•thirteen; betrayal•
Musim gugur tahun ini terasa sangat menyenangkan. Bagaimana tidak? Suhu udara yang biasanya dingin, untuk sekarang tidak begitu dingin. Saerin tengah duduk pada bangku taman dekat sungai Han.
Dirinya sedang menunggui Hoseok yang katanya ingin pergi membeli minum--mungkin juga kudapan kecil. Hoseok menitipkan ponselnya pada Saerin. Kini, ponsel tipis berwarna hitam tersebut tengah di tatap oleh Saerin.
"Apa aku boleh memainkan ponsel Hoseok?" Ponsel tersebut ia mainkan, seperti di bolak-balik ataupun di putar ke kanan ataupun ke kiri.
Karena penasaran, dengan nekat Saerin membuka ponsel Hoseok. Ponsel Hoseok memiliki pengaman menggunakan sandi. Kening Saerin mengkerut.
"Aneh, biasanya ia tidak pernah mengunci ponselnya," heran Saerin dan mencoba menuliskan namanya disana.
Satu kali percobaan dan gagal.
Saerin berpikir keras. Kalau namanya tidak dijadikan sandi, mungkin saja nama Hoseok. Ia pun mencoba untuk menulis nama Hoseok.
Dua kali percobaan dan gagal.
"Kok tidak bisa? Apa gabungan nama ku dengan nama Hoseok?" Saerin pun menuliskan gabungan antara nama dirinya dengan nama Hoseok.
Tiga kali percobaan dan gagal.
Sudah tiga kali Saerin berkutat dengan sandi Hoseok dan hasilnya gagal semua. Saerin curiga tentu saja. Jika bukan nama dirinya dan nama Hoseok, lalu nama siapa yang Hoseok pakai untuk sandinya?
Dengan kesal, Saerin pun mencoba dengan asal. Ia menuliskan 'srlove'. Entah ide darimana itu. Ia sudah sangat kesal saat ini. Tapi ternyata, sandi tersebut berhasil. Ponsel Hoseok terbuka.
"Sr? Siapa Sr? Singkatan nama? Saerin?" gumam Saerin sambil menggulir layar Hoseok. Dari kiri ke kanan. Kanan ke kiri. Hanya seputar itu saja.
Kini, Saerin tergoda untuk membuka galeri foto milik Hoseok. Jarinya sibuk menggulir layar dari atas ke bawah. Isi galeri Hoseok dominan berisi foto Saerin dan juga foto teman-temannya. Saerin tidak kenal dengan teman Hoseok, kecuali Yoongi.
Saerin masih tersenyum sampai akhirnya, ia menemukan satu foto seorang gadis yang tidak ia kenal. Wajahnya sedikit bulat. Kulitnya putih bersih. Rambutnya sebahu berwarna hitam. Senyuman Saerin lenyap seketika.
Ah, gadis ini sangat cantik. Perkiraan Saerin, gadis ini mungkin dua sampai tiga tahun di bawahnya. Wajahnya muda sekali.
"Ini siapa? Adik Hoseok?" Ya katakan saja Saerin tidak waras. Karena memang Saerin seperti itu. Sedaritadi, dirinya terus saja berbicara sendiri.
Dan tangan Saerin sudah tidak tahan untuk tidak membuka aplikasi berkirim pesan. Saat aplikasi tersebut terbuka, Saerin kembali mengerutkan keningnya.
Ini aneh. Percakapan antara Hoseok dengan dirinya berada jauh di bawah, sementara di paling atas terisi oleh nama 'Sunrise'. Profil tersebut terisi gambar perempuan rambut hitam sebahu. Mirip sekali dengan yang Saerin lihat pada galeri foto Hoseok.
Dengan berani, Saerin membuka percakapan tersebut. Dadanya sudah sangat sesak, ketika ia melihat Hoseok yang sangat perhatian dengan gadis ini. Bahkan, Hoseok mengirimkan emotikon hati berwarna biru kepadanya.
"Sialan, jadi kau pergi bukan untuk membeli minum? Cih."
Air mata Saerin sudah berkumpul di matanya dan siap untuk membasahi pipinya. Dengan perasaan cemburu, Saerin segera melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumahnya. Ponsel Hoseok ia bawa.
Persetan dengan semuanya, Saerin benar-benar marah saat ini. Oh ayolah, siapa yang tidak cemburu, sih? Kalau pun ada, mungkin perempuan tersebut tidak punya perasaan.
Saat berjalan, Saerin menundukkan kepalanya dan membiarkan air matanya jatuh ke aspal. Tiba-tiba, Saerin menabrak dada seseorang. Parfum nya sangat menyengat hidung Saerin dan Saerin hafal betul wangi parfum ini.
Tanpa basa-basi, Saerin melingkarkan lengannya pada pinggang laki-laki tersebut. Ia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang laki-laki itu. Saerin terisak dan tangan laki-laki tersebut mengelus punggung Saerin dengan lembut.
"Brian, hiks, antar aku pulang, hiks."
"Kau kenapa? Ada hubungannya dengan Jae? Kalau iya--"
Saerin lantas menggeleng kuat, "Tidak. Bukan Jae, tapi orang lain. Ayo, segera antar aku pulang. Aku sudah muak disini."
Brian merangkul pundak Saerin dengan hati-hati. Sungguh, jika boleh didefinisikan, Brian seperti malaikat penjaga Saerin. Selalu ada jika Saerin butuhkan. Entah itu disengaja atau pun tidak. Yang jelas, Saerin merasa bersyukur memiliki Brian yang selalu berada di sisinya.
Ketika kaki Brian baru melangkah sebanyak lima, pundak Brian ditahan oleh seseorang. Brian berbalik dan mengangkat satu alisnya, bingung karena Hoseok tengah memandang Brian dengan sinis, "Lepaskan tangan mu dari bahu kekasih ku."
Brian terkekeh, "Kekasih mu? Cih, kalau Saerin benar kekasih mu, mana mungkin kau membuat dia menangis. Laki-laki tidak akan pernah menyakiti hati perempuan yang ia sayang, kau tahu? Apalagi sampai membuatnya menangis, hancur sudah martabat laki-laki tersebut."
Dengan itu, Brian kembali berjalan dengan Saerin yang masih menenggelamkan kepalanya pada dada Brian. Hoseok sendiri melihat Saerin pun membuat hatinya hancur.
"Astaga, apa yang sudah ku lakukan?"
•thirteen; betrayal•
sudah tahu siapa gadisnya?😌
cepil banget, masa gak tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine ✔
Fanfictionft. Jung Hoseok "Stop, it's over." - Hoseok Entahlah, ada sesuatu yang berbeda dengan Hoseok. Ia normal, seperti laki-laki pada umumnya. Namun, ketika ia bertemu Saerin, semua sifat Hoseok berubah. "Bukankah kita ini sama, Hoseok?" - Saerin Saerin i...