Apa yang kau tanam itulah hasilnya, biji tak pernah berbohong pada penanamnya. Bukankah tanaman butuh waktu untuk tumbuh?Jari Ji Seo masih berkutat pada ponselnya, sedangkan kepalanya sedang berputar memikirkan apa yang akan ia ketik untuk membalas chat dari Yixing tadi siang. Sial! Ini sudah malam dan baru terbaca.
"Sebenarnya ada apa dengan putriku ini? Semakin hari terlihat semakin gila?" Gerutu nyonya Ahn.
"Sudahlah, lagipula dia masih muda. Wajar saja jika dia seperti itu." Sahut Jae Hyun.
Ya sekarang ruang makan keluarga Ahn sudah kembali lengkap. Beberapa hari kedepan Jae Hyun akan lebih sering pulang ke rumah. Syukurlah Ji Seo mendapat apa yang ia inginkan walaupun sementara.
"Seo-ya apa kau menyukai kepala Park?" Tanya Jae Hyun spontan.
Sontak Ji Seo tersedak karena acara minumnya tepat mendengar pertanyaan ayahnya.
"Ternyata benar, kau menolak Kyungsoo karena pria bermarga park itu?" Selidik Nyonya Ahn.
"Apa kalian sudah gila?" Tanya Ji Seo kesal.
"Kau mengatai orang tuamu ini gila?" Nyonya Ahn tak terima.
"Sudah jelas jawaban atas pertanyaanmu itu yah, apa ayah lupa peraturan itu?" Ji Seo berusaha mengalihkan topik.
"Tapi bukankah perasaan tetaplah perasaan?" Sangkal Jae Hyun.
"Bukan begitu yah, aku..."
"Memangnya kau tahu apa soal perasaan?" Potong Nyonya Ahn.
"Ayah berkencanlah denganku!" Rengek Ji Seo.
Satu jitakan mendarat tepat di dahi Ji Seo.
"Aww sakit bu! Sebenarnya aku ini anak siapa?"
"Ulangi lagi sampai lehermu kupatahkan!"
Jae Hyun memutar bola matanya jengah, mengapa istri dan anaknya jadi lebih sering bertengkar seperti ini?
"Sudahlah hentikan! Apakah aku sedang tak dianggap?" Lerai Jae Hyun.
Hening.
"Kalian minta maaf lah!" Perintah Jae Hyun.
============================
Raut wajah Ye Eun terlihat sedang sedikit kesal, langkahnya melangkah dengan ritme yang tak beraturan serta beberapa umpatan yang ia tahan sedari tadi. Apa ini gila? Sehun menyuruhnya untuk menghadiri pertemuan di Jeju dan sekarang dia memintanya pulang hanya untuk meminta pendapat tentang pakaian yang akan Sehun pakai saat menghadiri pesta yang diadakan oleh Frost Foundation, yang Ye Eun ketahui milik salah satu teman Sehun.
Ayolah bahkan Ye Eun menelantarkan berkas - berkas di meja hanya karena terburu - buru karena perintah Sehun yang memintanya kembali ke Seoul sampai esok pagi. Dan sialnya lagi semua bayangan akan sesuatu hal buruk kandas begitu saja. Ye Eun menutup matanya serta menghembuskan nafasnya berharap emosinya sedikit tenang. Tak mungkin ia akan mengumpat di depan Sehun.
"Sekretaris Cha, malam ini pergilah bersamaku!"
"Saya mengerti."
"Dan ini milikmu!" Sehun menyerahkan sebuah paper bag berukuran besar.
"Terima kasih." Ye Eun sedikit membungkuk.
Jujur Ye Eun tak mau ambil pusing untuk menolak semua yang Sehun pinta, ayolah ini bukan permintaan melaikan paksaan. Bahkan bibir Ye Eun tersenyun paksa untuk menunjukkan kesan 'baik - baik saja.'
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHASE -OSH [HIAT]
FanfictionRasa sakit? Penyesalan? Semua orang pernah merasakannya bukan? Oh Sehun tak pernah menduga bahwa dirinya tengah dipermainkan takdir karena kebodohannya. Trauma akan masa lalunya membuat dirinya sukar mempercayai seorang wanita. Namun seorang gadis...