Prologue

219 13 2
                                    

Jakarta, 24 February

Rintik - rintik hujan berjatuhan membasahi kota jakarta yang padat ini, sekarang sudah pukul 04.30 WIB, menandakan jam pulang kantor sudah tiba. Sudah tidak aneh lagi, setiap sore kota jakarta di guyur hujan, entah itu hujan lebat atau sekedar rintik rintik. Banyak para pekerja kantor sedang meneduh di loby, entah untuk menunggu hujan reda, menunggu taxi atau jemputan mereka.

Suara deru mobil dan cek-cok para pegawai membuat suasana di dekat dirinya menjadi bising, ya seperti hari nadin hari ini, suram memikirkan dua lamaran pernikahannya di hari yang sama, bahkan waktunya pun sama.

Malam ini, ia harus membuat suatu keputusan atas kedua lamaran pernikahannya itu. Entah itu keputusan yang baik untuk masa depannya atau tidak, yang pasti ia akan memutuskan sesuai dengan isi hatinya sendiri, ia akan mengikuti naluri hatinya. Tapi, bagaimana jika naluri hatinya salah?bagaimana jika nanti masa depannya akan suram karena keputusan yang sudah ia perbuat.

Ah..jika memikirkan hal itu terus berlanjut bisa pecah kepalanya ini.

"Nunggu siapa?"

Nadin dengan refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut, alisnya terangkat sedikit ketika melihat dalang sosok masalah yang baru saja ia pikirkan. Sosok yang berperawakan tegas dan keras, sorotan matanya selalu tajam, membuat siapun yang melihat wajahnya akan mengira dirinya adalah sosok yang dingin dan tak tersentuh.

Nadin terdiam untuk sesaat, tidak menjawab pertanyaan pria yang tengah berada di sebelah dirinya.

"Hmm sepertinya aku sedang berbicara dengan patung" sindir pria itu dengan suara pelan, tapi tetap saja masih terdenger di telinga nadin.

"Nadin!!" Panggilnya kembali dengan suara sedikit tegas. Tapi terlihat nadin tidak jera sedikit pun, terbukti saat ini ia masih menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arahnya. Tatapannya pun datar.

Ia mendengus sebal, di baliknya bahu wanita yang berada di sebelahnya hingga arahnya sekarang sudah bertatapan.

"Dengar!aku melamarmu kemarin karena ingin menyelamatkan dirimu, aku tahu kau tidak mencintainya, dan dia juga tidak mencintaimu mereka melamarmu karena bisnis mereka, dan kau lah yang di jadikan alat mereka" katanya dengan nada sarkas dan tegas, Nafasnya hingga tergesa gesa karena saking kesalnya mengingat wanitanya dimanfaatkan.

Tidak lama dari itu, datanglah sebuah mobil berwarna putih berukuran sedang, berhenti tepat di dekat mereka. Nadin dan pria itu menoleh ke arah mobil tersebut. Jendelanya terbuka, dan memperlihatkan seorang pria di dalamnya.

Pria yang semalam ia temui di rumahnya.

"Nadin masuklah!"

🍁

🍁

🍁


the perfection of loveWhere stories live. Discover now