Mungkin ini kesekian kalinya kak Indra datang ke rumah. Tak hanya malam minggu. Terkadang malam-malam biasa kak Indra datang dengan alasan yang berbeda. Mulai dari minta bantuan mengerjakan tugas hingga kebetulan lewat katanya. Tapi, selalu saja ada yang dibawa.
Pernah dulu dia membawa kue kering, buatan ibunya katanya. Hingga malam tadi dia datang. Kali ini dia membawa sebungkus sate, 15 tusuk. Untukaku makan katanya, biar cepet gede.
Seperti biasa, jika tidak hujan kami selalu duduk dibawah pohon cempaka dan menikmati harumnya yang sedang berbunga. Terkadang, ibu membuatkan pisang goreng atau apalah untuk cemilan kami. Tapi, kali ini ibu membuatkan kami pop corn yang tadi ibu beli di pasar.
Kali ini tak banyak yang dia bicarakan. Malah aku yang yang banyak bicara.
"Lusa Nilam ulang tahun. Kira-kira dikasih apa, ya?" aku bertanya.
"Mungkin coklat?" sarannya.
"Dia gak suka coklat"
"Boneka?"
"Dia juga gak suka boneka"
"Terus dia sukanya apa?" kak Indra sedikit binggung.
"Dia suka baca, mungkin dikasih buku aja ya?" aku meminta saran.
"Boleh juga" aku setuju.
Perbincangan malam ini ditutup dengan rencana memberi kado untuk Nilam. memang, akhir-akhir ini kami sering membicarakan Nilam. Entah kenapa, tapi selama kak Indra gak keberatan mendengar ceritaku, ya aku akan bercerita apa yang ingin ku ceritakan.
***
Jam istirahat telah tiba. Sengaja aku tak mengajak Nilam pergi ke kantin. Aku ingin menjaga jarak dengannya untuk sedikit kejutan di hari besok, hari ulang tahunnya. Ulang tahunnya pertama di SMA Kartini.
Aku berjalan menuju kantin, tapi kuurungkan dan aku berbelok ke arah taman. Lebih tepatnya sebuah lahan disamping kantin yang terdapat beberapa tempat duduk dibawah pohon. Kami sering menyebutnya taman.
Aku duduk dibawah pohon yang cukup rindang. Sangat sejuk meskipun hari ini terik. Mungkin karena pohon ini sangat rindang. Tak lama orang bernama Yudi –yang baru aku tahu namanya kemarin- datang menghampiri, dengan bungkusan kresek di tangannya tentunya.
"Nih, lagi. Dari orang yang sama"
"Makasih, Yudi" aku tersenyum.
"Loh, tahu namaku?" dia balik bertanya.
Aku hanya mengangguk dan dia pun seperti tak mempedulikannya dan pergi. Sepertinya, dia tipe cowo dingin. Kurasa juga dia dingin hingga minus derajat.
"Sendiri aja, tumben gak bareng Nilam?" tiba-tiba Kak Indra datang .
"Iya, lagi jaga jarak. Mau dikasih kejutan besok" jawabku.
"Boleh kakak ikut ngasih kejutan?" tanyanya dengan senyum lebar.
Kak Indra mau ngasih kejutan? Dia kan bukan siapa-siapanya Nilam. ah, mungkin dia hanya ingin membantuku membuat kejutan itu.
"Boleh" aku mengizinkannya. "Kak, mau?" aku menawarkan gehu yang barusan Yudi kasih.
"Gak usah, kamu aja yang makan" jawabnya.
"Makasih, ya, kak" kemudian aku menunduk, aku salah tingkah.
"Loh, makasih buat apa? Kan Bantu bikin kejutannya juga belom" kak Indra menjawab dengan tawa seperti biasa.
"Makasih untuk ini" aku sedikit menganggkat gehu yang ada di tanganku. Tapi, sepertinya kak Indra menjadi bingung. "Makasih karena kakak tiap hari selalu ngirim ini"
"Loh, kakak gak pernah ngirim itu ke kamu" kak Indra menimpali dengan wajah kaget.
"Kakak emang tak pernah ngirim, tapi kakak titipin ke Yudi. Ya, kan?" desakku.
"Beneran, itu bukan kakak yang ngirim" dia menganggkat jari telunjuk dan jari tengahnya sebagai tanda dia bersungguh-sungguh.
"Terus, kalo bukan kak Indra yang ngirim. Ini dari siapa?" aku bertanya dalam hati.
Aku hanya diam, aku bingung siapa pengirim gehu itu. Yang tadinya ku kira kak Indra, ternyata itu bukan dari dia. Lalu siapa?
Setelah kak Indra pamit kembali ke kelas, aku hanya memandang gehu itu. Sudah tak ada selera untuk memakannya.
v=
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain dan Hujan
Dla nastolatkówNamaku Rain. Aku suka hujan hingga suatu saat aku membencinya, mungkin.