siang itu Hanbin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lain, tujuannya adalah rumah sakit tempat Lisa di rawat.
"selamat pagi dok" sapa Hanbin saat masuk ke dalam kamar rawat Lisa.
Seorang dokter sedang bertugas saat itu.
"oh, selamat pagi" jawabnya.
"bagaimana keadaannya dok, apakah ada tanda-tanda dia akan bangun?" tanya Hanbin dengan wajah penuh harap.
Dihadapannya dokter dengan marga jung itu hanya menghela napas.
"keadaannya stabil, detak jantungnya juga masih normal. Hanya saja, kapan nona Lisa akan bangun, saya juga tidak bisa memastikan. Mari berdoa agar itu terjadi secepatnya" jawab Dokter Jung.
"ah... baiklah, aku selalu berdoa untuk itu" balas Hanbin kecewa.
"ngomong-ngomong kau temannya?" tanya dokter jung.
"entah, aku harap dia masih menganggapku teman" jawab hanbin dengan senyum dipaksakan.
"ah begitu.. baiklah, sepertinya pekerjaan saya saatini sudah selesai, saya akan meninjau perkembangan nona Lisa lagi nanti sore" kata dokter Jung sambil membenahi bberapa berkas yang ia pegang.
"baiklah, terimakasih dokter" jawab Hanbin sambil menunduk.
Dokter jung hanya tersenyum.
"penyesalan memang selalu datang terlambat, tapi tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, gunakan waktumu sebaik mungkin anakmuda" kata Dokter Jung sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hanbin dan Lisa di ruang rawat.
Lagi, seseorang mengingatkannya untuk berubah.
Hanbin hanya tersenyum mendengarnya, terlebih sosok cantik dihadapannya semakin membuatnya kuat.
Sosok yang sama yang membuat Hanbin lemah.
"hai, apa kabar?" tanya hanbin saat duduk di sebelah Lisa.
Menatap wajah Lisa yang tertidur dengan tenang justru membuah Hanbin gelisah.
"kenapa kau diam saja?" tanya Hanbin sekali lagi.
Sejuta kali hanbin bertanya, ia sadar Lisa tak akan menjawabnya.
"kau nampak semakin kurus lisa" uja Hanbin saat mengusap pipi yang selalu ia cubit dulu menjadi semakin tirus.
"kau sedang dimana saat ini? Aku merindukanmu" kata Hanbin sambil menunduk.
"kau tau? Aku sulit untuk hidup akhir-akhir ini. Aku jarang makan, aku tidur larut malam, aku sering mabuk. Kau tak suka bukan?" tanya Hanbin, berharap Lisa bangun dan memarahinya seperti dulu.
"lisa, saat kau bangun nanti. Mari nikmati senja di sungai han seperi dulu. Ah .. kau tau? Chanwoo sangat merindukanmu, ia menangis dan membisikkan namamu hampir tiap malam, adikmu yang satu itu ternyata cengeng Lisa. Kalau aku... ah, lupakan. Ku dengar Jongsuk hyung aka segera syuting drama terbarunya, mari menonton bersama saat kau bangun" kata Hanbin menatap Lisa.
"tapi sebelum itu, kau harus bangun dulu. Ku mohon lisa, kembalilah" pinta Hanbin sambil tersenyum.
Air mata sudah turun dari mata Hanbin.
Sekuat apapun ia menahan tangisnya, lisa selalu jadi alasan kenapa ia menangis.
"ah.. lihat? Aku bahkan sudah berjanji pada diriku untuk tidak menangis saat di dekatmu. Tapi aku mengingkarinya. Ah benar, aku selalu mengingkari janjiku kan? Menyia-nyiakan mu, membuat hatimu sakit. Aku bodoh bukan?" bisik Hanbin di tengah tangisnya.
"kau memang bodoh, Hanbin-ssi" jawab perempuan yang kini ada di ambang pintu.
Rose.
Sahabat lisa, yang dulu sangat mendukung hubungannya dan Lisa.
___________
"oppa, lisa suka padamu" kata Rose saat hanbin lewat ruang latihan mereka.
"oppa, kau tau? Lisa menyimpan botol minuman yang kau berikan" cerita Rose saat makan siang bersama.
"lihatlah oppa!!! wajah Lisa memerah!!" goda Rose saat Hanbin memberikan Lisa setangkai bunga.
"oppa!! ku katakan padamu, jika kau menyukai lisa, cepat nyatakan perasaanmu. Tapi jika kau hanya bermain-main dengan perasaanya. Lebih baih kau enyah dari hadapan Lisa" bentak Rose beberapa hari sebelum Hanbin menyatakan perasaanya pada Lisa.
"akhirnya kalian bersama, ingat oppa.. jaga Lisa baik-baik, terkadang dia memang rewel. Tapi dia setia padamu" kata Rose saat mereka makan malam bersama.
Sampai pada akhirnya. Rose hanya menatapnya kecewa saat mereka bertemu di agensi.
"kau tau apa yang akan aku katakan oppa?" tanya Rose saat Hanbin hendak menyapanya.
Dihadapannya Hanbin hanya mengangguk.
Rose menarik napasnya dalam-dalam.
"Kim Hanbin-ssi, pergilah dari hidup Lisa" desis Rose penuh kebencian sebelum akhirnya berlalu
Kata-kata menusuk dari seorang Rose yang terkenal akan kesantunannya.
___________
"lama tak bertemu, Hanbin-ssi" sapa Rose.
Hanbin tak bergeming, ia tak tau harus berkata apa.
Kini Rose duduku dihadapan Hanbin, ia menarik kursi dan duduk di tepian yang lain.
"rose" panggil Hanbin.
"ya?" tanya Rose.
"biarkan aku yang menemaninya hari ini" kata Hanbin lirih.
"ah.. aku paham kenapa Jisoo unni tidak khawatir saat diantara kami tak ada yang bisa menemani Lisa" kata Rose.
Hanbin diam, matanya menatap lurus ke arah Rose. Hobaenya yang menggemaskan sudah hilang.
"tapi maaf Hanbin-ssi, aku tak bisa meninggalkan Lisa dengan orang sepertimu" kata Rose yang kini menatap Lisa.
"apa kau membenciku?" tanya Hanbin.
"aku tak membencimu hanbin-ssi. Aku tak berhak untuk membencimu" jawab Rose yang kin I masih menatap Lisa, sesekali menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Lisa.
Hanbin tersenyum perlahan.
"tapi jika kau rasa maaf dengan mudah kau dapatkan, kau salah" tambah Rose.
DEG.
Bukankah ini lebih menyakitkan dari pukulan Bobby.
Atau tamparan Jennie saat itu.
"karena aku sudah disini, bukankah lebih baik kau pergi Hanbin-ssi? Aku tak akan melarangmu untuk menjenguk Lisa seperti Jennie unni. Tapi ku mohon, saat aku ada. Ku harap kau tak disini, perasaanku belum benar-benar baik" jelas Rose.
Hanbin hanya mengangguk lemah.
Hanbin bangkit dan melangkah pergi.
"berubahlah menjadi lebih baik, dan buktikan. Maka maaf akan kau dapatkan, baik dari dirimu sendiri dan orang lain" kata Rose yang membuat Hanbin diam sejenak.
Lagi-lagi hanbin hanya mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan kamar rawat Lisa.
---------------------------
Kritik saran? Silahkan.. Aku seneng kalau kalian ada yg berpendapat..
Love,
RA-NEE
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ME | HANBIN X LALISA
Short Story"membencimu adalah kelebihanku, Kim Hanbin" sequel dari "ABOUT YOU"