1. Pertama Kalinya

1.1K 127 27
                                    

-Apology-

Seorang wanita cantik, kira² berumur 34 tahun itu tengah memotong² sayuran dan daging.
Sudah kewajibannya menyajikan sebuah sarapan untuk keluarga kecilnya ini.

Walaupun hanya tinggal berdua, tapi anak gadisnya juga butuh pertumbuhan agar tumbuh menjadi gadis yang kuat sepertinya.

"Selamat pagi eomma"

Gadis jangkung itu duduk dikursinya, ia sudah sangat siap untuk memulai semuanya hari ini.

"Oh kau sudah rapih sekali. Memangnya sekarang jam berapa huh?"

"Sudah hampir jam setengah tujuh eomma, eomma kan pakai jam tangan" ujar gadis itu sembari mengerutkan keningnya.

"Astaga! Eomma lupa" wanita itu tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Anak gadisnya hanya tertawa atas keteledoran ibunya.
Padahal ibunya adalah panutannya dalam hal ketelitian.

"Ohiya eomma, Tzuyu ada kerja kelompok setelah pulang sekolah nanti. Jadi sepertinya Tzuyu akan pulang terlambat" jelas gadis itu.

"Jam berapa kau akan pulang?"

"Hmm sekitar jam 5 sore"

"Baiklah nanti eomma jemput"

"Tidak usah eomma, rumahnya tidak jauh dari sini"

Nayeon menatap putrinya sembari memberikan bekal dan susu pada putrinya.

"Baikah, tapi hati² ya. Jangan pulang malam"

"Ne eomma" Tzuyu meminum susunya kemudian memasukan bekalnya kedalam tasnya.

"Aku pergi ya eomma" pamitnya setelah mencium pipi Nayeon sekilas dan pergi.

Nayeon menatap punggung putrinya yang sudah mulai hilang dari balik pintu.

Ia menghela nafasnya panjang, bahagianya ia karna putrinya sudah dewasa dan mandiri.
Namun ia khawatir kalau Tzuyu akan jadi sepertinya nanti, salah bergaul dan mengakibatkan harus menikah muda.

Ia menggeleng cepat, menepis segala pikiran jelek yang berkecamuk di kepalanya.
Tzuyu tidak teledor sepertinya, Tzuyu juga hati² dalam bergaul.
Jadi mustahil Tzuyu berbuat hal yang tidak diinginkan, pikirnya.

SKIP!

Nayeon menatap sekitarnya, di jam sibuk ini banyak sekali karyawan² yang stress karena banyaknya pekerjaan.

Ia pun sama, pekerjaannya sangat amat menumpuk sekarang.

Ia menjadi seorang pegawai negri dan bekerja untuk kejaksaan.

"Nayeon-aah, aku pinjam penjepit kertas mu ya"

Nayeon hanya mengangguk menanggapinya.
Ia terlalu terpaku pada layar komputernya.

Tak lama bos besar mereka datang.
Lebih tepatnya menghampiri meja Nayeon.

Ini sudah jadi tradisinya saat jam makan siang hampit tiba.
Dan juga akan ada tontonan gratis bagi para karyawan.

"Nona Im, apa kau ingin makan siang denganku?" tanyanya sembari berdehen keras.

Nayeon tak menatap lawan bicaranya, ia masih terfokus pada layar.

"Nona Im?"

"Maaf pak, saya masih banyak pekerjaan" ujar Nayeon.

Pria yang lebih muda darinya itu bergumam tak jelas, sepertinya tengah mengeluh.

Karyawan yang lain hanya menatap lucu bos nya.
Padahal sudah sering ditolak tapi pria ini tetap saja mendekati wanita janda beranak satu ini.

"Tidak bisakah kali ini kau tidak menolakku?" kini wajahnya menatap intens Nayeon.

APOLOGY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang