"Hei."
Mata itu memelotot, lalu tergelak. "Gyaaa! Hahaha!" serunya gembira.
Lelaki itu terkekeh, gemas. "Hide and seek, right?"
Kepala kecil itu turun-naik berkali-kali. Usahanya untuk bersembunyi dari dua orang itu membuat bayi lincah ketawa terbahak-bahak.
"Kenapa ada di sini?" tanya lelaki itu. Eren—Darren—Alfonso.
Cloudy menggeleng, bengong. "Mau umet."
"Sama siapa?"
"Mapel."
Eren hampir saja menyemburkan tawa. Nama anaknya lucu sekali bila terkenang. Bahkan Eren yakin sekali, anaknya yang sensitif, pasti akan menangis karena namanya dilecehkan.
"Marvell, Sayang, bukan Mapel."
Pundak Cloudy terangkat, artinya sekadar ucapan bagi seorang anak bayi dua tahun yang tak tahu apa pun.
"Seharusnya kamu bersama Reon, kan?" Adora berdiri di sebelah Eren, terkejut ada Cloudy. Tak disangka lagi, Cloudy bersembunyi di celah guci besar. "Aunty bersyukur kamu tidak apa-apa."
"Dia baik-baik saja, Adora."
Derap langkah kaki menghiasi selasar dengan lampu-lampu emas di dinding. Eren, Adora, dan Cloudy menoleh bersamaan. Di sana ada Marvell dan Theo.
"Ody, yo ma—"
Cekatan, Cloudy segera memeluk Marvell. Telunjuk Cloudy bersarang di bibir, menunjukkan untuk agar tutup mulut. "Ssst," gumamnya di telinga Marvell.
Batita—bayi tiga tahun—memasang ekspresi bingung. Seolah-olah belum mencerna sesuatu. Dilirik Theo yang juga sama bingungnya.
"Ain, yuk." Cloudy mengajak sambil berbisik.
Dengan langkah riang, Cloudy menarik tangan Marvell dengan terburu-buru kembali berbalik arah, diikuti Theo sedang membawa bola.
Melihat pemandangan itu, meyakinkan Eren tentang sikap Cloudy yang berlaku aneh. Ditilik sedikit demi sedikit, Eren tak menemukan apa tindakan Cloudy.
***
Cloudy lega karena berhasil melarikan diri dari Eren dan Adora. Adegan barusan membuat Cloudy malu. Kepalanya menoleh ke arah Marvell masih memasang tampang tak biasa. Bingung.
"Olly Ody." Cloudy meminta maaf.
"Napa?" tanya Marvell.
"Ody emu. Mommy Ana." Raut wajah Cloudy berseri. Pipi gembilnya merona. Bayi itu seakan antusias untuk mengabarkan kegembiraan ini kepada ayahnya. "Au Daddy."
"Mommy Ana? Who?" Theo bergantian, bertanya.
Mengingat-ingat siapa nama ibunya, kening Cloudy berkerut. Pikirannya menerawang. Ada petunjuk mengenai nama ibunya. Oceana.
"Mommy Oca-ana."
"Oca-ana?"
Theo dan Marvell semakin kebingungan, dibuatnya.
"Ya," seru Cloudy bersinar. "Mommy Oca-ana dah uyang." Kalimat itu membuat Cloudy terengah-engah. Tak kuat meluncurkan dua kata lebih.
"Ody sakit?" Theo menyentuh kening Cloudy dengan punggung tangannya. "Tidak panas."
"Ody ndak!" Cloudy tak menepis saking tahunya kalau Theo akan menarik tangannya.
"Di mana Ody ketemu?"
Saat Cloudy ingin menjawab, terlintas ingatan beberapa jam lalu. Cloudy mengatup bibirnya lagi, kemudian berbicara.
"Cahalia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Time ✔️
General FictionCloudy Alfonso. Bayi berusia dua tahun berjenis kelamin laki-laki, penyuka bebek. Sama dengan Gio, Cloudy sangat menyayangi Reon apa pun kondisinya meski bayi aktif itu sering mengisengi wanita-wanita ayahnya. Iseng pertanda penolakan. Di balik it...