Seandainya waktu bisa diputar kembali, apakah aku akan tetap memilih untuk pergi? Fersya menatap gedung sekolahnya untuk terakhir kali. Keputusannya sudah bulat. Dia telah memilih takdirnya.
"Dia tidak datang, tidak mungkin datang. Seharusnya aku segera pergi, bukan malah menunggunya seperti ini" Fersya mengusap air mata yang mulai menetes di pipinya.
-----
Rafa berlari dengan sepenuh tenaga, sambil sesekali melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. Semoga belum terlambat. Aku harus menyatakan perasaanku sebelum menyesal.
Dari kejauhan, dia melihat Fersya berjalan lalu membuka pintu mobil."Tungguuuu...Syaaaa..."
Suara Rafa tenggelam oleh deru mobil Fersya yang mulai melaju.
Dengan terengah-engah, dia mencoba terus berlari mengejar mobil itu, tetapi akhirnya Rafa menyerah setelah mobil itu berbelok di tikungan.
Cintaku pergi..aku menyesal, sangat menyesal. Seandainya waktu bisa diputar ulang, aku pasti akan mengakui perasaanku padamu secepatnya.
Laki-laki yang memiliki julukan cowok paling cool di sekolah itu meneteskan air matanya.
Kamu cinta pertamaku,Syaaa
----
Di dalam mobil yang melaju kencang menuju bandara, Fersya masih menangis. Dia menyakinkan diri bahwa ini pilihannya sendiri. Tak ada gunanya menangis, tak ada artinya mengharapkan seseorang yang tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
Cinta sepihaknya semasa SMA hanya cukup untuk dikenang, tak mungkin bisa terwujud. Butiran air mata masih setia menetes di sepanjang perjalanan.
Ada tangan yang mengelus kepalanya, mencoba menenangkan tetapi malah membuat deraian air mata bertambah deras.
"Jangan menangis, tambah jelek ntar." ucap Minho sambil memberikan sapu tangannya.
"Iya, terimakasih." jawab Fersya sambil berusaha tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Destiny
Teen FictionFersya, Seorang gadis pemalu yang diam-diam mencintai cowok tercuek di sekolahnya. Dia memiliki misi untuk mencairkan hati cowok itu. Disaat mereka mulai dekat, muncul laki-laki dari Korea yang mengaku sebagai tunangan Fersya.