Untuk kali ini Veranda memilih membawa mobil pribadinya meluncur dijalanan yang ramai.
Tak terasa ujian nasional tinggal 3 minggu lagi dan dia tak sabar menunggu Naomi berhenti dari pekerjaannya dan mulai mencari pekerjaan baru. Tapi bagaimanapun Veranda harus tetap berterima kasih pada pekerjaan Naomi, karena berkat itu mereka bertemu dan memiliki hubungan khusus, dan tak terasa hubungan itu sudah 8 bulan.
Rasanya sudah banyak sekali yang mereka lewati selama ini.8 bulan terindah bagi keduanya. Tak sabar rasanya menanti 8 bulan itu berubah menjadi 8 tahun, berubah lagi menjadi 80 tahun, dan berubah menjadi 800 atau mungkin ribuan hingga jutaan tahun.
Veranda turun dari mobilnya yang telah diparkir dibasement apartement mewah yang sudah lama dia tak datangi. Apartement sepupunya, Jeje.
Entah ada maksud apa dia menginjakkan kaki kembali ketempat ini, tapi bagi Veranda dia cukup merindukan Jeje, sepupunya yang memang tinggal sendirian di Jakarta. Sedikit rasa bersalah hinggap dihatinya ketika mengingat bahwa dia tak pernah menginjakkan kaki disini karena terlalu menikmati waktu bersama Naomi, Veranda seperti orang yang tak tau berterima kasih karena bagaimana pun ini semua berkat Jeje.
Veranda berjalan disekitaran lorong apartement berlantai 21 menuju ketempat Jeje. Seketika perasaannya mendadak tak enak. Perasaan DeJavu saat pertama kali menemukkan Jeje sedang sakaw merasuki hatinya, tapi kali ini berbeda. Dia dapat merasakan akan ada hal besar yang akan menerpanya dan dia benci perasaan ini, membenci kenapa dia selalu bisa merasakan perasaan tak enak ini yang selalu tepat sasaran.
Veranda mulai memasukkan kode apartement dan mulai membuka pintunya dengan ragu. Matanya melebar saat melihat sepasang orang dewasa sedang duduk diruang tengah yang mulai kosong dari berbagai barang-barang milik Jeje yang sudah tersusun rapi dalam kardus.
"Om Alvan ? Tante Merry ?"
Yang merasa dipanggil mengalihkan pandangannya. Alvan dan Merry adalah orang tua Jeje, sudah lama sekali rasanya Veranda tak melihat kedua orang dewasa yang memiliki segudang kesibukan sama seperti orang tuanya.
"hay Jessi. Sudah lama kita gak jumpa, kamu makin cantik saja" sapa Merry dengan senyum seadanya sambil mengusap bulir air mata yang turun dari matanya yang bengkak dengan kemungkinan bahwa Merry sudah menangis cukup lama.
Veranda hanya mengganguk kaku dan kembali melihat kearah Alvan yang hanya bisa tertunduk menatap kosong kearah lantai. Veranda bisa melihat tatapan penuh penyesalan dan kesedihan dari keduanya. Pikirannya secara otomatis menuju pada Jeje, dia meyakini satu hal pasti ada sesuatu yang membuat kedua orang tua Jeje yang selalu beraktivitas di luar negeri rela berada disini kalau bukan hal yang sangat penting.
Tanpa permisi Veranda langsung berjalan cepat kearah kamar Jeje dan membukanya secara kasar.
"Je..."
Jeje menoleh kearah Veranda yang syok melihat keadaan kamar Jeje yang juga ikutan kosong sama seperti ruang tengah.
Jeje hanya menanggapi dengan senyum miris dan kembali memasukkan baju-bajunya kedalam koper besar miliknya.
"apa yang terjadi, Je ? Lo mau ngapain bawa baju kedalam koper ? Lo mau pergi ?" tanya Veranda lirih. Jeje menghentikkan kegiatannya. Matanya yang memerah dengan tubuh yang kurus menjadi pemandangan tak mengenakkan bagi Veranda.
"Nyokap sama Bokap tau gue make"
Veranda menggerang kesal dalam hatinya. Perasaan tak enak yang sedari tadi menggerogotinya benar terjadi, rasanya dia menyesal terlahir sebagai manusia yang terlampau peka dengan sekitarnya.