Chapter 2

1.7K 155 15
                                    

Seorang yeoja cantik terlihat memasuki practice room dengan gontai, dalam dekapannya, ada seorang bayi namja yang tampan. Yoona memijat pelipisnya karena pusing yang menderanya. Ia kembali mengingat kejadian semalam, kejadian yang sama yang membuatnya mengandung Minho, semua detail kejadiannya pun sama. Hanya satu yang berbeda, kali ini, Siwon melakukannya bukan karena cinta, melainkan karena berada dalam pengaruh alkohol.

Air mata mengalir dari kedua matanya, seolah ia adalah seorang budak sex bagi seorang namja yang berstatus suaminya. Karena dengan gampangnya, namja itu mengusirnya dari kamar, alasan yang sama. Minho yang sangat rewel kembali menjadi alasan pria itu mengusirnya dari kamar. Membiarkan tubuh kurusnya menahan hawa dingin di luar kamar, demi melindungi Minho. Tak cukup dengan mengusirnya, pria itu juga memukulnya, meninggalkan beberapa memar di kedua tangannya yang memeluk Minho saat itu.

'Sebenci itukah kau padaku, oppa? Sebenci itukah kau pada Minho? Pada anakmu sendiri?' Lirihannya hanya bisa Yoona tahan dalam hati. Membiarkan ribuan pisau mengiris hatinya melihat Minho yang dibenci ayahnya dan juga perilaku Siwon. Mulai dari perbuatannya yang kasar atau lebih parah lagi, pria itu berani membawa yeoja lain ke rumah mereka.

"Minho-ya, tidurlah, ne? Kalau kau lapar, menangislah. Eomma akan latihan, bekerja samalah dengan eomma, ne?" Ujar Yoona pelan sembari mengusap kepala anaknya itu.

Tangan kurusnya membuka pintu practice room. Hanya ada beberapa member saja yang berlatih dan itu akan menjadi kesempatan bagus baginya untuk pulang malam dan kembali ke dorm. Yoona berusaha mengatur mood dan suaranya agar terdengar ceria, seperti Im Yoona yang biasa. DeerYoona adalah gadis yang ceria apapun keadaannya.

"Annyeong!" Sapa Yoona ceria.

"Yoongie! Omo! Minho-ya!" Seru Yuri histeris melihat Minho dalam dekapan Yoona.

"Yak! Yul! Apa kau tak lihat, Minho mengantuk!" Amuk Taeyeon tepat ditelinga Yuri.

"Yak, ahjumma! Aku tak tuli!" Balas Yuri keras.

Minho mendadak menangis mendengar suasana yang berisik, ia bergerak tak tenang dalam dekapan eommanya. Yoona menepuk pelan punggungnya dan membisikkan kata-kata lembut.

"Gwenchana, chagi-ya. Eomma disini, jangan khawatir." Bisik Yoona lembut.

Dengan itu saja, Minho kembali tenang, ia mulai memejamkan kedua mata bulatnya dan menempelkan pipinya didada Yoona. Yeoja itu tersenyum tipis melihat tingkah kedua eonni dan putranya itu.

"Jadi, kapan kita mulai latihan?" Tanya Sunny dari belakang Taeyeon.

"Ah, ne. Kajja! Ah, Yoong, kau bisa titipkan Minho pada Sica, dia mati kelelahan karena latihan berat selama seminggu." Ujar Taeyeon yang disambut tawa dari YoonYul.

Oh, sungguh. Dalam hati, Taeyeon sangat merindukan kedekatan YoonYul yang akhir-akhir ini merenggang dikarenakan kesibukan masing-masing ditambah keduanya juga harus merawat anak mereka yang masih bayi. Ia sangat merindukan tawa lepas dari keduanya saat bercanda bersama member lain. Tapi sisi lain di hatinya mengatakan jika kedua member itu mengalami tekanan yang berbeda. Dilihat sepintas saja, semua orang akan tahu perbedaan beban hidup yang ditanggung Yuri dan Yoona.

Yuri kini menjadi lebih ceria dibanding sebelumnya setelah menikah, berbanding terbalik dengan Yoona yang menjadi murung dan pendiam setelah menikah. Tentu saja Taeyeon tak bodoh untuk mengetahui itu, keadaan Yoona selalu sama. Berantakan. Wajahnya pucat, kantong matanya menghitam, dan parahnya lagi, yeoja itu semakin kurus. Itu yang dilihat Taeyeon, yang juga menjadi kekhawatiran member SNSD yang lain.

Taeyeon berjalan menghampiri Yoona lalu menyentuh pelan pundaknya. "Kau sudah makan?" Tanya Taeyeon yang disambut gelengan pelan dari yang bersangkutan.

"Wae? Bukankah Minho masih sangat memerlukannya? Kalau kau tak makan, apa yang bisa diminum Minho? Bagaimana dia bisa bertumbuh jika kau saja jarang makan?"

Yoona menundukkan kepalanya, sungguh, ia membenci topik tentang berat badannya. Disamping sekarang ia adalah member terkurus di SNSD, sifat shiksinnyapun hilang. "Mianhae. Aku selalu mual melihat makanan. Tapi, aku baik-baik saja. Eonni tenang saja." Jawab Yoona sembari menyunggingkan senyum manisnya.

"Ne, baiklah. Ingatlah untuk makan. Sesibuk apapun dirimu." Perintah Taeyeon.

"Yak! Kwon Yuri! Berhenti bermain dan cepat masuk dalam formasi! Dan kau, Ice Princess, istirahat dan jangan ganggu Minho!" Bentak Taeyeon saat melihat Yuri dan Jessica mengganggu acara tidur Minho.

"Ne, ne. Dasar ahjumma tua." Sungut Yuri kesal.

Yoona tertawa melihat wajah bete Yuri akibat omelan Taeyeon di pagi hari. Dalam hati, Taeyeon dan Yuri mengucapkan sebuah doa yang sama.

'Tertawalah terus, Im Yoona. Kalau kau sedih, kami semua sedih.' Batin Yuri menatap Yoona semabri tersenyum.

'Tetaplah menjadi Yoona yang kita kenal, Yoong. Yang tetap tersenyum apapun masalahnya. Tertawalah, agar kau bisa melihat kami semua tertawa.' Batin Taeyeon menatap Yoona sendu.

"Eonni, kapan kita mulai latihan?" Pertanyaan Seohyun membubarkan lamunan mereka semua.

"Ah, ne. Kajja, kajja." Ajak Taeyeon cepat.

Lagu Into The New World mengalun dari speaker. Air mata menggenang dipelupuk mata Yoona. Lagu ini adalah lagu debut mereka, lagu pertama mereka sebagai Girl's Generation, lagu yang mengawali karir mereka di entertainment. Lagu yang juga menjadi saksi bisu perjalanan cintanya dengan Siwon. Semua kelebatan kenangan diputar dikepalanya, pahit manisnya perjalanan yang ia lalui dengan member SNSD, hingga lika liku perjalanan cintanya dengan Visual Super Junior itu.

'Oppa, sampai kapan aku harus bertahan? Kapan kau mau berubah, menerima kehadiranku dan Minho? Apa kau masih mencintaiku?' Pertanyaan menyakitkan terus melayang-layang dikepalanya, sakit saat ia tahu bahwa Siwon mulai tak mempercayainya, mulai berlaku kasar padanya.

Yoona mencurahkan semua perasaannya dalam tarian ini. Satu-satunya lagu yang memiliki kenangan mendalam baginya, bagi SNSD. Ia menggigit bibir bawahnya kuat, menahan agar isakan tak keluar dari mulutnya. Kepalanya pening, tapi ia tak menghiraukannya. Ia hanya ingin menghapus semua kenangan manis itu jika kenyataannya kehidupan pahit yang harus ia alami.

'Minho-ya, maafkan eomma. Karena eomma, kau dibenci appa, maafkan eomma, karena eomma, kamu harus mendapatkan banyak kata-kata umpatan yang menyakitkan dari appa. Mianhae, jeongmal mianheyo. Saranghae, Minho-ya. Eomma benar-benar mencintaimu.' Batin Yoona.

Air mata nyaris menetes dari kedua matanya, ia kembali menggigit bibir bawahnya hingga ia bisa merasakan darah didalam mulutnya.

'Mianhae, oppa. Aku memang bukan istri yang sempurna untukmu. Memenuhi keinginanmu saja, aku tak bisa. Mianhae, jeongmal mianhae. Saranghae, oppa.' Batin Yoona pilu sebelum ia kehilangan kesadarannya.



To Be Continue...

TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang