42

14.6K 1.2K 76
                                    




Sugar Daddy








Gue duduk di depan Om Taeyong sambil membaluri pipi, dagu, dan rahang bawah Om Taeyong yang mulai mulai ditumbuhi rambut-rambut kasar dengan krim cukur.

Tangan Om Taeyong masih gemetaran, takut kalau dia sendiri yang cukuran bisa-bisa luka dagunya.

"Doyoung gimana?" tanya Om Taeyong dengan suara paraunya.

Gue terdiam sebentar, lalu di detik selanjutnya melanjutkan kegiatan.

"Baik-baik aja," jawab gue sambil tersenyum kecil. "Kenapa bisa tau itu dia?"

"Ya kamu engga mungkin hidup sendiri. Kamu juga engga mungkin numpang sama temen-temen kamu,"

Gue senyum tipis lalu mengambil pisau cukurnya. Gue mulai memangkas rambut-rambut kasar di sekitar pipi kanan Om Taeyong.

"Om rindu sama aku?" tanya gue.

"Kamu gila?" tanya Om Taeyong dan itu membuat gue diam. "Jelaslah, saya rindu sama kamu,"

Gue senyum tipis, dan natap mata Om Taeyong yang masih merah. Orang sekali lihat, pasti udah tau kalo Om Taeyong habis nangis.

"Kalo gitu kenapa om bikin aku pergi?" tanya gue.



Om Taeyong balas natap gue. Mata dia nyiratin kalo dia sedikit panik, dan gue tahu dia berusaha buat tenang.

Om Taeyong narik tangan gue yang megang pisau cukur menjauh dari dagunya. Kemudian, ia genggam tangan gue dan natap lurus tepat ke mata gue.

"Saya bakal cerita. Tapi saya tanya kamu dulu. Apa kamu percaya sama apa yang saya ceritakan nanti?" tanya Om Taeyong.

Gue diam sebentar lalu senyum. "Aku udah jauh-jauh balik buat dengerin Om,"

Om Taeyong ngangguk, lalu membenarkan posisi duduknya.

"Waktu itu... Saya habis meeting dengan direktur perusahaan tetangga. Saya capek, dan bilang engga mau nerima tamu dulu. Tapi tiba-tiba Irene dateng, dan bilang mau ngadain pesta kecil-kecilan sebelum dia balik ke London," Om Taeyong nunduk sambil memainkan cincin di jari manis gue.

"Saya engga enak buat nolak, jadinya ya saya iyakan. Kita minum wine, sambil dengerin rencana dia untuk beberapa tahun ke depan,"

Om Taeyong ngehela nafas lalu tersenyum tak percaya. Seolah menjukan ekspresi itu untuk dirinya sendiri.

"Kamu tau toleransi saya sama alkohol itu kecil. Saya mabuk, ditambah saya capek. Entah kenapa... Saya ngeliat Irene yang bicara, kayak ngeliat kamu,"

Gue tertegun.

"Ya saya pikir Irene itu kamu. Lalu habis itu saya engga ingat apa. Sadar-sadar saya udah di sofa masih pakek jas. Saya keluar ruangan dan nemuin kotak makanan kamu,"

"Saya yakin kamu dateng. Jadi saya cepat-cepat pulang, engga mikir lagi padahal saya masih ada pertemuan sama dewan direktur. Dan ya saya nemuin rumah udah berantakan tanpa barang-barang kamu. Lalu saya mungut cincin ini,"

Om Taeyong mengusap cincin di jari manis gue sambil natap mata gue sekilas.

"Saya panik. Benar-benar panik. Saya minta Jaehyun, Ten, dan teman-teman kamu buat nyari kamu,"

"Tapi dalam waktu bersamaan saya takut bakal nyakitin kamu lagi. Karena kalau saya ketemu kamu, apa kamu masih mau dengerin saya? Apa masih mau percaya sama saya?"

Sugar Daddy; Lty ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang