KIT POV
Kit terbangun menatap ruangan yang asing baginya. Kejadian tentang Mong berputar-putar dikepalanya yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Takut dan cemas menjadi satu.
"P'Kit sudah bangun ?" Tanya seseorang yang masuk ruangan.
"Kau siapa ?"
"Aku Wayo."
"Dimana ini ?"
"Dirumahku P. Kemarin P'Kit pingsan lalu P'Phana membawa P'Kit kerumahku. P'Kit untuk sementara P'Kit akan tinggal disini. Lebih aman kata P'Phana."
"Òoh, dimana Phana ?"
"P'Phana sedang ada keperluan, jadi ia keluar sebentar."
"Maaf tidak sopan, kamu siapanya Phana ?".
"Aku pasiennya."
"Maaf aku merepotkan."
"P'Kit, jangan sungkan-sungkan. Lagian kemarin aku juga ikut kerumah Ming kok."
Mendengar nama Ming, Kit merasa seluruh tubuhnya menengang. Wajahnya menjadi pucat, dan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Melihat Kit berubah menjadi seperti itu, Wayo kalang kabut panik.
"P'Kit tidak apa-apa ? Apa perlu aku telepon P'Phana ?"
"Tidak apa-apa." Kata Kit mencoba berusaha untuk kuat.
"Maaf P'Kit, aku mengungkit nama yang membuat P'Kit takut. Bagaimana kalau aku bercerita yang lain saja agar P'Kit tenang ?".
"Baiklah akan kudengarkan." Kata Kit tersenyum sambil mengacak-acak rambut si imut Wayo. Kit mendengar Wayo bercerita tentang mimpi petualangannya yang absurd dan Kit merasa Wayo ini benar-benar anak yang baik. Ingin sekali Kit mempunyai adik seperti Wayo karena Kit anak bungsu hanya punya kakak-kakak.
***
PHANA POV
Phana dengan tergesa-gesa masuk keruangan P'Tum tanpa mengetuknya dulu.
"Apa kau menjadi orang yang tidak sopan Phana ?"
"Maaf P'Tum, tapi ada beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan ke P'Tum. Ini sangat penting."
"Silakan."
"Siapa sebenarnya Ming ? Dan kenapa P'Tum menugaskan Kit menanganinya, itu sangat berbahaya."
"Ming ? Oo Pasien Kit. Ming hanya anak yang mengalami depresi berat. Lagian ditulis berbahaya karena Ming sering mengamuk ketika mau disuntik obat atau hanya diam ketika diajak berbicara mengenai masalahnya. Aku menugaskan Kit untuk mengawasinya dan kalau Ming mengamuk ada orang-orang disana yang siap membantu Kit." Jelas Tum panjang lebar. "Memangnya apa yang terjadi pada Kit ?" Tanya P'Tum.
"Entahlah P'Tum, aku belum sempat bertanya sama Kit karena Kit sedang pingsan waktu aku membawanya pulang."
"Pingsan ???" Kata P'Tum kaget.
"Iya P'Tum. Apa bisa Kit menangani pasien yang lain ?".
"Entahlah, akan kucoba membujuk para atasan. Tapi dimana Kit sekarang ?"
"Dirumah Wayo."
"Kenapa kau bawa kerumah Wayo pasienmu ? Itu tidak sopan Phana."
"Maaf P, itu juga permintaan dari Wayo. Lagipula aku jadi mudah mengawasi Wayo dan Kit bersamaan."
"Ya sudah, kau pulanglah Phana. Tunggu kabar dari P."
"Baik P'Tum. Terima kasih."
***
BEAM POVAku merasa lega Kit sudah di tangan Phana jadi aku tidak perlu khawatir tentang Kit karena sudah ada Phana yang menjaganya. Aku benar-benar marah saat kemarin seseorang dari keluarga Vadorom mengabari si kit jatuh pingsan.
Beraninya bajingan kecil itu menyentuh Kit. Akan kubalaskan apa yang sudah ia perbuat padamu Kit. Tapi sebelum aku membalas, aku harus menyelesaikan urusanku dengan si Pak tua ini.
Si Pak tua masih disana, duduk memandang hampa kearah jendela sama saat pertama kali bertemu dengannya. Dan untuk sekarang aku tak perlu repot-repot berbicara padanya karena aku akan membuat dia yang akan bicara padaku duluan.
Aku meletakan tas yang berisi baju dan keperluan untuk tinggal beberapa bulan disini. Satu persatu baju kumasukan kelemarinya tanpa permisi. Ia hanya memandangiku tanpa bersuara dan aku tak peduli akan hal itu.
"Apa yang kau lakukan ?" Aha dia bertanya kepadaku.
"Merapikan baju. Apa kau buta tak melihatnya ?"
"Kenapa kau memasukan bajumu ke lemariku ?" Tanyanya geram.
"Karena aku akan tinggal disini sementara."
"KAU BERANI TINGGAL DISINI" Teriaknya kepadaku.
"Iya. Kenapa tidak ? Kau kira aku takut kepadamu hah ?" Sengaja aku menantangnya.
"Kau akan merasakannya nanti." Katanya sambil membuang muka.
Kurang ajar dia berani sekali membuang muka ketika berbicara padaku. Aku mendekatinya dan sekarang berdiri di sampingnya.
"Lihat aku." Perintahku padanya.
Dia tetap memandang kearah jendela.
"Lihat aku" perintaku sekali lagi. Tanganku sudah berada diwajahnya yang dengan sedikit paksaan agar dia menoleh padaku.
Tiba-tiba tubuhku merasa tidak seimbang karena ia menarik tanganku hingga aku jatuh dipangkuannya dengan wajah menghadap kepadanya.
Tiba - tiba bibirku menyentuh sesuatu yang lembut.
Dia menciumku.
Si pak tua menciumku.
Aku memberontak tapi dia dengan kuat menahan tengkuk leherku. Memaksa memperdalam ciumananya.
Lidahnya masuk kedalam mulutku dan menyentuh gigiku satu persatu. Dia kira aku akan mengalah. Aku membalas ciumannya. Saling mengulum, menghisap, dan lidah meperebutkan kekuasaan.Ini aku Beam, sang penakluk wanita.
Dia memang jago berciumanan.
Dia ahlinya.
Dan aku menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Private Doctor (Bahasa - Complete)
FanfictionIni cerita 2 moons di masa - masa menjadi dokter training. Melenceng dari filmnya tapi gak pa pa ya ?. Apa yang dilakukan 3 dokter ini sehari - harinya ? Stay tune ya. Seperti biasa , cerita ini murni punya saya tapi meminjam karater dari 2 moons (...