Sejak pertemuannya dengan ibu Yayuk Mala menjadi sangat sensitif. Pikirannya berkelana kemana-mana memikirkan berbagai kemungkinan-kemungkinan atas tafsiran tidak berujung dari kalimat-kalimat membingungkan Bu Yayuk kemarin malam. Ah apa sih gunanya memikirkan omongan tidak jelas orang gila seperti dia? Oh tidak, jika dirinya berani menyebut Ibu Yayuk seperti itu maka apa sebutan yang pantas untuk dirinya?
Saat ini Mala sedang berada di bagian belakang jok mobil, duduk bersama dua orang asing yang ditugaskan untuk menjaga dirinya sedang di depan jok terdapat supir dan juga Dokter Fajri. Dirinya berada dalam mobil sedan hitam milik salah satu petugas kepolisian yang membawanya. Mobil itu adalah mobil sport dinas yang tampak gagah dan elegan yang sepertinya masih baru.
Orang-orang itu tampaknya memutuskan untuk melakukan pengawalan ketat untuknya mengingat dirinya sedang berada dalam suatu problem yang susah untuk dijelaskan. Semua orang tahu akan hal itu termasuk dirinya yang memang seperti tidak bisa menerima kenyataan. Bukannya dia tidak membela diri saat para petugas menanyai kenapa dia bisa berada di situ. Maksudnya berada di lokasi tempat ditemukannya mayat. Mala sudah mengatakannya, tapi jawaban dirinya dianggap tidak terlalu kuat bagi mereka. Mereka pikir apa yang Mala lakukan disana pasti dipicu oleh motif tertentu. Sebuah motif yang bahkan Mala sendiri tidak mengerti.
Merasa menemui kebuntuan akhirnya rumah sakit dan petugas kepolisian memutuskan untuk memberikan tes dan uji coba pada Mala. Tentunya suatu hal yang mungkin terlihat berlebihan bagi sebagian orang namun menurut mereka itu perlu dilakukan.
Mala tidak sendirian, tentu Adam bersamanya tapi mereka berbeda mobil. Sebenarnya Adam menginginkan satu mobil dengan Mala tapi dokter Fajri tidak mengizinkan hal itu. Adam tentu menanyakan alasannya dan dibalas dengan jawaban yang tidak jelas. Lalu daripada membuang-buang waktu Adam lantas menyetujuinya. Toh dirinya masih bisa mengawasi Mala dari belakang.
Adam di sana merasa cemas, tangannya bolak-balik dia tautkan, lalu menggesek-geseknya hingga sela-sela jarinya mengeluarkan banyak keringat. Tampak bahwa dirinya tengah memikirkan sesuatu yang tidak-tidak. Apa yang akan terjadi pada Mala setelah ini? Akankah semuanya akan berjalan baik-baik saja? Adam memilih menyimpan pertanyaan-pertanyaan itu seorang diri.
Matahari sudah cukup tinggi kala itu. Terlihat banyak pelajar-pelajar sekolah dasar dan menengah yang jalan kaki, bercampur menuju sekolahnya masing-masing. Terlihat begitu nostalgic bagi Adam. Dia seperti tengah mengingat masa lalunya saat Adam kecil bersama adiknya berjalan berbarengan menuju sekolah sambil mulutnya asik mengemut lolipop.
Dia merindukan momen itu.
"Adam?" Sebuah suara menyebut namanya namun dia tidak menghiraukan. Lamunannya terlalu kuat sehingga dia tidak sadar jika ada orang yang memanggilnya bahkan dengan suara yang nyaris nyaring.
"Adam!"
"Yah? Oh my God! Ya ada apa maaf maaf." Adam terperanjat, ia sedikit terkejut mendapat panggilan tiba-tiba seperti itu. Orang yang memanggilnya tadi hanya tertawa pelan melihat reaksi Adam.
Orang berjas rapi dan berdasi yang notabene duduk di sampingnya itu hanya menunjuk ke arah bawah Adam dengan dagunya. Bingung, Adam hanya mengikuti arah tunjukan pria tadi dan menemukan bahwa ponselnya tengah berdering.
Ada tiga panggilan masuk untuknya. Semua itu dari Mala.
"Hey." Sapa Adam begitu Mala di seberang sana mengangkat panggilannya. "Maaf tadi tidak dengar."
"Tidak apa-apa, aku hanya, takut." Jawab Mala lirih. Adam mengeratkan pegangan telponnya.
"Hey, hey. Tidak usah takut. Bersikaplah biasa, aku di belakangmu." Jawab Adam berusaha menenangkan Mala. Dirinya sendiri bingung apa kalimat tadi bisa membuat Mala merasa baikan atau sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychosis: The Terror Of The Screaming Lady
Mistério / SuspenseCerita ini berkisah tentang seorang pria yang bekerja di rumah sakit jiwa di suatu kota, menangani pasien wanita indigo yang sering berteriak setiap malam. Masalah muncul ketika dirinya menyadari bahwa teriakan wanita itu menandakan kematian seseora...