Pukul empat dini hari, Seokmin terbangun akibat udara dingin yang menyerang sekujur tubuhnya. Tentu ia begitu terkejut dengan keberadaan Jisoo di sana. Hingga rasa bersalah terasa hampir merenggut nyawanya sendiri. Kenapa Seokmin bisa setega itu memperlakukan Jisoo dengan buruk? Padahal, melihat Jisoo menangis saja sudah cukup membuat Seokmin merasakan sakit yang luar biasa.
Tanpa pikir panjang, ia melepaskan tautan tangan mereka. Perlahan menggendong si manis, untuk membawanya masuk ke dalam kamar. Tubuh Jisoo terasa begitu ringan, hingga Seokmin tidak merasakan kesulitan sama sekali saat menggendong tubuh itu. Membatin, Seokmin telah berjanji akan memperlakukan Jisoo lebih baik lagi, termasuk memberikan Jisoo makanan dengan porsi dua kali lipat.
Kembali ke ruang tengah sekadar mengambil bantal dan selimut yang sempat tertinggal, tanpa ragu ia kembali masuk ke dalam kamar. Perlahan membalut tubuh Jisoo dengan selimut. Turut ikut masuk ke dalamnya, Seokmin merangkul Jisoo. Memeluk Manusia Harapan miliknya seperti malam-malam sebelumnya.
"Maaf."
💫💙💫
"Jisoo-ya..."
Yang dipanggil hanya menggelengkan kepala dengan tangan masih saja erat memeluk Seokmin. Menyembunyikan wajah di dada pemuda itu, enggan membiarkan sang Tuan bergerak sedikitpun.
"Kamu mau bolos kerja?"
Jisoo lagi-lagi hanya menggerakkan sedikit kepalanya, sebagai jawaban atas semua pertanyaan yang Seokmin ajukan.
"Bisakah kamu lepaskan aku sekarang? Aku harus mandi. Kamu tahu? Aku sering kali menciptakan pulau saat tertidur, kamu tidak jijik dengan itu?" Seokmin kembali meracau. Memang hanya sebuah candaan yang ia pikir akan berhasil menyingkirkan gadis itu dari tubuhnya. Yang ternyata, tidak memberikan dampak sedikitpun.
Jisoo tidak menjawab setiap pertanyaan Seokmin sama sekali. Ia bahkan belum mengatakan sepatah kata pun meski sudah terbangun sejak satu setengah jam yang lalu. Membuat Seokmin kesal. Namun, juga gemas dalam waktu yang bersamaan.
"Hei, lihat aku," Seokmin berusaha menangkup wajah gadis yang memeluknya.
"Hng!" Gagal. Jisoo menarik wajahnya sendiri lalu kembali menubrung dada Tuannya.
Menghela napas, Seokmin mulai pasrah. Sejujurnya ia begitu menyukai Jisoo dengan mode manja seperti ini. Tapi sungguh, jika seperti ini terus, mereka berdua akan terlambat untuk membuka kafe. "Jisoo-ya, kamu mau apa? Hng?"
Jisoo kembali menggeleng.
"Keluarkan suaramu!" Akhirnya Seokmin sedikit berteriak, hingga gertakan itu berhasil membuat Jisoo terdiam dalam posisi yang sama. "Ya! Jika kamu terus seperti ini, aku akan membuatmu menghilang sekarang juga!"
Ancaman macam apa ini? Entahlah. Seokmin hanya meracau sembarangan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Dengan posisi tersebut, Seokmin bisa merasakan dengan jelas tubuh Jisoo bergetar hebat. Nampak ketakutan, bahkan mulai menangis.
"Jisoo? Kamu baik-baik saja?" suara Seokmin kembali lembut.
"Ma-maafkan aku... Maafkan aku, Seokmin..." tangisan Jisoo pecah. Ucapan Jisoo memang tidak terlalu jelas karena ia masih bersembunyi di balik tubuh Seokmin. Tapi, Tuannya itu bisa mengerti dengan baik apa yang Jisoo ucapkan. "Aku akan meminta izin sebelum aku pergi, aku janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
WISH [Revisi] (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Manusia Harapan tidak memiliki nafsu ataupun perasaan cinta sama sekali. Yang ia lakukan 100 persen hanya untuk membantu Tuannya (orang yang 'memprogram' sifat manusia harapan). Fakta di atas nyatanya terbantahkan setelah Jis...