Hari demi hari berganti. Kini seluruh siswa tengah menjalani ujian kenaikan kelas yang akan membawanya ke kelas tahap berikutnya. Tak terkecuali DIAZLYNA dan JESIX. Mereka berada dalam satu ruangan yang sama. Dengan posisi: baris pertama yang paling dekat dengan pintu telah duduk berjejer ke belakang, yaitu Abyan, Adeeva, Arvino dan Arumi. Baris kedua ada Edlyn, Aulian, Azkayra dan Azmia. Baris ketiga, Eshall, Fariza, Gio dan Kalvin. Sementara barisan keempat ada Shakeera, Aura, Syauqi dan Yasna. Juga meja yang masih kosong dihuni oleh para adik kelas. Yang bertujuan supaya tidak mencontek satu sama lain, karena disamping mereka sengaja diletakan adik kelas.
Seperti biasanya, semenjak kejadian dimalam itu, malam dimana JESIX mengungkapkan perasaannya pada DIAZLYNA mereka selalu berangkat bersamaan secara berpasangan. Terkecuali Abyan dan Edlyn. Mereka berdua datang ke sekolah seperti biasa, masing-masing.
Mungkin kalian bingung kenapa bisa seperti itu, atau ada yang beranggapan keduanya sedang ada masalah. Sebenarnya malam itu...
*Flashback On*
Hening.
Keadaan kembali hening. Kini tinggal Abyan yang mengutarakan maksudnya.
"Yan, tunggu apa lagi?"
Gugup.
Abyan sangat gugup kala itu. Ia belum sepenuhnya siap untuk menyampaikan apa yang dirasakannya selama ini. Kalo bukan paksaan dari Kalvin, Abyan tak mungkin ada disini sekarang. Bukannya ia tak mau mengungkap nya hanya saja ia melihat Edlyn yang belum terbiasa dengan keberadaannya. Dan mungkin itu yang membuat nyali pewaris tunggal putra Aditama itu menjadi ciut.
Abyan menatap Edlyn ragu. "Lyn" Panggilnya. Sungguh ia belum siap untuk sekarang.
Edlyn melirik sekilas seraya bergumam tanda menyauti ucapan yang memanggilnya.
"Gue.. Sayang sama lo" Ungkap Abyan yang masih dilanda keraguan.
Edlyn menatap Abyan dalam. "Terus?"
Dalam hati Abyan terus berkata ini firasat buruknya. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Lo mau jadi pacar gue?" Abyan menarik napas panjang setelah berhasil mengucapkan kalimat itu.
Edlyn nampak berpikir sejenak. "Gue gak bisa"
Satu kalimat dengan tiga kata yang mengandung arti tidak mengenakan itu sukses membuat semua orang yang hadir mengerutkan alisnya heran.
"Lyn, lo gak bercanda kan?" Azkayra yang sedari tadi diam kini angkat bicara.
Edlyn menggeleng sekilas. "Masalah perasaan gue gak pernah main-main" Jawaban yang kembali menohok.
"Lyn, gak lucu sumpah" Sahut Aura.
Edlyn hanya mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban. "Kalian teruskan aja, gue balik duluan. Boy! Gue titip sahabat gue ya" Ia melenggang pergi begitu saja dengan meninggalkan jejak keheranan.
Setelah tiba di area parkir, Edlyn merasa ada yang mengikutinya lantas ia menengok ke belakang. Ia melonjak kaget saat Abyan berada persis dihadapannya. Dekat. Dan posisi mereka terlalu dekat. Refleks Edlyn memundurkan langkahnya. Tapi hal itu nihil karena dibelakang dirinya terdapat mobil yang terparkir.
"Lo ngapain disini?" Tanya Edlyn memecahkan suasana agar tak canggung.
Abyan mundur satu langkah. "Lo kenapa?" Ia malah balik bertanya.
Kedua alis Edlyn bertautan. "Kenapa apanya?"
"Kenapa lo nolak gue?"
"Gue rasa itu privasi gue, dan lo gak perlu tahu"
"Lo puas? Buat gue malu di depan mereka?"
"Yan, gue gak ada maksud buat bikin lo malu. Gue cuma gak bisa untuk saat ini, itu aja"
Napas Abyan menggebu-gebu. Ingin sekali rasanya marah kepada orang yang ada dihadapannya ini, tapi ia tak bisa. Karena bagaimana pun juga Edlyn adalah pujaan hatinya yang tak mungkin ia sakiti.
"Oke kalo itu mau lo"
*Flashback Off*
"Hai Edlyn" Sapa Fariza, teman sekelasnya.
Yang disapa melirik sekilas orang yang menyapa. "Hai juga" Balasnya.
Fariza adalah sahabat Edlyn, tapi itu dulu sebelum ada kejadian dibeberapa waktu lalu. Meskipun tidak lagi menjadi sahabat, tapi sampai sekarang kalo hanya bertegur sapa mereka pasti lakukan. Keduanya tak ingin memutuskan tali silaturahmi. Baik Edlyn maupun Fariza berkomunikasi panjang, seperlunya saja.
"Tumben lo sendiri, yang lainnya mana?" Tanya Fariza yang tak melihat anggota DIAZLYNA.
Edlyn menggeleng. "Mungkin mereka ada perlu" Jawabnya. "Gue keluar dulu ya" Pamit Edlyn tak ingin membahas lebih lanjut lagi.
Edlyn segera melangkahkan kakinya menuju keluar kelas. Sampai didepan pintu, ia tak sengaja hampir menabrak orang yang akan masuk ke dalam kelasnya, beruntung remnya pakem. Speechless. Keduanya saling menatap sesaat setelah Edlyn menyudahi adegan itu. Ia pun memberi jalan terdahulu untuk Abyan agar masuk ke dalam kelas. Setelah Abyan tak ada lagi di hadapannya, barulah ia meneruskan perjalanannya.
Kini Edlyn tengah berada di taman sekolah. Ia termenung untuk beberapa waktu. Menghilangkan penat yang menumpuk di kepalanya. Sampai ada seseorang yang duduk di samping Edlyn. Ia menyadari hal itu, lantas membuka mata untuk melihat siapa dia.
"Gio? Ngapain lo disini?" Edlyn benar-benar bingung kenapa Gio ada disini.
Gio terkekeh. "Ada larangannya?"
"Ya, enggak juga. Aneh aja"
***
TBC..
Jangan Lupa Voment..
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us
Random[1] All About Us Ini Duniaku.. Aku mempunyai lima sahabat yang senantiasa menemani. Perhatian, serta penuh kasih sayang. Memiliki sahabat seperti mereka merupakan anugrah tersendiri bagiku. Aku senang. Aku bersyukur. Seiring dengan berjalannya waktu...