Is He?

66 5 1
                                    

December 14th, 2017

Restoran yang menjadi pilihan untuk makan malam perusahaan malam ini adalah restoran yang menyajikan samgyeopsal sebagai menu utamanya. Tempat makan itu berada tidak begitu jauh dari kantor dan sudah menjadi salah satu favorit karyawan perusahaan. Empat meja di sudut restoran disusun memanjang menjadi satu baris. Dua belas orang karyawan duduk mengisi sisi kanan dan kiri meja.

Potongan daging yang berada di atas pemanggang sudah hampir habis. Botol-botol soju kini mengisi meja. Semakin malam, restoran itu justru semakin ramai. Belum nampak tanda-tanda tempat itu akan segera tutup. Di sisi lain, sepertinya ada perusahaan lain yang juga sedang mengadakan makan malam bersama.

"Ya... Lee Dong Hae... ayo minum satu gelas lagi." Hyuk Jae, salah satu karyawan dari tim 1 yang duduk di samping Dong Hae mengangkat botol soju.

"Siap!" Dengan wajah yang mulai memerah, Dong Hae mengangkat gelasnya yang sebenarnya baru saja kosong. cairan putih kembali mengisi gelas magnae tersebut dan langsung diminumnya dalam sekali teguk.

"Woooooo!! Lee Dong Hae!" Terdengar sorakan dari seluruh karyawan. Dong Hae mengangkat gelasnya yang kosong sambil tertawa. Tubuh pria itu mulai bergoyang, pertanda alkohol mulai mempengaruhi sistem motoriknya.

"Sudah, cukup." Jong Hoon yang duduk di samping pria tersebut menahan tangan Dong Hae yang masih terangkat, seolah siap menerima tambahan soju.

"Sebaiknya kau pulang," ucap Jong Hoon pada Dong Hae.

"Ah... Tapi saya magnae dan magnae harus pulang paling akhir." Yang diajak bicara berusaha duduk tegak tetapi kemudian ia justru sedikit limbung ke kanan.

"Sudahlah. Kau pulang saja, selagi kesadaranmu masih bersisa."

"Aah... nee. Algetsemnida, timjangnim."Dong Hae mengaduk-aduk isi tasnya sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel.

"Kau kemari dengan mobil?" tanya Jong Hoon yang sekilas melihat kunci mobil di dalam tas Dong Hae

"Nee. Tapi tenang saja. Saya tidak akan mengemudikan mobil seperti ini. Saya menghubungi noona saja." Dengan sedikit kesusahan Dong Hae membuka ponselnya lalu mencari salah satu nama dari daftar kontaknya.

"Biar aku yang menghubungi." Melihat Dong Hae yang sepertinya mulai kehilangan fokus, Jong Hoon akhirnya mengambil ponsel dari tangan magnae tersebut.

"Ini nomor noonamu?" tanya Jong Hoon yang dijawab dengan anggukan.

"Myun Hee noona," gumam Dong Hae.

Jong Hoon refleks mengangkat wajahnya dan menatap Dong Hae dengan dahi berkerut dalam. Jantung pria itu rasanya berdetak lebih cepat dari seharusnya. Jong Hoon tidak tahu apakah dia berharap Dong Hae memang mengenal Myun Hee yang ada diingatannya atau Myun Hee yang lain. Toh nama itu bukan nama yang langka.

Ah... tapi sesaat kemudian Jong Hoon ingat bahwa Myun Hee yang ia kenal tidak memiliki adik. Ingin rasanya pria itu menertawakan kebodohannya sendiri. Ia pun segera menekan nomor yang sekarang muncul di layar.

Mungkin jantung Jong Hoon harus bekerja dengan ritme yang begitu aneh dalam beberapa menit terakhir. Awalnya normal, lalu lebih cepat, kemudian kembali normal sebelum akhirnya berdetak lebih cepat – lagi.

Kali ini yang menjadi pemicunya adalah foto yang muncul di layar. Rupanya Dong Hae menyimpan nomor tersebut dengan sebuah foto yang akan muncul setiap kali pemilik nomor dihubungi atau menghubungi. Foto yang memenuhi layar ponsel pintar itu adalah foto seorang gadis yang nampak begitu serius menyajikan secangkir kopi. Rambut panjang gadis itu tergerai, menutupi sebagian sisi wajahnya. Kedua matanya begitu fokus pada gelas keramik yang tengah ia pegang dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang milk jar. Dalam sekali lihatpun bisa ditebak gadis itu tengah membuat latte art. Sepertinya ia begitu serius dengan pekerjaannya sehingga tidak sadar ada yang mengambil gambarnya.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang