Bunyi bel panjang terdengar, menandakan berakhirnya kegiatan sekolah hari ini. Dengan langkah ragu Fersya berjalan menuju kelas Rafa. Ditunggunya cowok itu hingga keluar kelas. Begitu Rafa melangkahkan kaki beranjak dari tempat duduknya, Fersya reflek berbalik menyembunyikan wajahnya.
Aku grogi banget, tapi kalau bukan sekarang terus kapan lagi, ini kesempatan langka yang nggak mungkin datang dua kali, semangat,sya.. kamu pasti bisa..
Teringat ucapan sahabatnya, Amel sebelum mereka keluar kelas tadi.
"Lo jangan sia-siain kesempatan ini, nggak usah grogi, maju terus, kapan lagi keinginan lo bakal jadi kenyataan? inilah saatnya."
"Tapi aku deg-degan banget,mel, biasanya aku cuma bisa lihatin dia."
"Udah sana buruan, keburu Rafa pulang. Semangat, maju sya.. go..go.."
------
"Tungguuu.. Rafaaa.." panggil Fersya sambil berlari menyamakan langkahnya dengan Rafa.
"Apa?" tanya Rafa berhenti berjalan dan menoleh ke arah Fersya.
"Maaf, tadi aku cuma diam. Aku kaget, kamu tiba-tiba ngajakin kenalan, namaku Fersya" ucap Fersya sambil mengatur napasnya dan mengontrol detak jantungnya.
Dia pun mengulurkan tangan ke arah Rafa, seperti yang dilakukan kebanyakan orang jika berkenalan pertama kali.
"ya.." jawab Rafa singkat lalu kembali berjalan tanpa membalas uluran tangan Fersya.
Kok gitu sih? apa Rafa marah? apa aku terlambat? seharusnya tadi waktu dia ngajak kenalan, aku langsung menjawabnya, bukannya cuma bengong.
Tiba-tiba Rafa kembali menoleh ke belakang.
"Minta nomor hp lo." ujarnya masih tetap dengan nada kasar.
Mendengar itu, membuat hati Fersya kembali berbunga-bunga. Dengan cepat dia menyebutkan nomor ponselnya tapi karena terlalu grogi, nomor yang biasanya dia hafal di luar kepala itu tiba-tiba menghilang dari benaknya.
"08.. berapa lagi ya? duh aku lupa, bentar-bentar.." ucapnya sambil mencari hp di dalam tasnya.
"Ckck.. lama." desis Rafa
"Ntar gue kirim pesan." ucap Rafa sambil berlalu pergi meninggalkan Fersya yang masih berdiri mematung setelah menyebutkan deretan angka nomor ponselnya.
Setelah Rafa keluar gerbang sekolah, Fersya bersorak histeris sambil meloncat-loncat gembira. Pipi bersemu merah dan perasaannya begitu bahagia.
------
Di rumah, handphone Fersya berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Disambarnya ponsel itu, tak sabar ingin melihat pesan apa yang dikirim Rafa untuknya.
Mukanya mendadak cemberut saat membaca pesan di hpnya yang ternyata dari operator yang menawarkan paket internet terbaru.
Kembali lagi hp berbunyi, kali ini Fersya yakin kalau itu pasti pesan dari pujaan hatinya, tapi lagi-lagi hanya pesan dari nomor baru yang mengiklankan sebuah produk.
Hingga tengah malam Fersya menanti pesan dari Rafa yang tak kunjung datang.
"Dia bohong, katanya mau kirim pesan, udah jam segini, tidur aja." gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Baru akan memejamkan mata, ponselnya berdering. Dengan rasa malas, Fersya mengambil handphone yang ada di atas meja, di samping tempat tidurnya.
Matanya tiba-tiba melotot membaca pesan dari nomor yang tidak dia kenal.
"Besok lo nunggu di gerbang sekolah seperti biasa kan?" RAFA
Kok dia tahu kalau aku selalu nungguin dia? duh.. jadi selama ini aku udah ketahuan kalau selalu curi-curi pandang ke dia. Jangan-jangan perasaanku juga ketahuan?
Fersya panik sekaligus malu, akhirnya dia hanya membalas pesan itu dengan balasan singkat.
"Ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Destiny
Teen FictionFersya, Seorang gadis pemalu yang diam-diam mencintai cowok tercuek di sekolahnya. Dia memiliki misi untuk mencairkan hati cowok itu. Disaat mereka mulai dekat, muncul laki-laki dari Korea yang mengaku sebagai tunangan Fersya.