Naomi duduk diatas motornya sambil menatap gerbang sekolah Brasta Larenza yang terlihat ramai di jam pulang sekolah.
Menatap fokus pada gerombolan siswa siswi yang menghalangi pandangannya untuk mencari sang kekasih yang mungkin saja sudah berjalan diantara mereka.
Senyumnya yang semula mulai tercetak saat melihat gadisnya mulai terlihat diretina mata mendadak berubah menjadi bingung manakala raut wajah kekasihnya yang entah mengapa terlihat kesal. Sorot matanya menatap aneh sekaligus bingung pada seorang pria yang sedang mengikuti kekasihnya dengan sedikit berlari, dan Naomi sedikit tersentak kaget saat melihat sang pria menahan langkah Veranda sehingga membuat Veranda berhenti dan menatap kesal pada pria yang memiliki rambut nyaris botak.
Naomi hanya diam melihat itu semua, padahal didalam hatinya ingin sekali mendatangi pria itu dan memukulinya karena membuat Veranda menjadi tak nyaman. Tapi sepertinya dia harus menahan rasa keinginannya itu untuk menjaga nama baik sang kekasih disekolah internasional ini, dan Naomi sendiri sedang malas untuk memukuli wajah seseorang terutama didepan kekasihnya sendiri.
"gue mau pulang !'' ujar Veranda ketus pada Steve yang lagi-lagi menghadangnya untuk menyusul Naomi yang sudah menunggu didepan gerbang sekolah.
"pulang bareng gue aja yah. Plis Ve, sekali aja lo pulang bareng gue" Veranda hanya mendengus mendengar ucapan Steve yang memohon.
"gue udah dijemput didepan. Lain kali aja kalo lo mau" Veranda langsung melepas pegangan tangan Steve di lengannya dan berjalan kedepan sekolah. Mendengar itu sontak semangat Steve membara.
"serius Ve ? Kapan ?" tanya Steve semangat.
"kapan-kapan ! kalo lo mati !"
Steve melonggo kaget mendengarnya. Semangat yang awalnya membara sontak lenyap tak tersisa mendengar jawaban Veranda yang langsung menyiutkan nyalinya.
"kenapa ? Cemberut amat mukanya ?" tanya Naomi sambil memberikan helm milik Veranda.
Veranda hanya mengganguk malas dan mulai memakai helmnya. Namun saat ingin mengklik pengaman helm, Veranda sedikit mengalami kesusahan.
"ini kenapa sih ?" gerutu Veranda kesal. Naomi yang melihatnya pun langsung membantu sang kekasih.
Klik
"udah kepasang tuh, naik gih biar pulang"
Veranda hanya menurutinya dan mulai duduk dibelakang Naomi. Tanpa perlu ijin dari pemilik motor Veranda langsung memeluk erat pinggang Naomi dan menyadarkan kepalanya nyaman dibahu Naomi.
"dia siapa ?" tanya Naomi saat motornya berhenti dipersimpangan lampu merah.
"maksudnya ?" tanya Veranda balik yang belum ngeh tentang pertanyaan Naomi.
"itu yang tadi ngalangi jalan kamu, yang rada botak ngeselin gitu mukanya" jelas Naomi menggingat wajah lelaki yang memang menurutnya menyebalkan.
"orang gila itu, gak usah dipikirin" jawab Veranda yang baru menyadari siapa yang dimaksud Naomi.
"hush ! gak boleh gitu. Mana ada orang gila bisa sekolah" kata Naomi menasehati Veranda.
"ada kok orang gila sekolah. Yang tadi ngalangi aku tuh orang gila beneran" kata Veranda membantah.
"dia tuh gila Naomi. Dari aku kelas X sampai sekarang, dia tuh sering banget neror aku pake perhatian gitu supaya aku luluh sama dia dan mau jadi pacar dia tapi aku tolak terus"
Naomi kembali menjalankan motornya setelah lampu berubah menjadi hijau sambil menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan Veranda.
"kok ditolak ?" tanya Naomi.