Perpustakaan lumayan ramai hari ini, isinya kebanyakan sih para mahasiswa pencari wifi gratis dan pejuang skripshit.
Gue bukan tipe-tipe orang yang suka ke perpustakaan buat wifian karena gue rajin ngisi kuota, gue juga bukan pejuang skripshit, apalagi, gue bukan kesini untuk baca buku. Nggak ya. Hm, mana mau gue baca buku buluk di perpustakaan yang sampulnya udah terkontaminasi oleh banyak kuman?
Tapi, Guanlin lah yang menyeret gue ke dalam sini karena dia mau nugas dan gue suruh nungguin dia. Katanya sih, daripada gue ngegosip gak jelas bareng Daehwi, mendingan gue baca buku.
Ewh, book isn't my style darling, kecuali itu buku berkonten mature. Ngahah.
Gue meletakkan kepala gue ke atas meja, jemari gue bergerak menyentuh bagian-bagian wajah Guanlin yang mulus.
"Aku bosen lin," ucap gue sambil terus mengkisruh wajahnya.
Guanlin sama sekali nggak kelihatan terganggu dengan aktivitas gue, malah dia baca dengan khidmatnya.
"Bentaran ya Ho. Kamu daripada kuker gitu, mending baca buku deh."
Gue menegakkan tubuh. "Lin, kok kamu suka suruh aku baca buku ke perpus sih? Di perpus tuh ya sampul bukunya banyak kumannya. Biasanya kamu bawel kalau aku berhubungan sama hal-hal yang nggak sehat."
Guanlin emang anak kedokteran, jadi ya gitu, suka ngurusin kebersihan dan kesehatan gue. Hm.
"Aku bawa antis kok Ho, jadi kamu nggak perlu khawatir kuman masuk ke tubuh kamu," ucap Guanlin sambil tersenyum menenangkan.
Gue membalas senyumannya dengan senyum kaku. Guanlin sayang, kamu tuh p3k atau pacar aku sih?
"Aku laper Lin, mau cimol depan kampus, siomay mas herman, cilok nya kang cecep, terus es dogernya buk sari."
Guanlin sontak meletakkan bukunya, menatap gue serius.
"Seonho, dengerin aku ya."
Gue mengerjap. Tolol banget sih gue, ini Guanlin pasti mau ceramah deh. Gusti Nu Agung, tulung.
" Jangan makan sembarangan. Kamu tahu 'kan makanan diluar itu gimana? Pertama, cimol yang kamu bilang. Itu banyak pewarna, penyedap, dan kandungan lain yang nggak sehat. Kedua, cilok kang cecep boleh, tapi saos sambel sama kecapnya itu nggak higienis, tusuknya juga nggak bersih, apalagi plastiknya murahan."
"Es doger, sirup nya banyak pemanis Seonho, pewarna juga. Terakhir, siomay. Kamu yakin itu daging sehat dari sapi/ayam?"
Gue melotot. "Ya ampun Guanlin, masa iya Mas Herman jualan siomay daging celeng? Mas herman tuh baik tau nggak."
Guanlin mengembuskan napas berat. "Maksudku, bisa jadi dia beli yang udah nggak segar."
Gue menggelengkan kepala menolak semua opininya. "Tega kamu lin kalau bilang kaya gitu. Mas Herman tuh baik banget tahu nggak, dia nggak bakalan menjual hal-hal berbahaya. Percaya sama aku."
Guanlin diam. "Pokoknya kita makan bakso aja di kantin kampus."
Seonho memajukan bibirnya kesal, meraih ponselnya untuk mengirim pesan ke Daehwi.
Beliin gue cimol mang agus 5 ribu sama es doger buk sari, ntar gue ganti. Dokter Guanlin bawel lagi.
Tak lama, pesannya dibalas dengan 10 emot tertawa dan teks.
Ngiaha mampus. Gue lagi makan cilok sama mas Dongho nih.
Sialan banget emang si Dedew ini, mentang-mentang pacarnya nggak overprotektif kaya Guanlin gue.
Gue menoleh ke arah Guanlin, menatap sosoknya yang serius membaca buku.
Kapan ya kamu bisa lebih santai dan nggak over ke gue kayak bodyguard? Gue butuh pacar lin, bukan bodyguard atau dokter.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Boyfriend +guanho
Fanfiction+My Boyfriend Series "Guanlinnnn, mau batagor di perempatan aku." "Nggak boleh, nggak sehat Ho." . . "Guanlinnnn, aku besok mau jalan berdua aja sama Daehwi. Boleh ya?" "Aku antar-jemput, kabarin aku tiap jam. Paham?" . Jangan coba-coba pacaran sama...