Bab 3

253 10 3
                                    


Dokter yang merawatnya menganjurkan untuk Dev beristirahat dulu sampai mereka menemukan apa yang membuatnya bisa sehat dalam waktu cepat. Mereka beranggapan bisa saja itu tanda yang kurang baik. Dev sendiri curiga kalau sebenarnya ia sedang dijadikan bahan penelitian orang-orang di rumah sakit tersebut. Namun ia tidak punya pilihan lain, setidaknya sampai ibunya datang menjemput.

Untuk masalah pulih dalam waktu cepat ini, sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi Dev. Seumur hidupnya, Dev tidak pernah menderita sakit lebih dari satu malam. Berbagai macam luka yang ia derita juga biasanya hampir sembuh dalam waktu semalam. Dev tidak pernah menganggap ini spesial, ia pikir ini terjadi karena sistem kerja tubuhnya yang baik, seperti kata ibunya. Setidaknya sampai hari ini, sampai seorang dokter berkata jika ada yang berbeda dengan dirinya, ditambah lagi dengan kenyataan jika ia memiliki kemampuan aneh.

Di lain sisi, Dev belum juga mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dimulai dari bagaimana ia bisa lolos dari kecelakaan maut, lalu tentang bagaimana ia bisa membuat sebuah vas melayang. Ditambah lagi, kemarin ia juga sempat menjatuhkan sebuah lukisan di dinding ketika sedang berusaha mengusir lalat dengan cara mengibaskan satu tangannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Dev?" ia bergumam pada diri sendiri sambil merebahkan kepala, lalu ketiduran.

* * *

Sudah sejam ini Elie menghabiskan waktunya di antara rak-rak yang berisi dokumen-dokumen di dalam file room. Ia dimintai tolong oleh Mike untuk mencari sebuah file tentang percobaan yang mereka lakukan beberapa tahun lalu. Namun sejak tadi, ia belum menemukannya.

"Dor!"

"AAAAAAAA!"

Jantung Elie merasa jantungnya hampir copot ketika menyadari Farah sudah berada di belakangnya.

"Kamu ini! bikin kaget aja."

Farah hanya nyengir. "Kamu sedang cari apa? Cari makan yuk. Aku lapar."

"File Sontriano. Harusnya ada di sini, tapi belum ketemu. Padahal kalau lagi enggak dicari, sering kelihatan. Menyebalkan!"

"Sontriano? Untuk apa?" Farah bertanya dengan wajah bingung. Seingatnya, Santriano adalah nama dari sebuah desa kecil yang berada di pelosok Kalimantan Tengah. Mereka pernah melakukan sebuah penelitian akan temuan sesuatu yang dikira Eps. Dan itu sudah beberapa tahun yang lalu.

"Entahlah, Mike yang mau. Aku juga bingung." Elie menggaruk kepalanya.

Tiba-tiba, "Hey, kalian." Mike yang sudah berada di belakang mereka. "Ayo ke atas. Ada hal darurat." Katanya sebelum berlari dengan terburu-buru.

"Ada apa lagi kali ini? Kolonel itu datang lagi?" tanya Farah.

"Bukan, bukan itu. Kalian akan tahu setelah kita sampai. Dan, by the way Elie, file Sontriano-nya ternyata ada di laci mejaku." Mike lalu tertawa dengan nada menyebalkan. "Aku baru ingat kalau aku mengambilnya kemarin."

"Dan kenapa kamu baru bilang sekaraaaaang?!" Elie lalu mencubit lengan Mike yang lalu meringis kesakitan.

Sampai di ruang tamu kantor, sudah ada tiga orang pria yang menunggu. Dua orang dari mereka berpaDevan rapi: jas berwarna gelap lengkap dengan dasi, kacamata hitam, dan sepasang sepatu mengilap. Postur mereka berdua tegap dan memasang wajah yang selalu waspada.

Sementara satu orang lainnya, seorang pria yang mungkin berumur di atas 50 tahun. Rambutnya pendek yang disisir rapi ke sebelah kiri. Hal yang paling mencolok darinya adalah kedua matanya. Ada kesan jahat yang sangat kuat yang akan dirasakan oleh siapa saja yang sedang ditatapnya. Dan ia tampak tidak berusaha untuk menyembunyikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DevTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang