1

880 14 4
                                    

Pria lajang idaman. 

Sarah berdiri mematung di lapangan parkir sambil menggenggam amplop tantangannya lebih kencang. Ia harus menemukan pria lajang idaman. Itu tantangan dalam  scavengers bunt . Itu tantangan dalam scavengers bunt yang diikutinya.

Karena jelas-jelas tak berhasil menemukan pria idaman dalam kehidupan nyata, peluangnya untuk berhasil malam ini sangatlah kecil.

Di belakang barisan mobil Mercedes dan BMW mengilap yang diparkir di depan parkir bar terrendi di Oxfordshire ini terhampar tanah lapang,sungai, serta semak belukar. Tempat yang memancarkan kesan damai dan berwarna keemasan dibawah cahaya matahari sore musim panas itu adalah tempat Sarah tumbuh dewasa. 

Ia menatap pemandangan tersebut seraya menggenggam amplop tadi. Adrenalinnya mengalir kencang, pikirannya kalang kabur.

Ia tidak perlu masuk ke bar; tidak perlu ambil barang bagian dalam scavengers bunt sialan yang diadakan dalam rangka pesta bujangan adiknya akhir pekan in; tidak perlu menjadi bulan-bulanan di sana Sarah sudah mendekati tiga puluh tahunan, dan tanpa prospek pernikahan yang jelas. Ia mengenal setiap sudut tanah lapang di hadapannya, dan ingat di sana ada banyak tempat persembunyian.

Sarah memainkan rambut ikalnya dan menhela nafas. Bersembunyi di atas pohon akan lebih menarik baginya daripada masuk ke bar dan mencari pria idaman. Tetapi melakukan itu dalam usia 29 tahun pasti bertentangan dengan norma sosial, Lagipula, ia tidak bisa terus-menerus bersembunyi. Semua orang mengatakan bahwa Sarah harus melakukan semua ini demi Lottie. Ana-anak tentunya membutuhkan sepasang orang tua, kan? Anak perempuan membutuhkan seorang ayah. Cepat atau lambat, Sarah harus menemukan seseorang untuk mengisi posisi yang tiba-tiba ditinggalkan Rupert.

Memikirkannya saja sudah membuat sarah tiba-tiba merasa dingin.

Nanti. sudah pasti dia akan melakukannya nanti, tidak perlu terburu-buru. Sekarang ia bermaksud- Pintu bar terbuka dan segerombolan orang berjalan keluar sambil tertawa-tawa serta saling menepuk punggung, jelas berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka berjalan melewati Sarah nyaris tanpa meliriknya, lalu orang yang terakhir keluar tampak baru tersadar akan kehadirannya dan dengan sopan menahan pintu bagiannya.  

Sialan. Kini Sarah sudah masuk. Orang-orang ini akan menganggapnya aneh karena lebih senang menghabiskan malam di lapangan parkir daripada di dalam bar. Setelah mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata, Sarah menyelinap ke dalam ruangan remang-remang tersebut. Dengan tanagn gemetar ia memasukkan amplop tadi ke saku belakang celana jeansnya.

Selama bertahun-tahun ia meninggalkan Oxforddshire, The rose and crwon telah berkembang pesat menjadi bangunan berselera tinggi. Tempat itu bukan lagi bar perdesaan dengan permadani bermotif lingkaran, serta gambar-gambar pudar bertema perburuan di dinding yang penuhi noda nikotin. Lantainya kini terbuat kayu ek, dindingnya berupa batu bata yang tak diplester. Mereka juga memutarkan musik yang sesuai suasana hati yang bertujuan membuat para klien dari kalangan pialang saham serta pengacara langsung merasa santai. 

Suasana ini membuat Sarah gelisah. Rasanya seperti kembali menjadi remaja berusia sembilan belas tahun.

Sarah sudah berniat untuk berbalik dan pergi ketika harga dirinya mendadak bangkit dan menghentikan langkahnya. Ini konyol, pikirannya. Ia wanita mandiri. Ia biasa melakukan pekerjaan berat sendiri. Ia mengisi formulir pajak penghasilannya tanpa bantuan. Ia membersarkan anak perempuannya seorang diri. Ia yakin bisa berjalan menuju bar dan memesan minuman untuk dirinya sendiri.

Sambil menggumamkan "permisi", Sarah menembus kerumunan orang-orang yang berdesakan meuju ke dekat bar dan melirik sekeliling dengan gugup. Pintu dekat bar dan melirik sekeliling dengan gugp. Pintu bar terbuka ke teras, dan ia bisa melihat Angelica serta teman-temannya duduk mengelilingi meja bundar besar di tengah teras. Tak mungkin mengabaikan kehadiran mereka. Bahkan di tempat seperti ini pun mereka tetap sekumpulan wanita yang paling berisik, paling glamor, dan paling menarik perhatian setiap lelaki lajang. Mereka semua mengenakan kaus yang disiapkan pendamping pengantin utama Angelica, yaitu Fenella, gadis berpostur langsing, tinggi dan anggun. Gadis itu bekerja di bidang Humas, dan bertanggung jawab atas ida scavengers bunt ini. Tulisan "Angelica's Final Fling" berwarna merah mudah terpampang di bagian depan kaus tersebut. Fenella sengaja hanya memesan kaus itu dalam ukuran kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Skenario Sang Sutradara Italia by India GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang