Harry Potter © J.K. Rowling
.
.
Draco Malfoy yang kaukenal tidak pernah menghabiskan Hari Natal-nya di Hogwarts.
Ia akan berkemas, lebih cepat dari siapapun, lalu menghilang sampai libur musim dingin usai. Ia akan mengangkat dagu tinggi-tinggi dan memamerkan hadiah apa saja yang sudah diterimanya.
Dan, oh, tentu saja kau membencinya. Kau benci melihatnya menyombong sedemikian rupa. Kau bukan Pansy Parkinson--yang mendesah kagum mendengar cerita Malfoy--atau pasangan idiot Crabbe dan Goyle, yang berusaha menempeli laki-laki itu--siapa tahu mereka kebagian jatah hadiah.
Kau, [surname][name], tidak serendah itu.
Sebagai teman seasramanya, kau iseng ingin mengajak Malfoy menghabiskan liburan Natal-nya di sekolah. Sekali-sekali berada di luar kastil tidak akan membunuhnya, 'kan?
.
.
"Merayakan Hari Natal di sini?" Alis Malfoy bertaut. "Kenapa?"
"Karena," sahutmu sinis, "sepertinya Tuan Muda Malfoy tidak pernah merasakan serunya menghabiskan waktu di aula saat Natal."
"Buat apa, kalau aku bisa tidur dengan nyenyak di rumahku?"
Kau memutar bola mata. Anak ini memang keras kepala kalau ditarik keluar dari zona nyaman. "Sampai Hari Natal saja," bujukmu. "Tinggallah di sini sampai Hari Natal, dan setelah itu aku tidak akan mengusikmu lagi."
Dua pasang mata saling tatap. Setelah sekian lama, Malfoy--untuk pertama kalinya--mengalah. "Baiklah."
Senyummu melebar. "Kau tidak akan kecewa. Percayalah padaku."
"Sepertinya permintaanmu akan terkabul," gumamnya, "karena aku hanya mau disuruh-suruh seperti ini olehmu."
Saat itu, kau tidak tahu apakah panas yang menjalar di pipimu disebabkan oleh perapian--atau karena ucapan seorang Draco Malfoy.
.
.
Aula besar Hogwarts, seperti tahun-tahun sebelumnya, disulap menjadi ruang berornamen Natal yang luar biasa indah. Langit-langitnya menciptakan salju buatan, dan pohon raksasa menjulang di dekat jendela.
Hidangannya juga sangat menggiurkan. Tampaknya, peri rumah bekerja sangat keras untuk menyiapkan santapan selezat ini untuk semuanya.
Dengan antusias, kau mencomot daging ayam dan mengunyahnya tanpa pikir panjang. Malfoy, sebaliknya, terlihat sangat bosan.
Dengan mulut penuh kau bertanya, "Kenapa? Bosan?"
Ia mendengus. "Kukira aku akan melihat sesuatu yang lebih menarik."
"Apa misalnya?"
Jemari Malfoy mengetuk meja. Suaranya merendah ketika menyahut, "Acara dansa, misalnya."
"Eh?" Kau mengangkat alis, keheranan. "Tapi acara dansa hanya diadakan dalam situasi khusus. Saat Yule Ball, misalnya, tapi itu, 'kan sudah pernah. Satu tahun yang lalu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter and a Million 'What Ifs' [Drabbles & Ficlets]
Hayran KurguMasih ingat dengan Harry Potter dan dunia ajaibnya? Masih ingat bagaimana kekuatan magis itu berhasil membuatmu jatuh cinta? Sekarang, apakah kamu mau mengulang kisah-kisah itu--dengan sosokmu yang berdiri berdampingan dengan tokoh-tokoh dalam cerit...