Abigail Chavali, dokter muda dengan paras cantik yang dapat membuat kaum adam terpana begitu saja saat melihatnya. Bukan hanya parasnya saja yang membuat semua orang iri dengannya. Dengan marga Abigail, siapapun pasti tahu siapa sosok keluarga Abigail.
Keluarga terpandang di Jakarta, siapapun pasti takut jika berurusan dengan salah satu bagian dari keluarga itu. Indrawan Abigail, kepala keluarga yang sukses membuat marga Abigail disegani dan ditakuti di wilayah Jakarta. Perusahaan terbesar yang dipimpin oleh Indra itu membuat namanya menjulang tinggi.
Bukan hanya perusahaan, keluarga itu memiliki segalanya termasuk hotel, apartment, restoran, dan mall. Bahkan rumah sakit di Bandung tempat Chava bekerja juga merupakan milik keluarganya.
Siapa yang tidak iri dengan gadis satu ini? Muda, cantik, dari keluarga terpandang sekaligus berbakat. Banyak kaum adam yang mati-matian ingin mendapat perhatian dari Chava, tapi wanita berumur 24 tahun dengan sekolah yang super cepat itu menolak kehadiran seseorang pendamping disisinya.
----------------------------------------
Chava berlari mendatangi pasien baru yang mengalami luka cukup berat karena kecelakaan. Dengan segera Chava memerintahkan para perawat untuk menyiapkan ruang operasi saat dia tidak sengaja melihat luka yang disebabkan oleh tembakan pistol.
"Siapkan ruang operasi dan pasien ini mengalami luka tembakan pada bagian perut." ucap Chava sebelum berlalu dan menyiapkan diri untuk melakukan operasi untuk kesekian kalinya.
Cukup lama untuk mengeluarkan peluru yang ada di dalam tubuh pasiennya itu. Namun, bukan Chava jika dia gagal melakukan operasi. Dengan keahliannya ia dapat menyelesaikan operasi itu dengan waktu singkat.
Setelah melakukan operasi, Chava memutuskan untuk istirahat di ruang kerjanya. Peluhnya membasahi pelipis, ketakutannya pada peluru membuatnya panas dingin. Ia membenci sesuatu yang berhubungan dengan pistol dan pasiennya itu membawa banyak pertanyaan di otaknya.
-------------------------------------
Setelah 3 hari ia membungkam mulutnya yang gatal, akhirnya hari ini ia bisa bertanya dengan leluasa kepada pasiennya yang baru saja tersadar dari masa komanya. Awalnya Chava ingin mengurungkan niatnya untuk bertanya tapi melihat pasiennya yang begitu cepat sehat membuat mulutnya gatal.
"Apa anda merasakan pusing? Atau mual?" pertanyaan Chava hanya dibalas dengan gelengan oleh pasiennya.
"Kaki anda bisa bergerak?" dari sekian pertanyaan yang diberikan Chava, pasiennya itu selalu bungkam dan hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan.
"Maaf karena saya penasaran dengan privasi anda. Tapi karena rumah sakit ini juga harus mengklarifikasi apa yang terjadi pada anda, jadi bisa anda menjawab pertanyaan saat setelah ini?" Chava mencoba lembut agar pasiennya itu mau terbuka padanya.
Namun pasien itu tetap tak bergeming, mengabaikan Chava yang banyak bicara seakan-akan tidak mendengar apapun. Chava akhirnya merasa jengkel dan langsung pada intinya.
"Jadi begini, kami dari pihak rumah sakit tidak bisa mendapat identitas anda dan pihak rumah sakit harus mempunyai semua data pasien. Saya tahu anda masih lemas, maka dari itu saya dengan senang hati akan menulis biodata yang anda ucapkan." ucapnya panjang lebar.
Namun pasiennya itu tetap tak mau membuka suara. Ini pertama kalinya Chava mempunyai pasien yang sangat menjengkelkan menurutnya. Chava berdiri dari duduknya, lelah bertanya begitu banyak.
Namun saat ia berniat untuk pergi dari ruangan itu, tiba-tiba suara seseorang membuatnya menoleh keheranan.
"Identitas saya tidak bisa diberitahukan secara umum seperti itu." pasien itu akhirnya membuka suara membuat Chava kembali pada posisi duduk disamping tempat tidur pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man is Dangerous
Любовные романыAbigail Chavali, dokter muda yang cantik dan manis. Kehidupannya baik-baik saja sebelum adanya kehadiran pasien yang baginya seperti orang gila. Pasien yang memaksanya untuk menjadi istrinya dengan ancaman akan memperkosanya. Awalnya ia mengabaikan...