SUDAH TERBIT VERSI EBOOKNYA. Dapatkan versi lengkap dan chapter tambahan hanya di Google play store dan Google play book.
#60 @7/10/18
#68 @7/10/18
#70 @28/09/18
#119 @26/09/18
#142 @3/08/18
# 208 @ 25/06/18
# 261 @ 25/06/18
# 268 @ 25/06/18
# 347 @...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Barapov..
Kami sedang bosan, dan kalau sudah begini ada saja ide Si Bantet untuk ngeramein suasana.
"Ayo, kita bikin truth or dare!" ajaknya penuh semangat.
"Bosan... " sambutku sambil menguap.
Semalam aku kurang tidur gara-gara lembur ngerjain makalah tugas dari Pak Ridwan. Untung udah kelar. Jadi nanti malam aku bisa tidur lebih awal untuk mengganti kekurangan tidurku.
"Ah, Sweet Boy, gak seru lu!" cemooh Si Bantet.
Aku hanya melirik malas, gak ada guna menanggapi cowok sinting ini. Kualihkan pandanganku keluar cafe tempat kami kumpul. Lalu mataku seakan terpaku ke satu titik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita itu. Mengapa senyumnya bisa membuat hatiku berdesir? Padahal senyum cantik itu tak ditujukan padaku.
Dia sedang tersenyum pada anak kecil yang sedang menarik roknya. Rupanya anak kecil itu meminta tolong untuk dibukakan bungkus snacknya. Gadis itu membukanya sekali tarikan sembari tersenyum ramah.
Lalu ia memberikan snack itu dan menepuk lembut kepala si bocah.
Amboi. Senyumnya manis sekali.
"Bara, lu ikutan enggak?" pertanyaan Regan mengalihkan perhatianku dari gadis itu.
"Truth or Dare? Ogah.."
"Eitz, gak boleh nolak! Lu harus ikut!" paksa Si Bantet.
"Jika demikian, ngapain aku ditanya mau ikut atau enggak?!" sindirku.
Mereka tertawa geli.
Si Bantet mengambil botol tehnya yang sudah kosong dan segera memutarnya.
Asyemmmm! Sepertinya ia sengaja! Masa botolnya langsung mengarah ke aku. Mata Bantet menatapku nakal.
"Pilih apa? Truth aja ya! Aku pengin tanya apa yang dilakukan Irene ke kamu saat di toilet cowok tempo hari."
Nah kan! Dia sengaja mengincar aku demi memuaskan jiwa kepo-nya. Irene itu adik tingkat yang sudah lama ngejar-ngejar aku. Aku enggak menanggapi sih, meski aku gak menolak secara kasar.
Dia kan cewek, aku gak tega saja. Tapi jadinya dia justru merasa dapat angin dan makin agresif mengejarku. Terakhir dia nekat mengikutiku masuk ke toilet cowok dan mau menciumku. Untung aku berhasil mengelak dan menegurnya dengan tegas.
