5. Move

3.8K 472 43
                                    

"Ah, lu mau ngambil milik gue?
Cuma Maling yang nyuri punya orang!"

- Selviana Putri -

Kamu tercenung dalam sebuah pemikiran yang enggan kuketahui tentang apa. Sudah lima belas menit berlalu, kamu hanya membisu di teras rumahku meski berniat datang untuk bertemu. Tak ada ucapan rindu atau sekedar gombalan semu. Kamu hanya terjebak dalam anganmu dan aku pun hanya diam menyaksikan itu.

Aku perhatikan wajahmu, raut mukamu dan juga tanda merah bekas tamparan para pelakormu. Kamu datang menemuiku setelah kehilangan dua bonekamu dan aku hanya mampu menahan tawa, berpura-pura tidak tahu dan percayalah itu sungguh lebih berat dari membawa sekarung sagu.

"Beby," ucapmu untuk pertama kalinya.

"Ya?" sahutku.

Kamu menatapku lekat dengan binar penuh harap dan menyesal? Entahlah, aku tidak ingin cepat menyimpulkan agar tidak kecewa.

"Aku jahat," ungkapmu.

Aku menautkan alisku, berusaha terlihat heran walau hatiku mengiyakan segera ucapanmu.

Emang. Begitulah bisikan cepat hatiku.

"Ada apa?" tanyaku lembut, berusaha meraih tanganmu lalu menggenggamnya erat saat kamu hanya diam.

"Ada apa, Pepy?" tanyaku sekali lagi saat kulihat matamu mulai berkaca-kaca.

"Maaf," ucapmu.

Aku tersenyum tipis.

"Untuk apa?" tanyaku penuh harap, berharap kamu jujur dan mengakhiri perselingkuhanmu.

"Maaf saja," jawabmu, berusaha menutupi kesalahanmu dengan minta maaf tanpa mengungkap alasannya.

Aku menghela napas panjang dan berat. Aku kecewa, sedikit tetapi tidak mengapa, setidaknya kamu meminta maaf padaku.

"Tidak apa-apa, aku maafkan," ucapku mengiyakan permintaan maafmu.

Kamu menatapku lalu tersenyum kecil.

"Sungguh, kamu memang yang terbaik," katamu walau kali ini sedikit kurasakan ketulusan di sana.

"Semoga begitu," sahutku.

Kamu merentangkan tanganmu, mengisyaratkan agar aku masuk dalam pelukanmu. Aku menjatuhkan dirimu segera dalam pelukanmu dan kamu rangkul aku dalam hangatnya dadamu yang tidak begitu bidang.

"Aku cinta Beby."

"Aku juga mencintaimu."

Untuk beberapa detik, kurasakan hatimu yang telah berhasil kugapai. Namun perasaan itu berubah menjadi rasa was-was ketika ponselmu berdering. Kulihat nama yang tertera, N. Ya, hanya satu huruf itu. N, dan itu bisa berarti banyak sekali.

Nani? Nuri? Nanda? Noni? Natasya, Nathan, Nining, ah, entahlah.

"Siapa?" akhirnya kutanya dan kamu hanya membelai rambutku, tanpa memberi jawaban, kamu berdiri dari dudukmu.

"Bentar ya," katamu lalu sedikit menjauh dariku.

Kamu pun menerima telpon itu. Cukup lama dan bisa kulihat raut wajahmu yang tersipu, dengan malu-malu, kamu tersenyum samar seolah kamu baru saja mendapat kabar bahwa orang yang kamu sukai juga menyukaimu.

Aku iri, iri sekali. Namun aku juga sadar diri. Aku baru menyadari walau sudah tahu sejak dini bahwa orang tidak akan berubah dalam sekejap. Perlu waktu, usaha dan juga motivasi. Mungkin, kamu belum punya tiga hal itu. Makanya penyesalan dari kata maafmu tadi itu hanya khilaf.

"Beby, aku pergi dulu ya," pamitmu setelah telpon diakhiri dan kamu buru-buru menghampiriku.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Ummi minta anter," jawabmu terburu mengambil jaket lalu bergegas pergi setelah melayangkan sebuah kecupan singkat di keningku.

Aku terpaku, tidak percaya tapi sudah merasa sedikit putus asa.

Ya sudahlah. Sempat aku merasa begitu tetapi rasanya enggan bersikap lemah begitu.

Aku kembali mengikutimu, mengawasimu dengan kedua bola mataku lalu ternganga saat aku menangkap bayanganmu dengannya-yang kamu panggil mama itu.

Ummi? Ya, ummi muda. Wanita yang kamu temui dan kamu panggil ummi itu ternyata bentukannya begitu. Wanita muda dengan celana jeans ketat, kaos ketat hingga dada menonjol keluar, rambut tergerai dan dandanan menor adalah ummimu. Jadi wanita paruh baya yang ada di rumahmu dengan gamis panjang itu ternyata hanyalah ummi palsu.

Ummi yang seharusnya memiliki pengertian sebagai wanita yang sudah melahirkanmu, kini telah mengalami pergeseran. Ummi, panggilan untuk selingkuhan. Sungguh miris dan menyedihkan. Sekarang bukan lagi zaman now tapi akhir zaman. Ya, ini zaman terakhir dan jikalau bentar lagi kiamat, aku masih akan membalasmu.

Cium pipi kanan, cium pipi kiri, kening, lalu malu-malu tapi mau, cup, kecupan bibir itu terjadi.

Nggak tahu malu. Begitulah umpatanku, dengusanku atau suatu bentuk kecemburuanku. Ya, kening dan bibir itu letaknya beda jauh dan entah mengapa ingin rasanya kutarik bibir itu hingga lepas dari wajahnya. Setelah itu aku akan bertanya padamu, masihkah kamu ingin menciumnya?

Jangan memakiku, itu hanya sekedar imajinasi. Tapi jika boleh berdoa, aku harap itu terjadi. Aku ingin satu keajaiban, cukup musnahkan perempuan gratisan itu, Tuhan! Lenyapkan dan jangan lagi dibangkitkan!

Drtt.. Drt.. Drtt..

Handphone milikku bergetar, sebuah pesan masuk. Darimu rupanya.

You
Beby, aku bakal pulang malem. Maaf nggak bisa nemenin chatan.

Aku terkekeh, tertawa miris sembari mengepalkan tanganku kuat-kuat. Kesal. Aku ayunkan tanganku, geram, mengenai klakson mobil dan terperanjat sendiri.

"Astaga," keluhku kaget.

Aku menghela napas panjang, menenangkan diriku. Lalu kaca mobilku diketuk. Kuturunkan kaca jendela mobil dan mendongak kepalaku. Seorang lelaki sudah berdiri di depanku.

"Maaf, Mbak," katanya sopan.

"Ya?" sahutku.

"Mbak dilarang parkir di sini," katanya ramah.

"Ah, maaf. Tukang parkir ya?" tebakku.

Dia menggeleng cepat.

"Bukan, mbak. Saya cuma mengingatkan. Ada tanda dilarang parkir, itu," katanya sambil menunjukkan ke rambu dilarang parkir yang berada tidak jauh dari tempatku.

"Oh, maaf! Makasih ya," kataku ramah lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Aku pergi meninggalkanmu dengan selingkuhanmu yang lebih mirip tokoh Lee di anime Naruto. Bahkan dia sudah seperti lontong saja, pakaiannya yang ketat memperlihatkan dengan jelas lekukan lemak-lemak yang menumpuk di depan, tengah dan belakangnya.

Seleramu sungguh membuatku terkesan, membuatku ingin sekali melakukan survei apa yang membuat selingkuhan yang lebih jelek dari yang pertama membuat lelaki buta?

Jangan bilang dia lebih baik. Jangan buat aku tertawa. Tidak ada wanita baik yang mencuri milik orang lain. Tidak ada wanita baik yang menyakiti hati wanita lain untuk Kebahagiannya sendiri. Dan perlu diketahui, tidak ada wanita baik yang memamerkan tubuhnya secara gratis hanya untuk menarik perhatian laki-laki. Tidak ada!!

Seperti roda yang terus berputar, semua perbuatan akan mendapatkan balasannya. Jika pahala itu tentu, maka karma itu adalah pasti. Maka tunggulah, karena manusia akan menuai apa yang dia tanam.

***
TBC.

PELAKOR ZAMAN NOW ( Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang