Kusebutkan satu nama saat-saat aku berada di segala kondisi; senang, sedih, sakit, dingin, hangat, dan di segala kondisi dimana aku berdiri, dimana aku bernapas, dimana jatungku masih berdetak, dimana aku masih memiliki akal pikiran.
Kusebutkan satu nama dengan segala musim yang akan menjadi saksi bisu, perputaran musim yang tidak pernah berhenti sampai waktu yang akan memutuskan segalanya. Kesebutkan satu nama, yaitu namamu, Tsurumaru Kuninaga.
-.-
Ada kalanya, kehidupan akan sehangat dedaunan yang turun di musim panas yang terik. Sehangat pancaran lilin yang menerangi tidur dalam diam. Sehangat mentari pagi yang tersirat di balik celah shoji yang mengintip. Lalu ada kalanya kehangatan itu sama dengan senyumanmu di pagi hari, memanggil namaku dengan suara keras saakan aku tidak akan bangun dengan suara yang normal.
“Selamat pagi, Aruji. Apa tidurmu nyenyak?”
Sama setiap paginya. Nada yang sama. Lantunan yang mengalir dengan irama yang sama. Saat aku membuka mataku, yang kudapati adalah dirimu yang berdiri di depan sana, membuka pintu shoji ruanganku dengan cara yang sama, gerakan yang sama, tidak berubah barang hal kecilnya sekalipun. Lalu secara perlahan yang dapat kurasakan adalah semerbakan aroma lavender yang begitu menenangkan.
Lalu aku akan tersenyum kecil, memandang ke arahmu. “Selamat pagi, Tsurumaru.”
Dan kau akan mulai berbicara mengenai apapun di pagi hari ini. Bagaimana kau berjalan menuju ruanganku bersamaan dengan beberapa pedang yang akan mulai melaksanakan tugas mereka masing-masing.
Kau akan menoleh padaku, melontarkan satu pandangan jika kau ingin diakui sebagai pedang yang paling berkompeten di citadel ini.
Aku akan tersenyum, “Tsurumaru sangat bisa diandalkan ya.”
Kau akan tersenyum bangga, dan sejujurnya aku sangat menyukai satu senyum yang terlukis jelas di bibirmu itu.
Semua pandanganmu sehangat musim panas, dengan satu lengkungan di bibirmu adalah segalanya yang kubutuhkan di pagi hari.
-.-
Ada kalanya, kehidupan akan menjadi sedingin musim dingin. Menusuk dengan tajam, menyelimuti dalam beku, lalu dalam satu titik membatukan segalanya. Di dalam musim dingin, kau seperti satu titik salju, terlihat rapuh nan lemah, namun sebenarnya saat disentuh, itu dapat membekukan sampai ke jantung.
Apakah hatimu sekuat es, dengan semua masa lalumu yang begitu pilu untuk diceritakan. Apakah hatimu akan mencair jika perasaan hangat tersampaikan padamu. Aku tidak suka senyummu di kala kau dengan bebasnya berkata jika tidak ada yang perlu dipikirkan di masa lalu.
Saat itu, sejauh mata memandang hanyalah hamparan putih yang indah. Setelah kau menutupi mataku dengan sebuah syal dan berkata, “Apa kau terkejut?”
Aku tersenyum kecil, bahkan aku sudah mengetahui bahwa langkah kaki yang terdengar samar dan pelan itu adalah milikmu.
“Haha, Tsurumaru selalu membuatku terkejut,” Ini hanya kebohongan kecil, kuharap kau menyukainya.
Kau tertawa kecil, lalu duduk di sampingku dan memaikanku syal yang baru saja kau gunakan untuk menutupi mataku. “Apa yang kau lakukan disini? Bukankah disini cukup dingin?” tanyamu.
Aku menggoyangkan kakiku kecil, “Semua salju mengingatkanku pada Tsuru,” godaku.
Kau tertawa kecil lalu menoleh pada salju yang turun pelan, “Ya...”
Aku tahu nada getir disana. Seolah kau menelan rasa sakit memorimu sendirian. Tuan pertamamu meninggal bersamaan dengan turunnya salju, lalu kembali bersama padamu di bawah tanah yang dalam. Aku tidak bisa membayangkannya, atau barang mencoba membayangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four seasons
RomanceTsurumaru kuninagaxSaniwa (OC). For entry Ai no Monogatari dari Otome Zone Sinopsis : Kusebutkan satu nama dengan segala musim yang akan menjadi saksi bisu, perputaran musim yang tidak pernah berhenti sampai waktu yang akan memutuskan segalanya. Ke...