3 | Never

14.7K 1.5K 57
                                    

"Teh, susu cokelat, jus mangga, atau jus apel?"

"Coffee?"

"No!"

"Why?"

"Coffee cuma bikin maag kamu makin parah."

"Wah, Tante perhatian banget."

Hanum kontan memutar badan dan mendelik tajam ke Aksa yang tengah duduk santai di meja makannya. Memang dia terlihat tua apa sekarang sampai dipanggil seperti itu? "Apa? Tante?"

Aksa menyengir lebar, menampakkan lekuk kecil pada pipi kanan dan kirinya. "Kalo marah, berarti bener."

Sembari mendesis, Hanum melempar serbet digenggamannya ke arah Aksa yang langsung dihindari gesit oleh lelaki itu. "Kok dilempar serbet?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang dibuat seakan dia tidak melakukan dosa besar.

Hanum tersenyum setengah mengancam. "Tenang aja, besok-besok bukan serbet," dia menggoyangkan gelas kaca di tangan kirinya, "tapi, ini."

Alih-alih takut, Aksa justru tertawa. Tawa lelaki itu, bahkan menggema ke seantero tempat. Hanum benar-benar dituntut tahan uji dan tabah hari ini. Setelah Kevin, lalu Aksa? Kepalanya berdenyut sekarang. Sebenarnya, Hanum belum bisa menerima kenyataan dirinya dipertemukan dengan Aksa kembali. Bahkan, mereka berdua kini bertetangga! Kemunculan Aksa bisa membuyarkan ketentraman hidup Hanum. Berpotensi membuat Hanum lebih cepat tua dan jantungnya tidak berdetak normal. Namun, dia harus menekan perasaan berat hatinya ini karena Aksa merupakan adik kesayangan Dana.

Hanum selesai menuang air mineral di gelas. Dibawanya gelas tersebut menuju ke Aksa. Aksa menaikkan sebelah alis. "Nawarinnya banyak, tapi yang disuguhin cuma air mineral."

Menyodorkan gelas, Hanum lantas duduk di sebelah lelaki itu. "Gulaku habis. Gara-gara Megatron, aku jadi lupa mampir ke supermarket buat beli gula." Dia memberengut. "Ini aja, ya? Air mineral nggak bikin maag parah, kok." Giliran dia sekarang yang menyengir.

Aksa mengerutkan dahinya dalam. Entah mengapa ekspresinya berubah serius. "Siapa Megatron?"

Hanum menggeleng. Sangat tak ingin membahas Kevin yang selalu saja membuat kepalanya mendadak pening. "Cuma makhluk astral nggak penting."

Aksa manggut-manggut, kemudian menyeruput air mineral yang tadi dibawakan Hanum.

Hanum menelisik Aksa dari samping. Penampilan lelaki itu terlihat sedikit berubah. Potongan rambutnya tidak lagi sama seperti dulu saat masih SMA. Lewat potongan rambut berbentuk spike, Aksa seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah berumur dua puluh tujuh tahun. Namun, wajahnya tidak bisa diajak berkompromi. Wajahnya justru terlihat seperti anak umur tujuh belas tahun.

Merasa ditelisik, Aksa menoleh, lalu meletakkan gelasnya di atas meja sembari menyeringai. "Kenapa, Tante? Takjub ya, lihat kembarannya Andrew Garfield minum air mineral?"

Hanum mengangkat satu sudut bibir kesal, lalu meninju lengan Aksa, hingga membuat lelaki itu memekik. Kenapa hanya penampilan Aksa yang berubah? Kenapa kelakuannya tidak? Andai kelakuannya berubah tidak menyebalkan seperti dulu, Hanum mungkin bisa langsung ikhlas mereka sekarang bertetangga.

"Musibah punya tetangga kayak kamu."

"Tante nggak bakalan cepet tua kalo tetanggaan sama aku."

Hanum melirik sekilas sembari mendecih. "Cepet tua, enggak. Mati, iya."

Sesaat, Aksa terkekeh. "Lha, umur Tante kan, udah tiga puluh. Wajar toh, kalo mat----Aaaa!!! Sakit, Num!" Dia berusaha melepaskan tangan Hanum yang tiba-tiba menjewer telinganya.

Loveisble | ✔️ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang