RMdM 02 - What?!

2K 106 142
                                    

Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. -Benjamin Franklin-

My playlist today: Two Ghost - Harry handsome Styles, how yours?


"Bagaimana jika mommy katakan bahwa Verona Victoria sedang hamil anakmu, David Latrevo Debendrof?!"
—————-————————————

Wanita tua dengan lipstik merah di bibir tipisnya itu melangkah dengan rasa marah ke arah David dan Allard— lebih tepatnya marah kepada David.

Allard berdiri menyambut ibunya yang ternyata diikuti Verona juga. Sedangkan David masih duduk sambil berpura-pura tidak melihat keberadaan Alecia Debendrof— ibu kandungnya dan Verona— wanita kebanggaan Ale yang juga supermodel Inggris.

"Can you hear me, Dave?!" seru Alecia tidak sabar sambil bertumpu tangan pada sisi meja kerja David.

"Kau bisa tenang dulu, Mom. Take a sit." Allard mempersilakan Alecia dan Verona duduk. Sementara dia sendiri masih berdiri dengan tatapan memberi kode agar David bisa sedikit sopan pada ibu mereka. Tetapi tidak dihiraukan.

"Dave, I just gonna—"

Ucapan Verona berhenti seketika saat mata dingin David menghujam lurus pada maniknya. Nyali Verona menciut untuk sekedar meneruskan kalimatnya.

Tidak ada yang bersuara selain deruan napas Alecia yang terdengar kesal. Allard, Verona dan Alecia semua melayangkan pandangan pada David. Tatapan mereka sudah seperti para karyawan yang sedang mendemo bosnya habis-habisan, sarat akan penjelasan.

Sementara David yang ditatap malah membuang muka dengan menatap ke arah pembatas kaca yang disinggahinya tadi. David malas berbasa-basi apalagi jika harus  berdiskusi dengan wanita di hadapannya ini.

Merasa jenuh dengan kebungkaman yang ada, David pun berdiri sembari memasang jasnya yang tersampir di sandaran kursi. Dia akan keluar, mungkin begitu lebih baik.

"Nikahi Verona dan semua selesai, Dave." Akhirnya Alecia mengeluarkan suara saat tau putranya itu hendak bersiap pergi. "Mommy tidak pernah mengajarkan kau menjadi bajingan dengan hanya bisa menghamili tanpa pertanggungjawaban. Dia itu—"

"Masih merasa pantas Anda menyebut diri sebagai mommy, Nyonya?" ucap David memotong perkataan ibunya. "Setelah Anda menjadi penyebab dari kematian daddy-ku, apa iya aku juga harus memanggilmu dengan panggilan sialan itu?" David mengangkat alisnya sebelah sambil tersenyum meremehkan pada Alecia. Tidak ada kemarahan dalam nada bicaranya, dia masih terlihat tenang. Padahal di dalam dirinya, sudah ingin membanting barang apapun yang bisa menyalurkan emosinya karena pembahasan ini.

"Dave, jaga kalimatmu. Mommy memang masih ibu kita. Dan masalah daddy, itu sudah terlalu lama untuk diingat lagi." Allard yang mengerti situasi berusaha menengahi. Karena jika tidak, ibu mereka pasti akan meledak-ledak akibat perkataan David.

"Tidak pernah ada rentan waktu untuk mengingat orang yang berarti, tidak akan pernah!" David menajamkan tatapannya pada Alecia, padahal yang tadi berbicara adalah Allard.

"Tolong katakan pada mereka berdua, pulang dan menjauhlah dariku, Allard. Jangankan untuk menghamili, untuk menyentuh sembarang wanita pun aku tidak akan." David kini menatap Allard sejenak, lalu dengan angkuh dan langkah besarnya dia melangkah menuju pintu untuk keluar.

Allard lupa, adiknya itu pun bisa mengeluarkan sisi gelapnya akibat pembahasan ini. Syukurnya kali ini hanya perkataan sarkars tanpa ada barang yang melayang.

"Pourquoi as-tu trop froid maintenant, mon fils?" Alecia berkata lirih setelah pintu dibanting kasar oleh David. Matanya menatap nanar pada pintu yang menenggelamkan punggung putra bungsunya.

Reuni Mantan di Manhattan #ODOCtheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang