Bab 13

1.6K 81 11
                                    

"ASTAGFIRULLAH!!! ANKA!!!"

Aku menggeliatkan badanku saat mendengar suara teriakan yang membahana. Mengusikku tidurku yang nyenyak. Bagaimana tidak? Inilah adalah tidurku yang paling nyenyak untuk pertama kali dalam seumur hidupku. Mungkin karena kini aku tengah dipeluk oleh guling hangat yang entah kapan aku belinya. Tapi, sungguh aku sangat menikmati guling ini, meski tidak terasa empuk seperti guling yang biasanya.

Aku membuka mataku untuk melihat siapa orang yang menyebalkan yang telah menganggu tidurku. Tapi yang kutemukan adalah Bu Inah. Bu Inah berdiri diambang pintu dengan mata memerah. Kantong belanjaan terlihat tergeletak tak berdosa dekat kakinya. Beberapa sayuran seperti tomat, wortel serta kentang menggelinding keluar dari kantong.

"Bu Inah? Ada apa?" tanyaku heran sambil mengucek mataku. Tapi aku masih tetap dalam posisiku di pembaringan.

Bu Inah menatapku enggan. Dibanding menjawab pertanyaanku Bu Inah memilih untuk berjalan mendekatiku.

"ANKA!" teriak Bu Inah sekali lagi sambil melihat kearah belakangku.

Anka? Apa maksudnya? Kenapa Bu Inah memanggil Kak Anka di kamarku sendiri?

Aku mengedarkan pandanganku kesetiap kamar yang terlihat asing. Dan yang pasti ini bukan kamarku.

Ya ampun... Aku tidur dimana ini?

Aku hendak bangkit, namun sebuah lengan kokoh melingkar di pinggangku dan membuatku susah untuk sekedar duduk. Aku menatap Bu Inah terheran-heran yang kini tengah berkaca-kaca. Lalu segera saja aku menoleh ke belakang, menatap si empunya tangan. Tepat saat ia juga baru saja membuka matanya dan menatapku juga.

Untuk beberapa detik aku sempat terpana. Menatap wajah khas bangun tidur Kak Anka entah kenapa membuatku nyaman sendiri. Wajahnya begitu polos seperti anak kecil. Ditambah bibirnya yang entah kenapa terlihat manyun, seperti seorang bayi yang dibangunkan paksa oleh ibunya. Dan entah kenapa melihat bibirnya itu, aku ingin...

"Anka!!!" Desis Bu Inah menyadarkan kami.

"Astagfirullah!!!" Pekik kami bersamaan. Kami langsung melepas diri dan turun dari ranjang di sisi yang berbeda.

Kak Anka mengucek matanya sementara Bu Inah mendekatiku. "Non... Ibu minta maaf karena Anka udah berbuat yang enggak menyenangkan sama kamu barusan. Maafin Ibu ya, Nak," ujar Bu Inah dengan rasa bersalah. Apa yang ia katakan? Dia menunduk meminta maaf. Kemudian menarik Anka keluar. Bu Inah menarik Anka kearah taman.

Sambil mengumpulkan kesadaran, aku mengikuti mereka dari belakang. Lalu berhenti dekat pintu kaca pembatas. Kak Anka tampak duduk di bangku taman dengan wajah lusuhnya. Aku rasa ia juga tengah mengumpulkan kesadarannya. Maka dari itu ia tak menghiraukan amarah Bu Inah. Rasanya aku ingin tertawa melihat wajahnya itu.

"Mau ditaruh dimana muka Ibu! Mereka yang bikin kehidupan kita berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya karena mereka menyekolahkanmu! Mereka keluarga yang baik dengan status yang jelas! Kita tidak pantas bersanding dengan mereka, Nak!"

Kurang lebih itu yang kudengar. Namun, Kak Anka yang sepertinya sudah kembali sadar, menatap Bu Inah dengan tatapan sendunya.

"Bu, aku tau. Dan aku bersumpah bukan aku yang bawa Clara ke kamar. Aku juga gak tau dia ada di kamar tempatku tidur itu."

"Jadi, maksud kamu? Clara datang dengan sendirinya begitu? Nak Clara tidak mungkin begitu!"

"Sungguh, Bu! Sedari tadi aku tidur. Bahkan aku tidur sebelum ibu pergi kan? Saat itu Clara tidak ada disana 'kan?"

Hmmm... Aku rasa ada salah paham disini.

Aku berjalan mendekat, tak ingin melihat ibu dan anak itu terus bertengkar. Aku menyentuh tangan Bu Inah dengan lembut. Bu Inah berbalik menatapku kaget.

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang