Happy reading gengs!❤️
***
Aku bingung memulainya dari mana. Haruskah aku mulai dari awal ketika aku merasakan hal aneh dalam diriku untuknya? Atau langsung ketika kami menunjukkan hal itu untuk pertama kali? Hhh. Baiklah, aku akan mengikuti bagaimana pikiranku berjalan. Setidaknya, cerita ini akan tersampaikan.
***Namanya Haza. Jika kau bertanya apakah dia anak populer disekolahku, tentu jawabannya tidak. Dia hanya lelaki biasa, tapi tidak biasa. Maksudku, dia seperti anak kebanyakan, lelah dengan pelajaran yang diajarkan, gembira saat bel istirahat dan pulang berbunyi, atau jahil saat pelajaran olahraga. Bagiku, dia hanya Haza. Pria dengan tampang lumayan dan sempat berhasil mencuri hatiku. Tapi sayang, dia cukup berbahaya untuk sebagian orang, terkadang dia sering mondar-mandir ruang Bimbingan Konseling. Iya, dia cukup bermasalah disekolah. Tapi terlepas dari itu, kelasku tidak terlalu terganggu dengan kelakuan Haza, malah, bisa dibilang, Haza-lah yang terkadang menciptakan suasana kelas menjadi lebih asik.
Sebelumnya, aku ingin memperkenalkan beberapa teman yang memiliki peran dalam hubunganku dan Haza, mereka adalah Tania, Ando, dan Lia. Ayolah, kita akan mulai cerita ini....
***
"Tan, kelas kita kebanyakan anak anak ya?"
"Iya, gue jadi takut kena masalah sama guru-guru, cukup kelas 1 aja satu kelas musuhan sama guru sampe-sampe nilai semester di turunin semua, kelas 2 ini gue mau hidup damai"
"Ah iya, gue gak mau lagi tuh berurusan sama guru-guru macam Doi hahaha"
Seperti halnya kelas yang lain, pada awalnya anak-anak kelasku akan bermain dengan kawan kelasnya yang dulu, akupun begitu. Tetapi sungguh berbeda dengan anak cowok, mereka dengan mudah beradaptasi, belum apa-apa sudah membuat keributan bersama. Entah menyanyi-nyanyi tidak jelas atau menggendang meja, atau mungkin membahas hal-hal yang hanya mereka mengerti, game misalnya.
Kekhawatiranku dan Tania akhirnya bisa sedikit mereda, ketika tahu bahwa wali kelas kami adalah salah satu guru yang terkenal killer disekolah. Bu Lina. Beliau terkenal killer dari zaman dulu, saat kami kelas 1 dan sedang UAS, kami diawas oleh beliau, aku ingat sekali, saat itu ada yang ketawan menyontek dan tidak tanggung-tanggung Bu Lina langsung memaki anak itu didalam kelas dan merobek kertas ujiannya. Sontak seluruh manusia dalam kelas pun jadi merinding dibuatnya, tidak terkecuali aku. Beberapa teman yang belum ketawan menyontek langsung membuang pikiran untuk menyontek, mereka tidak ingin berakhir sama dengan yang sudah ketawan.
Kelas bisa di atasinya dengan baik, sangat baik malahan. Setelah 1 bulan bersama, kelas kami sudah membaur sana-sini. Kalau bisa kubilang, kelas kami sudah kompak.
"Eh kok Bu Vani gak masuk-masuk ya? Padahal udah lewat 15 menit loh" tanya Eman sang ketua kelas.
"Tadi ada yang liat Bu Vani gak?"
"Gue liat man didepan kantor tadi" salah satu ada yang menjawab, jelas bukan aku.
"Yaudah gue panggil dulu kali ya"
"JANGANN!!!!!"
satu kelas teriak. Ya, inilah kompaknya kelasku.***
"Eh besok jangan lupa ke sekolah ya, buat ngehias kelas, yang gak dateng gue bilang Bu Lina" pinta Eman saat pulang sekolah di hari Sabtu.Keesokan harinya, entah aku yang terlalu rajin atau memang mereka yang malas, disinilah aku, sendirian diruang kelas, bingung mau melakukan apa.
FG:
Yang udah dikelas, tunggu ya, kita lagi pada beli bahan-bahannya
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZA [One-shot story]
Short Story"Aku menyukainya, tapi waktu mengalahkanku" Putus dari pacar memang sakit, melihat orang yang kita sayang pergi bersama orang lain juga sakit, apalagi ketika cintamu ditolak dengan seseorang yang sudah kau cintai sejak lama, sakitnya tak diragukan l...