Australia, mei 2017
.
.
.
(riel prov.)Ka Aiden, mengapa kau tinggalkan aku, mengapa tidak aku saja yang saat itu mati.
Hari ini aku benar benar merasa lelah, melihat felix mencoba bunuh diri untuk kedua kalinya, mendengar ia menganggap yang kulakukan padanya sama seperti perlakuan manusia pada peliharaan. Sungguh aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya tak tau bagaimana caranya untuk merawatnya. Aku hanya takut kehilangan dia.
Tapi setiap kulihat wajahnya, selalu mengingatkanku pada mu, mengingatkan pada kenyataan bahwa kau pergi karena aku. Aku selalu teringat akan kesalahanku pada mu jika melihatnya, sehingga aku menyibukan dengan kegiatanku sebagai dokter tapi berusaha tidak mengingkari janjiku dengan menyewa bibi yang bisa membantunya dirumah.
Aku tau mungkin aku salah. Tapi aku punya alasan akan itu semua ka, aku Membatasi pertemanannya hanya karena takut mungkin akan menyelakainya, menyuruhnya banyak kegiatan dirumah agar meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan diluar sana berakhir dengan dia pergi dariku.
Tapi itu tetap saja tidak berhasil, dia berusaha pergi dariku secara diam diam, maafkan aku ka.
Harusnya aku mati bukannya kaka, sehingga kaka bisa merawat felix lebih baik dariku, maafkan aku ka.
.
.
.
(Riel prov. Off).
.
."Jangan, jangan, jangan, kumohon." Mohon felix pada sosok yang berusaha mengambil alih tubuh tantenya. Ia masih berusaha bangkit dari jatuhnya
Namun terlambat, tubuh riel sudah terkuasai penuh oleh sosok tersebut. Riel berjalan lurus menuju balkon.
"BII!! BIBI!! TOLONG !!" Felix memanggil meminta bantuan karena merasa tidak sanggup melakukannya sendiri.
Riel masih terus berjalan dan terlihat siap meloncat dari balkon rumahnya. Bibi masuk ruangan dan terkejut melihat felix dilantai.
"Astaga tuan, mengapa bisa sampai jatuh."
"Jangan hiraukan aku, cegah tante untuk meloncat bi, cepatt"
Terkejut, bibi pun langsung melihat kebalkon dan ternyata benar, nonanya sudah berdiri di pagar balkom bersiap lonca.
"Nona apa yang kau lakukan!?" Teriak bibi sambil berlali menghampiri. Namun terlambah, riel telah loncat dan jatuh.
.
.
.
"Maafkan aku felix yang tidak bisa merawat mu dengan baik, aku tak bermaksud menyakitimu, berhentilah mencoba bunuh diri, i love u"
Pamit riel kepada felix yang menangis, bayangan riel pun melahan menghilangan bak tertiup angin."I love u too, maafkan aku juga."
Felix menangis kencang hingga tak sadarkan diri..
.
.
Upacara pemakaman dilakukan, felix terduduk dikursi roda yang didorong oleh bibi. Matanya kosong masih tak percaya tantenya, wali tunggalnya pergi bunuh diri karena sosok yang menghantuinya."Felix, aku turut berduka cita." Ucap dion yang hadir diupacara pemakaman.
Felix hanya diam menatap lurus gundukan tanah dihadapanya.
.
.
"MENGAPA KAU MENGAMBIL TANTEKU!?? MENGAPA TIDAK AKU SAJA!?"
"Aku hanya mengabulkan permintaanmu untuk bebas dan permintaannya untuk mati."
"Kau bohong, aku memang ingin bebas tapi bukan berarti menginginkan dia mati. Pergi kau, PERGI!?" Teriak felix terhadap sosok yang kini hanya tersenyum sinis.
Bibi yang mendengar teriakan felix dari kamarnya pun menghampiri kamarnya. Dan melihat felix sedang mengamuk melempar semua barang didekatnya ke depan.
"Tuan, tenanglah, ada apa?"
"PERGI!! KUBILANG PERGI!! BERHENTI MENATAPKU SEPERTI ITU!PERGIII!!"
"Tuan tenanglah, ini bibi." Ucap bibi berusaha menenangkan felix sambil memeluknya. Merawat felix selama 9 tahun kebelakang membuatnya sudah menganggap felix adalah anaknya sendiri.
Sosok tersebut secara perlahan menghilang dan felix mulai tenang.
"Maafkan aku bi, aku yang membuat tante meninggal, maafkan aku" isak felix di pundak bibi.
"Tidak, ini semua takdir. Jadi jangan salahkan dirimu. Kembali lah menjadi felix yang dulu, mulai lah melihat dunia luar, jangan salahkan dirimu atas kematian seseorang, karena semuanya sudah takdir." Ucapan menenangkan dan usapan lembut bibi di punggung felix membuatnya merasa tenang dan aman.
Lama dengan posisi tersebut membuat felix perlahan melepaskan pelukannya.
"Bi?"
"Iya tuan?"
"Berhentilah memanggilku tuan, panggil felix saja."
"Baiklah."
"Bi?"
"Iya felix?" Felix tersenyum mendengarnya.
"Jika aku pergi bibi akan bagaimana?"
"Kau akan pergi kemana, hmm?" Bibi bertanya karena pertanyaan felix yang ambigu mengenai kepergiannya.
"Aku ingin pergi kekorea untuk mencari ibu." Bibi yang mendengarnya terkejut, namun kemudia ia tersenyum.
"Lakukan lah semua yang kau mau mulai saat ini, jalani hidupmu sesuai keinginanmu."
"Terima kasih bi, sepertinya aku akan pergi 2 minggu lagi."
"Apakah secepat itu?"
"Aku sudah menyiapkan semuanya bi, maukan bibi menjadi waliku agar aku bisa keluar negeri?" Tanya felix ragu, ia bisa saja meminta ayah chan untuk melakukannya, namun ia berharap bibinya lah yang menjadi walinya.
"Tentu. Bagaimana dengan ujian mu?"
"Aku akan tetap melakukannya, setelah lulus aku akan pergi."
"Baiklah, semoga berhasil."
"Thanks bi." Ucap felix sambil tersenyum tulus.
.
.
.
TBCYay update lagi, ku usaha kan bisa update tiap hari, jadi tetep pantengin dan terima kasih buat semua yang mendukung dan mengupresiasi ceritaku,
saranghae😘.-pandakoria
KAMU SEDANG MEMBACA
broken compass ✔
FanfictionKisah perjalanan seorang felix, anak yang lahir dan dianggap sebuah kesalahan menjalani hidup untuk mencari ibunya Warning!! -Judul ga sinkron sama cerita -slow update