satu tempat duduk kosong disudut gerbong bagian belakang. Arlan menyuruh Rachel duduk didekat jendela dan kemudian dia ikut duduk disamping Rachel setelah meletakkan tas besar di rak atas.

LOVE'S PHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang