Pagi yang cerah di salah satu sekolah Thailand yang nampak beberapa orang pemuda berdiri dengan perasaan yang begitu tegang. Hari yang cerah membuat wajah mereka memerah kepanasan---tak urung mereka terus menerus bergumam bahwa hari begitu panas walau waktu masih menunjukkan pukul 07.20.
Kedua tangan para pemuda itu terangkat saling memegangi kuping mereka masing-masing, tidak lupa kaki kiri mereka terangkat satu. Kedua belah bibir mereka yang kering terus-menerus mengeluarkan keluhan. Mereka tidak tahan harus dipajang seperti ini di lapangan.
Hukuman itu adalah hukuman yang memang biasa didapatkan ketika mereka terlambat sekolah. Walaupun dihukum, pemuda-pemuda itu masih saja terlambat berangkat sekolah---termasuk sesosok pemuda dengan paras yang indah melampaui seorang gadis.
"Shiaa, Kit, kita tidak akan terlambat kalau kau tidak telat bangun tadi! Besok-besok lagi aku tidak akan mau menjemputmu lagi!" gerutu teman dari pemuda berparas indah itu.
pemuda itu---Krist Perawat Sangpotirath, namanya---hanya mendengus sebal, "Hei, kau ini temanku bukan sih? kenapa mengeluh begitu hanya kuminta untuk menjemputku, heh?" ujar Krist tidak terima disalahkan.
"Bagaimana aku tidak mengeluh?! Kita terlambat begini karenamu yang lama di kamar mandi! Lihat, aku jadi dihukum! Panas, Kit!"protes teman Krist itu. Kedua pipi teman Krist memang telah merah tanda ia kepanasan. Dahinya pun telah berpeluh banyak hingga Krist sedikit jijik tapi juga kasihan dan merasa bersalah. Sedikit.
"Au, oke-oke, maafkan aku, Guns, tapi memang tadi perutku melilit," Krist meminta maaf. Kedua tangannya masih setia memegang kupingnya---kalau boleh jujur, bukan hanya Gunsmile yang telah keluar peluh banyak. Krist pun juga, bahkan semua pemuda yang dihukum.
"Aish, ka---"
"APA KALIAN AKAN TETAP BERBICARA!?" bentak seorang guru yang sedari tadi memerhatikan Krist dan Gunsmile.
"Ma-maaf, Khun Rain," ujar Krist dan Gunsmile yang terkejut dibentak. Keduanya langsung menunduk ketika guru itu masih melihat mereka dengan tatapan yang---euh, menakutkan.
Setelah akhirnya mereka dipajang dipaparan sinar matahari, Krist dan Gunsmile---dan pemuda yang lainnya juga---diperbolehkan memasuki kelas untuk mengikuti jam pelaran. Pada detik itu Krist merasa sangat bersyukur karena kulitnya bahkan telah memerah kepanasan dan dirinya sungguh tidak tahan dengan cuaca thailand sekarang ini.
Krist dan Gunsmile memasuki kelas mereka setelah meminta ijin dan memberi salam kepada guru yang mengajar. Setelah mendapatkan ijin, keduanya segera menduduki bangku mereka yang memang sebangku. Krist menaruh tasnya di meja dan membuka resleting tasnya untuk mengambil buku. Gunsmile pun juga.
"Kenapa kalian bisa terlambat?" tanya Toota---sahabat Krist dan Gunsmile---yang duduk tepat di depan bangku Gunsmile dan Krist.
"Ini semua gara-gara Kit," Gunsmile menjawab.
"Hei, aku sudah minta maaf tadi!" Krist tidak terima ketika Gunsmile menjawab dengan nada yang masih marah. Gunsmile mengendiikan kedua bahunya dan menganggukkan kepalanya sesekali.
"Itulah kenapa aku tadi dengan sengaja tidak mengangkat telpon darimu, Kit. Aku tau kalau berangkat denganmu maka aku akan terlambat. Lebih baik aku menjemput Gun," ujar Off---teman sebangku Toota---yang tiba-tiba ikut menoleh.
"Teman macam apa kau," desis Krist marah, "Sudahlah! Lihat kedepan, sebelum Khun Lily melemparkan penghapus ke jidat lebarmu itu!" ujar Krist dengan nada sinis.
"Haha, kau marah Kit?" Off menunjukkan cengirannya yang khas---dan itu sungguh menjengkelakn bagi Krist.
"Berisik, Off!" Ice menengahi dengan sebuah penghapus yang ia lempar ke Off, "Berhenti menggoda Kit, Off."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chatting with CEO!?
FanfictionSebelumnya Krist yang hanya pemuda yang bahkan baru saja naik kelas 12 SMA tidak pernah menyangka bahwa dia bisa berkenalan dengan seorang CEO yang sangat terkenal di negaranya---iya, dia berkenalan dengan Singto Prachaya Ruongraj, sebuah keluarga y...