⋆* ◟̆◞̆ Clouds-Feeling

240 28 17
                                    

Lantunan irama rintik hujan sore itu menemani kedua insan yang saling menghadap, menatap satu sama lain.

Cahaya jingga kemerahan yang biasanya menyapa dikala sore datang, tak terlihat kala ini. Sebab, Sang langit sedang berusaha mencurahkan segala kesedihannya dengan menangis tak henti sejak tadi.

Gadis bersurai hitam itu meletakkan kedua tangannya diatas meja cafe itu, seolah takut jika latte hangatnya akan direbut.

Dan perkataan yang ia lontarkan pada pemuda itu-Jeon Jungkook-yang biasa ia panggil Jeon, membuat pria di hadapannya diam membeku.

"Jung Hyeji, kau bercanda?"

Ditatapnya gadis bersurai hitam itu setelah ia melontarkan lisannya, masih tak percaya. Obsidiannya hanya bisa menatap gadisnya tak yakin, kebingungan.

Gadis itu hanya menunduk, menatap latte hangat didalam cangkir putih di hadapannya.

"Maaf Jeon, aku sudah lelah."

"T-tapi, mengapa? Ini semua terlalu mendadak-" iris hitamnya itu masih menatap tak percaya, mulai mengabur.

Ditatapnya gadis itu begitu dalam, seraya meraih jemari kecil itu dengan tangan besarnya.

Gadis itu menarik kembali tangannya, menghindar dari sentuhan yang diberikan pemuda itu. Mengalihkan pegangannya pada cangkir di hadapannya, dan mulai berusaha menatap sepasang iris hitam yang menatapnya. Aliran kristal bening hangat itu memaksa keluar dari matanya, yang memang sudah tak bisa lagi dicegahnya.

"Maaf—aku yakin tanpa kehadiranku, kau akan merasa lebih bahagia."

"Aku tahu, aku bukan prioritasmu Jeon. Aku tahu benar."

Gadis itu kembali menunduk, secercah memori kembali mendesak untuk melintas lagi dalam pikirannya. Bersama isakannya, kembali ia mengingat bahwa ia bukan prioritas pemuda di hadapannya.

Ini bukan tentang prioritas utama, kedua, atau berapapun. Hyeji tahu benar, ia bukan prioritas dari seorang Jeon Jungkook.

Lantas, apakah Hyeji egois jika ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Si Jeon itu?

Bukan, ini bukan sebuah keegoisan.
Hyeji tak pernah bersikap egois sekalipun.

Hyeji ingat betul, ketika ia harus merelakan Jeon yang lebih memilih untuk menghambur pelukannya pada gadis lain—Nakyung—sahabat kecil Jeon, selepas wisuda mereka bertiga.

Hyeji juga ingat betul ketika Jeon memintanya untuk pulang dengan bus—tanpa rasa bersalah—karena si Jeon itu lebih memilih untuk memberikan tumpangan roda duanya pada Nakyung.

Menyaksikan Jeon yang memakaikan sebuah helm untuk Nakyung.

Melihat Nakyung melingkarkan kedua tangannya pada Jungkook.

Dan Hyeji tahu benar bagaimana rasanya menelan kepahitan itu,

meredam getaran kecemburuannya malam itu.

Dan jangan lupa ketika Hyeji meminta untuk bertemu, dan Jeon dengan ringannya berkata, "Maaf, tapi Nakyung memintaku untuk menemaninya..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jeon Jungkook 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang