Indonesia adalah negara kepulauan, dan negara terluas se-Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang banyak dan melimpah ruah. Indonesia bagaikan surga yang tiada habisnya. Setidaknya itu yang berada di pikiran seorang wanita yang sedang duduk di meja kerja dengan sedikit menopang dagu. Matanya memandang hamparan laut dan pasir putih tanpa rumput di tengah-tengah hasil potret seseorang dari internet. Tidak lupa, ada watermark di salah satu sisi foto tersebut sebagai tanda bahwa foto itu ada pemiliknya.
"Hmm, andai aja aku bisa ke pulau Derawan." wanita manis itu berandai-andai. Dia menopangkan dagu, tanda bahwa dia sedang mengkhayal.
"Susah kali, Ran dapat izin dari Pak Eno," celetuk teman lelaki yang duduknya di sebelah meja kerja Rana. Pandangannya masih fokus ke komputer, sedang mengetik Berita Acara Pemeriksaan.
Rana, demikian nama wanita itu, mengerucutkan bibirnya. "Pak Eno kejam banget. Aku iki sumpek kadang, pengen gitu nikmatin weekend. Eh pas ndhek TP, malah disuruh ke kantor katanya ada kasus." Rana mencerocos tentang kegiatan weekendnya kemarin dengan mimik sebal.
AKBP Eno Sudarisman adalah atasan dari Rana, dia adalah kepala satuan reserse kriminal di Polrestabes Surabaya. Tidak galak, cuma kalau mau sesuatu itu selalu disampaikan dengan gaya datar yang membuat Rana dan teman-temannya kadang jadi segan.
Kemudian ekspresi wanita itu berubah lagi jadi ceria. "Masih untung ini kasus, aku nggak terlibat banyak. Cuma membantu mereka memetakan profil pelaku kasus pembunuhan di Wonocolo."
Teman lelakinya tidak menjawab, hingga suasana menjadi hening, karena baginya Rana mengganggu pekerjaan. Yang ada hanya suara ketukan keyboard, meskipun tidak keras, cuma bagi Rana, suara tersebut menjadi terdengar keras di telinganya. Dia menoleh ke teman lelakinya lagi, "Ndre, kon nggak risih, sama suara keyboard? kayaknya keyboardnya butuh diganti deh? Ntar aku bilang ke bagian umum deh kalau keyboar—"
"Ran, ini keyboardnya nggak apa-apa kali. Kon ae yang lebay. Duh sana Ran, kerjain tugasmu. Aku sibuk nih, dikejar deadline BAP." Teman lelakinya memotong cepat, tatapannya jengah.
"Iya deh." Rana tidak berkutik dan kembali mengerjakan sesuatu di komputernya.
Kantor Satreskrim Polrestabes Surabaya merupakan kantor yang menjadi saksi bisu perjuangan Rana Arsyinta dalam menjalankan cita-cita yang selama ini ada di angan-angan. Walaupun sempat mendapat tentangan dari Papanya, Rana bisa membuktikan bahwa dia bisa jadi polisi yang sesuai bidangnya.
Selepas SMA, Rana memang tidak langsung menjadi polisi. Dia berkuliah di Universitas Airlangga fakultas psikologi selama 3,5 tahun. Setelah itu dia melanjutkan S2 di tahun yang sama, dan ketika dia lulus di tahun 2018. Dia mulai mendaftar polisi lewat jalur SIPSS, ketika berhasil melewati tahapan seleksi yang sangat banyak itu barulah menjalankan pendidikan layaknya polisi pada umumnya selama 6 bulan di AKPOL Semarang. Setelah lulus, dia berpangkat ipda dan sekarang menikmati kerjanya di kantor ini.
Suara pintu terbuka membuyarkan fokus Rana dan iptu Andre. Rupanya adalah temannya yang membawa tersangka baru.
Bukannya menunjukkan muka garang, Rana malah menatap sedih temannya yang mendampingi tersangka tadi. Seringai temannya mengatakan bahwa dia telah memenangkan taruhan dengan Rana yang diadakan seminggu lalu. Baru kali ini Rana kalah dalam taruhan, kadang hidup memang tidak harus selalu menang atau kalah. Yah nggak jadi sego sambel Mak Yeye sebulan nih traktirannya, batin wanita itu.
Rana membulatkan rasa kecewanya dengan mengerjakan laporan dan analisis kasusnya hingga malam hari. Ketika Rana hampir tertidur, sebuah kantong plastik ditaruh di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentralisasi | ✓
Aventura[SERI PANDORA #2] [TAMAT] Obi Ardiansah Wiantono (27) menghilang ketika liburan ke Southamptons bersama sahabat dan kekasihnya, tetapi anehnya Obi tidak meninggalkan jejak apa pun. Rupanya Obi terlempar ke tahun 1979 akibat mencoba mainan lamanya. B...